Arthur melihat ke arlojinya, kini sudah pukul sepuluh malam. Alvin masih dalam pencarian dan menghubungi semua anak buahnya untuk mencari istrinya. Tapi sejak tadi tetap saja tidak bisa menemukannya. Arthur duduk di kursi kerjanya, ia meremas rambutnya. Keadaan ruang kerja Arthur sungguh berantakan. Ia merutuki kebodohannya, bahkan ia melihat dengan jelas wajah kecewa Bianca. Meskipun Bianca tidak menangis, tapi ia melihat dari sorot matanya jika Bianca sangat terluka. Arthur sangat tahu, Bianca tidak pernah menunjukan di depan orang jika dirinya lemah, Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu. Dengan cepat Arthur lanngsung meminta untuk masuk. Ia tahu jika itu pasti Alvin yang datang.Ceklek"Tuan," sapa Alvin sambil menundukan kepalanya. "Katakan, dimana istri ku? apa kalian sudah menemukannya?" tanya Arthur, kini ia sudah tidak bisa lagi menunggu. "Maaf tuan, nyonya tidak memakai cincin dan arloji yang di pasangkan GPS. Ponselnya pun mati kami tidak bisa melacak. Selu
Keesokan hari, Arthur sudah bersiap. Ia juga meminta Alvin untuk datang ke mansionnya. Sejak tadi malam, ia tidak bisa tidur tenang. Bagaimana pun ia masih belum menemukan Bianca. Hari ini Arthur harus menemukan Bianca, bagaimana pun caranya Ia akan tetap menemukan Bianca. Wajah Bianca terus berada di pikiran Arthur. Dalam hidup ini pertama kalinya Arthur sangat kacau. Saat Clarissa pergi, dia pun kacau hanya saja kini ia merasakan dirinya sungguh hancur ketika Bianca pergi.Arthur berjalan keluar mansion, Nick supirnya yang melihat tuannya sudah keluar mansion ia langsung membukakan pintu mobil. Alvin pun ikut bersama Arthur, Alvin duduk di kursi depan. "Nick, kita ke butik istri ku pagi ini." perintah Arthur pada supirnya. "Baik tuan""Alvin, apa kau sudah memeriksa jadwal penerbangan? apa nama istri ku masuk dalam penerbangan kemarin?" tanya Arthur pada Alvin yang duduk di kursi depan. "Saya sudah memeriksanya tuan, tapi nama nyonya tidak ada di penerbangan." jawab Alvin. Arth
Mobil Arthur sudah tiba di mansion milik Viola, Arthur turun dari mobil dan diikuti oleh Alvin. Arthur berjalan memasuki mansion. Ia berdiri tepat di depan pintu, lalu ia memencet bel. Tidak lama kemudian pintu terbuka dari dalam. "Arthur?" Viola mengerutkan dahinya saat melihat suami dari sahabatnya datang ke rumahnya. "Apa aku menganggu mu?" kata Arthur dengan suara dingin. "Tidak masuk lah." pinta Viola, kemudian Arthur berjalan masuk ke dalam rumah Viola. "Kau ingin minum apa?" tawar Viola. "Tidak perlu, aku ingin bertanya sesuatu pada mu." ucap Arthur. "Bertanya? kau ingin bertanya apa?" "Kemarin kau bersama istri ku bukan? apa kau tahu kemana istri ku pergi?" tanya Arthur langsung, yang sontak membuat Viola terkejut. "Tunggu, maksud mu bagaimana Arthur?" tanya Viola, ia sungguh bingung dengan pertanyaan Arthur. "Katakan dimana istri ku? kau adalah sahabat baiknya. Tidak mungkin Bianca tidak memberitahu mu dimana di pergi." kata Arthur dengan tegas dan sorot mata tajam.
Auckland International Airport, New Zealand.Bianca sudah tiba di bandara internasional Auckland New Zealand. Negara ini memang jauh dari New York, Bianca lebih memilih kesebuah negara yang juah dari New York. Setidaknya berada jauh dari sana, bisa membuat keadaan Bianca jauh lebih tenang. Bianca sudah lama sekali tidak datang ke New Zealand. Dia memang lebih banyak menghabiskan liburannya di Europe. Di New Zealand, Bianca memang tidak memilki satu orang teman pun tinggal disini. Tapi itu memang jauh lebih baik, saat ini dia tidak ingin orang tahu identitasnya sebagai istri dari seorang Arthur Afford. Bianca juga tidak tahu, apakah Arthur memiliki perusaahaan cabang di New Zealand atau tidak. Bianca berharap Arthur tidak dapat menemukannya. Ia sungguh ingin menenangkan diri dan tidak ingin di ganggu oleh siapapun. Perbedaan waktu antara New Zealand dan New York adalah 16 jam. Dimana New Zealand lebih cepat dari New York. Ini lah tujuan Bianca, pergi jauh dari New York. Bianca yakin
Sejak Caroline mendengar Bianca pergi, ia terus tidak bisa tenang. Bagaimana tidak, Bianca adalah kakaknya satu-satunya. Bahkan Bianca tidak memberi kabar pada Caroline. Bianca tidak menghubungi Caroline.Bahkan saat Adam dan juga Melinda, menghubungi Caroline menanyakan kabar tentang Bianca. Caroline harus terpaksa berbohong pada mereka, jika Bianca kakaknya baik-baik saja. Caroline tidak mungkin menceritakan jika Bianca pergi karena bertengkar dengan Arthur. Ia yakin pasti orang tuanya akan cemas. Beruntungnya Adam dan juga Melinda menunda kedatangan mereka ke New York. Setidaknya mereka tidak mengetahui jika putri sulung mereka tengah bertengkar dengan suaminya. Hari ini Caroline sudah menghubungi Bianca berkali-kali. Namun ponselnya tetap tidak aktif. Terakhir Caroline mendengar jika Arthur akan bertemu dengan Lily dan juga Viola, lebih baik Caroline langsung bertanya pada Arthur apakah kakak iparnya itu sudah memenukan kakaknya atau belum. Caroline yang tengah gusar di ruang g
"Kau kasihan padanya, tapi apa kau memikirkan istri mu? sekarang dia pergi kau baru seperti orang gila yang mencarinya. Aku sudah memberikan peringatan pada mu sebelumnya." seru Steven yang kesal. Karena dia sudah memberikan peringatan pada Arthur, tapi tetap saja Arthur keras kepala."Aku tidak siap memberitahu Bianca, aku takut dia berpikir yang tidak-tidak." tukas Arthur. "Ya, tapi kau membiarkannya tahu dari orang lain. Kau ini bagaimana Arthur." seru Steven, ia sudah tidak habis pikir dengan apa yang dipikirkan oleh sahabatnya ini. "Aku masih belum bertemu dengan Clarissa. Saat ini aku terlalu memikirkan keberadaan istri ku. Bianca saat ini sedang hamil, karena ku kandungannya lemah. Aku tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana keadaan Bianca. Tapi aku akan segera menemui Clarissa, aku akan bertindak keras pada Clarissa." desis Arthur. "Bianca hamil?" tanya Steven. "Ya." "Well, harusnya kau memang pantas merasakan bersalah. Bianca kau lukai tepat di saat dia mengandung anak
Pagi hari, Bianca terbangun dari tidurnya. Perlahan ia membuka matanya, ia menggeliat dan menguap. Ia baru ingat dirinya sudah tidak berada di New York. Bianca mengikat asal rambutnya, lalu berjalan menuju kamar mandi. Ia berendam di jaccuzi, aroma lavender dicampur madu membuat tubuhnya jauh lebih rileks. Seketika ia merasakan masalahnya sedikit terlupakan. Tiga puluh menit kemudian, Bianca yang sudah selesai berendam. Ia mengganti pakaianya dengan mini dress berwarna mustrad tanpa lengan dan menggunakna flat shoes. Ia harus mengingat kini dirinya adalah ibu hamil. Dokter mengatakan kandunganya lemah, mau tidak mau Bianca memakai flat shoes. Bianca menatap cermin matanya masih sedikit sembab karena tadi malam ia tidak henti menangis. "Aku harus kuat demi anak ku, meskipun Arthur tidak ada. Aku akan tetap kuat dan aku akan kembali menata hidup ku yang baru." gumam Bianca yang berusaha menguatkan dirinya. Kemudian Bianca berjalan keluar kamar, dan menuju tempat breakfast.Bianca mel
"Jika aku boleh tahu, kenapa kau melarikan diri dari pernikahan mu?" tanya Bianca dengan lembut."Kekasih ku berselingkuh dengan sahabat ku sendiri. Mereka memang sudah meminta maaf pada ku. Dan kekasih ku juga memohon pada ku memaafkannya. Aku bisa memaafkannya tapi tidak mampu untuk kembali menjadi kekasihnya." ujar Tasya."Menurut ku sebuah perselingkuhan dan kebohongan tidak bisa aku maafkan. Aku sangat mencintai kekasih ku, tapi aku tidak mungkin membiarkan hati ku kembali terluka karenanya." lanjut Tasya yang membuat Bianca terdiam."Aku tidak akan menggenggam tangan seorang pria yang hatinya tidak ada untuk ku. Aku membiarkannya mendapatkan gadis yang dia cintai. Dan aku sangat yakin itu bukan diri ku. Karena jika dia sungguh mencintai ku, dia tidak akan mungkin melukai ku." ujar Tasya. "Maaf aku jadi bercerita, lalu bagaimana dengan mu? apa kau berlibur?" tanya Tasya pada Bianca. Bianca tersenyum, "Sama seperti mu, aku menenangkan diri." jawab Bianca. "Menangkan diri? maksu
Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles
Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N
"Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say
Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f
Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.
Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka
Pantai Jimbaran - BALI, INDONESIABianca dan Arthur tengah duduk di sebuah restoran yang ada di Pantai Jimbaran. Mereka tengah menikmatin makanan khas bali. Terlihat Bianca begitu menyukai makanan khas bali. Tapi berbeda dengan Arthur. Suaminya itu tidak bisa makan masakan pedas. Bianca sering menertawakan Arthur, yang wajahnya langsung memerah ketika makan makanan pedas. "Sayang, jangan di makan. Itu semua cabai. Nanti terjadi sesuatu pada anak kita," ujar Arthur dengan tatapan dingin melihat istrinya melahap masakan khas bali."Ini sambal khas dari bali. Ikan bakarnya juga sangat enak. Aku sepertinya menyukai tinggal di sini," balas Bianca dengan antusias, "Jangan bicara yang tidak-tidak Bianca," jawab Arthur malas. "Aku tidak mungkin bisa tinggal di kota yang panas ini." Bianca mencebik kesal. "Apa kau tidak lihat? Sejak tadi Justin dan Nathan terus bermain di pantai. Itu artinya kedua putramu menyukai Bali." "Mereka memang sudah bermain. Tidak hanya di Bali, saat kita berlibur
Lima tahun kemudian... BALI - INDONESIABianca menatap kedua putranya yang tengah berlari menelusuri Pantai Nusa Dua. Setelah menunda liburan ke bali, akhinya Bianca dan Arthur bisa berlibur. Dengan kaki telanjang dan perut membuncit Bianca menelusuri pantai indah itu. Ya, kini, Bianca tengah mengandung anak ketiganya dengan Arthur. Di kehamilan kali ini, Bianca merasa senang karena bisa merasakan babbymoon. Karena sebelumnya ketika mengandung Justin dan Nathan, begitu banyak masalah yang menghampiri mereka. Hingga membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk babbymoon. "Justin... Nathan.. Jangan berlari kencang, nanti kalian jatuh!" teriak Bianca keras ke arah Justin dan Natha yang tengah berlari sembari bermain pasir di pantai."Biarkan sayang." Arthur memeluk pinggang istriny. Menikmati Pantai Nusa Dua yang begitu indah. Bianca menghela napas dalam. "Arthur, setelah ini aku tidak ingin hamil lagi! Sudah cukup! Justin, Nathan dan sekarang bayi kembar kita. Jika terus hamil, kapan ak
Beberapa bulan kemudian..Richo duduk di kursi kebesaraannya, membaca dokumen kerja sama perusahaan miliknya dengan perusahaan keluarga milik Viola. Kini Richo memimpin perusahaan keluarga Viola. Karena sejak awal, Richo memang tidak memperbolehkan Viola terlalu lelah bekerja. Richo masih membiarkan Viola, jika istrinya itu masih datang ke perushaaan. Hanya saja, Richo tidak ingin Viola fokus pada perusahaan. Setelah menikah, Richo menginginkan Viola lebih banyak di rumah. Meski Richo tahu, sejak Viola hanya di rumah, istrinya lebih sering ikut arisan bersama Bianca, Tasya dan Caroline. Tidak hanya itu, Viola juga selalu berbelanja setiap harinya demi menghilangkan rasa bosan. Bagi Richo, kebahagaian Viola adalah prioritasnya. Richo akan melakukan apa pun yang membuat istrinya selalu bahagia. Tidak perduli, berapa banyak uang yang harus Richo keluarkan yang terpenting istrinya selalu bahagia.Saat Richo tengah membaca membaca dokumen di hadapanya, dia terkejut melihat Davin assistant