Pagi hari, Bianca sudah berada di butik miliknya. Meskipun ia hanya meninggalkan New York sebentar, tapi kenyataannya sangat banyak pekerjaan yang sudah menantinya. Ia bersyukur memiliki Lily yang sangat cerdas dan juga beberapa designer baru yang ternyata memiliki keahlian yang hebat. Sehingga mempermudah pekerjaannya.Para pelanggan Bianca, selalau puas dengan hasil rancangannya, sehingga banyak istri pengusaha maupun istri pejabat menjadi pelanggan setianya. Setelah Bianca menyelesaikan pekerjaannya di Butik, Bianca harus mengantarkan sendiri gaun rancangannya ke Afford Company sesuai permintaan dari Arthur.Kini Bianca mengendarai mobil sport miliknya menuju Afford Company, ia mengandrai mobil dengan kecepatan sedang. Bertemu dengan Arthur setiap hari benar-benar membuat Bianca kesal. Sekarang harus menerima kenyataan ia akan menikah dengan Arthur. Setibanya Bianca di Afford Company, Bianca memarkirkan mobilnya dengan cantik di parkiran. Bianca berjalan masuk ke lobby perusahaan
Setelah kembali dari Afford Company, Bianca langsung pulang menuju mansion miliknya. Ia harus bersiap karena malam ini ia akan bertemu dengan orang tua Arthur.Malam ini Bianca memilih long dress berwarna merah lengan panjang dan menunjukan punggung mulus miliknya. Gaun ini merupakan salah satu rancangannya sendiri. Bianca memang sering memakai rancanganya sendiri. Di padukan dengan kalung berlian yang cantik salah satu koleksi miliknya. Dan juga clutch hermes berwarna hitam yang senada dengan high heelsnya.Bianca melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. Caroline yang melihat kakaknya terus menatap kakaknya yang berpenampilan sangat cantik malam ini."Kakak, kau cantik sekali." puji Caroline yang terus menatap kagum kakaknya."Terimakasih sayang" jawab Bianca dengan senyuman."Kakak, bahkan kakak bisa menjadi model yang sangat terkenal. Kakak memiliki paras yang sangat menawan. Jika kakak menjadi model, percayalah kakak akan sangat terkenal bahkan melebihi diri ku" balas Caroline.
Pagi hari Bianca sudah berada di butiknya. Seperti biasa ia harus menyelesaikan pesanan dari para pelanggannya. Para designer baru yang bekerja di butik miliknya, sudah bisa ia andalkan. Lily sudah menunjukan hasil rancangan dari deisigner baru itu kepadanya. Dan Bianca pun sangat menyukai hasil rancangan dari para designer baru itu.Terdengar dering ponsel milik Bianca, hingga membuat Bianca menghentikan pekerjaannya. Ia langsng mengambil ponselnya di atas meja dan melihat ke layar ternyata Arthur menghubunginya."Hallo" sapa Bianca saat panggilannya terhubung."Kau bersiaplah, akan ada konferensi pers. Pagi ini media akan datang ke perusahaan ku. Jadi kau jalan sekarang ke perushaan ku." perintah Arthur yang membuat Bianca terkejut."Apa hubungannya media datang ke perusahaan mu dan aku pun harus datang juga?" "CK! kau ini bagaimana. Tujuan aku meminta mu datang karena aku akan memberitahu pada para media tentang pernikahan kita." kata Arthur dengan suara dingin."Kenapa kau harus
Setelah kembali dari Afford Company, Bianca kini sudah tiba di butik. Ia sengaja untuk segera kembali ke butik karena masih banyak pekerjaan yang menantinya. Di dalam ruang kerja, kini Bianca kembali merancang gaun untuk para pelanggan yang telah memesan rancangannya. Saat ia tengah sibuk dengan kertas sketsan dn juga pinsil, terdengar suara ketukan pintu. Lalu ia pun langsung memintanya untuk masuk."Selamat siang Nona Bianca, ada Nyonya Elena Afford mencari Nona Bianca," ucap Lily dengan lembut yang membuat Bianca menghentikan menggambar rancangannya."Ibunya Arthur kenapa bisa kesini." gumam Bianca."Baiklah, kamu bisa memintanya untuk masuk ke ruang kerja ku." balas Bianca dan ia pun langsung berdiri menyambut ibu dari Arthur yang datang."Bibi, kamu datang" Bianca berjalan mendekat ke arah Elena dan langsung memeluk Elena,"Sayang, jangan panggil aku bibi, Kamu akan menjadi menantu ku, Kamu harus memanggil ku mama." kata Elena."Baiklah bi maaf maksud ku mama." ujar Bianca yang
Dua jam kemudiaan, Bianca dan Viola masih berada di caffe. Ia masih menikmati makanan dan minuman mereka."Bi, malam ini temani aku ke Rubby Club ya." pinta Viola."Enggak bisa Vi, aku takut nanti Arthur tahu. Kau tahu sendiri dia orang seperti apa." tolak Bianca, ia sangat tahu Arthur akan marah jika ia ke club malam."Tenang bi, pasti dia enggak akan tahu, ayolah temani aku." ajak Viola.Bainca menghela nafas dalam, "Baiklah." balas Bianca. Sebenarnya Bianca ingin sekali menolak, tapi jika membiarkan Viola sendiri ia takut akan terjadi apa-apa dengan Viola"Lebih baik aku kembali ke butik saja. Aku akan mandi dan ganti baju di butik ku. Tidak mungkin aku kembali ke mansion, nanti Annabeth akan bertanya aku pergi kemana." ujar Bianca yang langsung bangun dari tempat duduknya."Baiklah, sampai bertemu di club ya" Viola berjalan meninggalkan Bianca.Bianca langsung berjalan menuju butiknya, ia langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tiga puluh menit kemudiaan, Bianca baru sa
Bianca terbangun dari tidurnya, ia perlahan mulai membuka kedua matanya. Ketika ia membuka matanya, tubuhnya merasakan sakit luar biasa. Terlebih bagian bawahnya ia merasakan sangat perih. Ia melihat sosok pria dengan postur tubuh yang benar-benar menawan tengah menikmati minumannya."Ahhhhgg" jerit Bianca saat mulai bangun, ia merasakan perih di bagain bawahnya."Sudah bangun hemm?" ucap Arthur sambil meminum kopinya. Namun Bianca tidak merespon ucapan Arthur.Bianca mengingat kejadian semalam, dimana ia sudah berteriak meminta Arthur berhenti namun Arthur sama sekali tidak merespon. Air mata Bianca mulai menetes mengingat kejadian semalam.Arthur yang melihat Bianca menangis, ia berjalan ke arah ranjang mendekati Bianca. "Sudah jangan menangis, kita pun akan segera menikah. Jadi sama saja" ujar Arthur sambil menghapus air mata Bianca dengan jemarinya."Kau brengsekk Arthur!" sentak Bianca."Aku berhak atas diri mu Bianca. Kita pun akan menikah, jadi melakukan sekarang atau nanti sa
Arthur menghelaa nafas dalam. Ia sangat malas untuk berbicara pada gadis di hadapannya."Sandra, aku sibuk." jawab Arthur suara datar dan dingin."Arthur, tidak bisakah kita makan siang hanya kali ini saja? aku mohon." pinta Sandra."Sandra, aku tidak ada waktu." balas Arthur yang langsung pergi meninggalkan sandra.Sandra tahu jika Arthur sudah pasti akan menolaknya. Sandra memang sangat menyukai Arthur, dulu saat Arthur sudah pernah tidur dengannya ia sangat bahagia. Sandra pikir ia akan memiliki Arthur sepenuhnya. Namun ternyata Arthur hanya mau menyentuhnya satu kali saja. Ia tidak akan pernah menyentuh wanita yang sama untuk kedua kalinya. Berkali-kali sandra mencoba menggoda Arthur kembali, namun usahanya hanya sia-sia. Arthur akan kembali menolaknya."Aku ingin lihat seperti apa calon istrinya, aku yakin aku jauh lebih cantik dan sexy" gumam Sandra yang masih menatap kepergian Arthur.***Afford CompanyArthur kembali ke perusahananya, ia baru saja mendapat telepon dari Alvin j
Setelah mendapat laporan dari Alvin, Arthur kembali menyelesaikan pekerjaannya. Untuk sementara memang Arthur membiarkan Alex melakukan yang ia mau. Namun Arthur akan tetap mengawasi gerak gerik dari Alex. Saat Arthur sedang berkutat dengan laptopnya, karena ia sedang membaca email yang masuk. Terdengar suara ketukan pintu yang membuat Arthur menghentikan melihat layar laptopnya. Tidak lama kemudian Alvin masuk setelah Arthur memintanya untuk masuk. "Maaf tuan," ucap Alvin dengan sopan."Ada apa?" Arthur mengernyitkan dahinya, Ia merasakan ada sesuatu karena dari raut Alvin sangat panik."Begini tuan, media memberitakan uatn pagi tadi bersama dengan seorang gadis di toko perhiasan. Dan media pun memotret seorang gadis yang tengah menyentuh lengan tuan," ujar Alvin."Seorang gadis?" "Ini tuan" Alvin menyerahkan tab yang ada ditangannya kepada tuannya.Saat Arthur melihat foto yang ada di layar tab milik Alvin, ia terkejut dengan pemberitaan media. "Alvin, bereskan tikus yang member
Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles
Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N
"Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say
Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f
Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.
Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka
Pantai Jimbaran - BALI, INDONESIABianca dan Arthur tengah duduk di sebuah restoran yang ada di Pantai Jimbaran. Mereka tengah menikmatin makanan khas bali. Terlihat Bianca begitu menyukai makanan khas bali. Tapi berbeda dengan Arthur. Suaminya itu tidak bisa makan masakan pedas. Bianca sering menertawakan Arthur, yang wajahnya langsung memerah ketika makan makanan pedas. "Sayang, jangan di makan. Itu semua cabai. Nanti terjadi sesuatu pada anak kita," ujar Arthur dengan tatapan dingin melihat istrinya melahap masakan khas bali."Ini sambal khas dari bali. Ikan bakarnya juga sangat enak. Aku sepertinya menyukai tinggal di sini," balas Bianca dengan antusias, "Jangan bicara yang tidak-tidak Bianca," jawab Arthur malas. "Aku tidak mungkin bisa tinggal di kota yang panas ini." Bianca mencebik kesal. "Apa kau tidak lihat? Sejak tadi Justin dan Nathan terus bermain di pantai. Itu artinya kedua putramu menyukai Bali." "Mereka memang sudah bermain. Tidak hanya di Bali, saat kita berlibur
Lima tahun kemudian... BALI - INDONESIABianca menatap kedua putranya yang tengah berlari menelusuri Pantai Nusa Dua. Setelah menunda liburan ke bali, akhinya Bianca dan Arthur bisa berlibur. Dengan kaki telanjang dan perut membuncit Bianca menelusuri pantai indah itu. Ya, kini, Bianca tengah mengandung anak ketiganya dengan Arthur. Di kehamilan kali ini, Bianca merasa senang karena bisa merasakan babbymoon. Karena sebelumnya ketika mengandung Justin dan Nathan, begitu banyak masalah yang menghampiri mereka. Hingga membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk babbymoon. "Justin... Nathan.. Jangan berlari kencang, nanti kalian jatuh!" teriak Bianca keras ke arah Justin dan Natha yang tengah berlari sembari bermain pasir di pantai."Biarkan sayang." Arthur memeluk pinggang istriny. Menikmati Pantai Nusa Dua yang begitu indah. Bianca menghela napas dalam. "Arthur, setelah ini aku tidak ingin hamil lagi! Sudah cukup! Justin, Nathan dan sekarang bayi kembar kita. Jika terus hamil, kapan ak
Beberapa bulan kemudian..Richo duduk di kursi kebesaraannya, membaca dokumen kerja sama perusahaan miliknya dengan perusahaan keluarga milik Viola. Kini Richo memimpin perusahaan keluarga Viola. Karena sejak awal, Richo memang tidak memperbolehkan Viola terlalu lelah bekerja. Richo masih membiarkan Viola, jika istrinya itu masih datang ke perushaaan. Hanya saja, Richo tidak ingin Viola fokus pada perusahaan. Setelah menikah, Richo menginginkan Viola lebih banyak di rumah. Meski Richo tahu, sejak Viola hanya di rumah, istrinya lebih sering ikut arisan bersama Bianca, Tasya dan Caroline. Tidak hanya itu, Viola juga selalu berbelanja setiap harinya demi menghilangkan rasa bosan. Bagi Richo, kebahagaian Viola adalah prioritasnya. Richo akan melakukan apa pun yang membuat istrinya selalu bahagia. Tidak perduli, berapa banyak uang yang harus Richo keluarkan yang terpenting istrinya selalu bahagia.Saat Richo tengah membaca membaca dokumen di hadapanya, dia terkejut melihat Davin assistant