Share

23. Ki Daksa

“Dia gagal!” Legawa segera kembali ke tubuh kasarnya. Namun tak juga keluar dari tempat persembunyian.

Sementara Aruna tampak duduk terengah-engah. Tak jelas bagian tubuh mana yang terbentur, tapi seluruh tubuhnya terasa sakit. Pemuda itu bersandar pada dinding goa yang lembab. Wajahnya penuh dengan keringat.

“Darah Dipa Kencana, hah? Sial!” Aruna meninju telapak tangannya. “Pujian hanya membuatku bodoh!”

Aruna mengedarkan pandangannya. Goa ini gelap, namun cahaya temaram dari mulut goa yang tertutup air menandakan ini masih siang. Pemuda itu tak bisa bayangkan berada di tempat seperti itu di malam hari.

“Sebelum malam aku sudah harus berhasil!” tekadnya.

Pemuda 16 tahun kemudian duduk bersila. Ia ingat pernah melihat mendiang Ki Bayanaka duduk bersila dalam biliknya tanpa salah satu kaki menindih lainnya. Aruna meletakkan kedua tangannya di ujung paha, nyaris di atas lutut. Telapak tangannya mengadah. Ia tempelkan ujung ibu jari dan jari telunjuk.

“Tekad yang bagus,” gumam Legawa.

Pe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status