Karamel tersadar setelah beberapa jam.
Wanita itu langsung melihat Justin yang duduk layaknya boss. Walau dia memang boss sih.
"Kau sudah bangun? Apa ada yang sakit? Akan kupanggilkan dokter!" komentarnya saat melihat wanita yang sedari tadi menatapnya.
"An-anda sudah menolongku," suara pelan Karamel, entah kenapa hatinya sedikit bergetar atas sikap mantan bossnya itu.
Tidak ada balasan yang keluar dadi mulut Justin, membuat Karamel benar-benar memberikan senyum hangat pada Justin sembari berucap, Terima kasih."
"Kalau mau berterima kasih, kembali ke perusahaan," kata Justin langsung tanpa basa-basi.
"Baiklah, aku akan kembali ke sana," jawab Karamel membuat Justin sedikit kaget, akhirnya Omega ini luluh juga pikir Justin.
"Kau serius?" Justin hanya ingin memastikan. Siapa tau kan, ini prank.
"Aku akan kembali ke perusahaan anda," jawab Karamel akhirnya. Dia sudah tidak punya pilihan dan memang hal yang tetap kembali ke perusahaan.
"Kalau begitu istirahat dulu di rumah, karena periodemu sudah dekat. Aku akan mengantarmu pulang kalau memang tidak sakit," ucap Justin dihadiahi anggukan mengerti Karamel.
Karamel pun pulang ke rumahnya dan memang masa periodenya sudah dekat. Hanya karena terpancing Omega sebelumnya membuatnya lebih cepat In Heat.
Justin juga sudah membeli banyak obat untuk Karamel termasuk injeksi.
Membuat Karamel tersenyum gaje. "Ternyata dia tidak seburuk itu," komentar Karamel sebelum tidur.
***
Setelah seminggu, Karamel ke cafe bermaksud mengatakan pada Ms. Amber soal ia keluar dari cafenya.
"Kau sudah memikirkannya?" tanya Ms. Amber.
Karamel mengangguk yakin. "Terima kasih Ms. Amber, kalau ada waktu aku akan kemari."
"Tidak. Jangan terlalu dipikirkan. Kalau ada masalah datanglah kemari," ujar Ms. Amber.
"Iya," ucap Karamel senang.
"Masa periodemu sudah selesai?" tanya Ms. Amber.
"Sudah."
"Tapi jangan keliaran dulu," beritahu Ms. Amber cukuo khawatir, pasalnya ia masih khawatir pada pegawai yang merangkap mantan pegawainya itu.
"Iya Ms. Amber. Setelah ini aku akan kembali ke rumah," ujar Karamel atas perhatian Ms. Amber
Ms. Amber walau memberi tatapan khawatir dan tak rela, ia akhirnya mengangguk. "Baiklah, hati-hati dalam perjalananmu."
Karamel mengangguk membalas, ia memberi salam dan akhirnya pergi, dia tahu Ms. Amber adalah boss yang baik. Sangat baik.
Walau begitu, Karamel tetap butuh kerjaan di kantor Justin yang gajinya 3x lipat dari kerjaannya sekarang. Tahu kan, biaya hidup Karamel itu besar.
***
Esoknya. Semua karyawan menjadi kaget mendapati Karamel yang baru sebulan dipecat, tapi malah datang kembali ke kantor. Tentu sebagian orang bingung, kenapa bisa coba?
Karamel tidak berkata apa-apa dan hanya tersenyum sebagai tanggapan pada mereka yang bertanya macam-macam.
Dia tidak bisa mempermalukan dirinya atau harga diri atasannya.
Jadi diam adalah cara yang paling bagus.
"Selamat datang kembali Karamel," sambut Sekretaris Helena tersenyum padanya.
Walau Sekretaris Helena itu murah senyum, dia juga merupakan wanita yang tegas. Jika dia suka ... maka dia akan suka. Tapi kalau sudah tidak suka ... maka bersiap-siaplah mendapat hal yang akan disesali jika berurusan dengan Sekretaris Helena.
"Terima kasih Sekretaris Helena," balas Karamel ikut tersenyum.
Sedikit melirik kanan kiri seperti tidak ingin ada mendengarnya.
"Ehem ... Boss sendiri yang memintamu kembali bukan?" Sekretaris Helena bertanya dengan pelan, dihadiahi Karamel yang mengangguk sambil tersenyum.
Sekretaris Helena kembali berujar dengan nada bercandanya. "Itu karena Presiden langsung dimarahi beliau, jadi dia segera merekrutmu kembali."
"Beliau memang orang yang baik!" balas Karamel langsung teringat pada Justin itu.
"Iya, tapi Presiden Justin juga tidak buruk. Dia hanya tidak suka Omega."
Karamel mengerutkan keningnya bingung. "Apa dia yang mengatakannya sendiri?"
"Benar, dia tidak suka Omega!" jawab Sekretaris Helena dengan anggukan yakin.
"Oh ..."
Karamel terdiam, berbisik di dalam hatinya. "Pantas saja dia langsung memecatku. Bukan karena aku In Heat ... tapi melainkan boss tidak suka seorang Omega."
Saat Karamel terdiam, Sekretaris Helena kembali mencetus, "Tapi jangan dipikirkan, kau tidak akan sering bersamanya."
"Benar. kami tidak akan sering bertemu," balas Karamel.
Memang benar yang dikatakan Sekretaris Helena, dia tidak akan sering bertemu dengan Justin kecuali meeting dan laporan tiap bulan.
***
Karamel menghela nafas panjang dan mencuci mukanya, dia lelah karena kerja terus. Apalagi baru masuk , tapi sudah dihadiahi banyak yang harus ia selesaikan.
Kepala sales yang menggantikan Karamel juga kurang teliti bekerja, jadi dia harus memperbaiki lagi.
Justin pun kebetulan ke toilet dan bertemu dengan Karamel.
Mereka sudah lama tidak tegur sapa sejak di rumah sakit.
Karamel hanya memberi salam, sedikit membungkuk hormat lalu pergi.
Karamel tidak tahu, Justin terus menatapnya, hingga wanita itu kembali duduk di meja kerja dan melanjutkan pekerjaannya.
"Omega itu benar-benar pekerja keras," tidak sadar mulut Justin mengeluarkan kalimat itu memujinya.
Walau begitu, di sisi lain, Karamel sedikit dongkol. "Kenapa juga harus bertemu dengannya!" gumam Karamel sedikit kaget.
Tiba-tiba Sekretaris Helena datang membawa minuman dan makanan hanya untuk Karamel.
"Ini dari boss," ucap Sekretaris Helena membuat yang lain terbengong. Makanan dan minuman hanya untuk Karamel.
"Katanya kau sudah bekerja keras," Sekretaris Helena melanjutkan ucapannya sembari menaruh makanan dan minuman itu di atas meja kerja Karamel, lalu pergi.
Karamel hanya diam melihat makanan di meja. Karena tidak enak dengan rekan lain, Karamel pun membaginya pada yang lain, ditambah itu cukup banyak, tidak mungkin Karamel mengabiskannya seketika.
Saat itu, Justin juga lewat dan melihatnya, dia langsung menatap Karamel dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun, tidak berkata apa-apa dan pergi.
Karamel tidak peduli tatapannya, hanya mengedikkan bahu acuh dan kembali bekerja.
***
Tak terasa sudah tengah malam Karamel berkutat pada komputer di hadapannya. Padahal yang lain sudah pulang dan sisa dirinya saja.
Tiba-tiba sesosok muncul membuat wanita itu kaget.
"Aku tidak bayar uang lembur karyawan," ucap sosok itu pada Karamel yang masih belum menyesuaikan diri dari kekagetannya.
Karena tidak ada tanggapan apapun, Justin yang tidak lain sosok yang berbicara itu melambaikan tangannya di deoan muka wanita yang seketika menggeleng pelan dan langsung mematikan komputer untuk buru-buru pulang.
Dia mengikuti Justin dari belakang.
"Pre-presiden, terima kasih makanannya," ucap Karamel berterima kasih.
"Bukannya kau tidak suka?" balas Justin mengingat Karamel yang membagikan ke orang lain.
"Apa maksud Anda tidak suka?"
"Kau membaginya ke orang lain, kau tidak mau makan apa yang kubeli mungkin!" beritahu Justin.
Karamel akhirnya mengangguk mengerti, "Jadi tatapan sebelumnya? Apa aku sudah membuatnya marah?' pikir Karamel.
"Aku tidak bermaksud begitu presiden, aku membaginya karena banyak. Aku tidak bisa menghabiskan semuanya."
"Hnn ...." hanya dengungan yang keluar sebagai balasan Justin.
"Apa anda marah karena aku sudah membaginya?" duga Karamel. "kalau begitu, lain kali aku tidak akan ...." Karamel langsung terdiam memukul bibirnya sebab lancang.
"Apa yang kuucapkan! Apanya lain kali? Tidak mungkin presiden membelikan untukmu lagi!" Karamel mengutuk dalam hati karena kata-kata tidak masuk akalnya.
"Tidak akan apa ...?" kini Justin bersuara membuat Karamel lagi-lagi mengutuk dirinya. "Tidak akan membagi pada yang lain," lanjut Justin membuat Karamel menatap Presidennya itu. "Baiklah kalau begitu ... aku akan membelinya sedikit, jadi kau bisa makan sendiri."
Tunggu ...
Karamel tidak salah dengar kan. "A-anda tidak perlu membelinya!" kikuk Karamel. Sial.
"Aku tidak perlu membelinya, aku tinggal pesan!" seru Justin dan mereka akhirnya sampai di luar kantor tanpa disadari.
Justin tersenyum kecil dan masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya.
Karamel pun berjalan berbeda arah.
Di perjalanan, Karamel hanya bisa memikirkan perubahan sikap presidennya itu sembari berjalan dengan santai pulang ke rumahnya. "Ada apa dengan orang itu?"
Karena Karamel sudah makan, dia pun langsung mandi dan istirahat.
Karamel mempresentasikan hasil kerja sebulannya pada Justin dan beberapa atasan lain seperti manajer dan supervisor departemen lain. Setelah selesai meeting Karamel baru bisa bernapas lega. Walau sudah lama bekerja, tapi presentasi dengan semua Alpha itu membuat jantungnya deg-deg an. Justin ikut keluar dari ruang meeting sebab ada keperluan di luar bersama Sekretaris Helena. Dengan menggunakan mobil yang disopiri, mereka akhirnya berangkat ke pertemuan klien selanjutnya. Namun di jalan, sebuah mobil melaju dengan cepat melewati mobil Justin, padahal jalanan lumayan ramai. Di arah berlawanan sebuah mobil mengalami rem blong, membuat pengemudinya hilang kendali dan .... Burgh .... Mobil di hadapan Justin bertabrakan, hal cepat itu membuat sopir Justin tidak bisa melakukan apa-apa sebab di semua sisinya ada mobil lain, hingga akhirnya menabrak belakang mobil di depannya, diikuti tabrakan lain di belakang mobil Justin. *** Karamel
Tangan kiri Justin yang terluka juga membuatnya sedikit kesulitan untuk mandi atau pun mengganti pakaian.Bagaimana dia bisa mengancing bajunya dengan satu tangan? Lalu dasi? Kemudian celananya? Lalu ikat pinggang?Karena itu Karamel pun menawarkan diri membantunya. Setiap pagi sopir akan menjemput Karamel bukan ke kantor langsung tapi ke apartemen Justin.Dengan setengah telanjang hanya memakai handuk setelah mandi pagi, Justin membuka pintunya dan menyuruh Karamel masuk.Karamel jadi sedikit malu dan salah tingkah. Berada di rumah sang Alpha itu berbeda, baunya sangat berbeda."Apa Anda sudah sarapan?" tanya Karamel langsung."Kau bisa membuat makanan yang mudah," ujar Justin sebagai balasan. Dalam artian ia belum sarapan sama sekali. Untung saja Karamel itu cerdas jadi wanita itu sudah tahu maksud dari ucapan presidennya itu."Baik." Karamel kini membuat makanan terlebih dahulu, sementara Justin mencari baju yang akan dia pakai dan
Karamel pun kembali ke apartemen setelah Justin merasa baikan dan tidak perlu lagi dibantu Karamel.Perempuan itu memikirkan dirinya kini sudah memiliki pasangan dan orang itu adalah atasannya sendiri.Sejak saat itu pula Justin selalu datang menjemput dan mengantar pulang Karamel.Sekretaris Helena yang sudah bisa berjalan pun kembali ke kantor, jadi Karamel juga sudah kembali ke posisinya. Untung dia tidak selalu bertemu dengan atasannya, jadi dia tidak merasa was-was."Karamel, malam ini ada pesta minum. Kau mau ikut?" tanya rekan kerjanya."Sepertinya tidak ....""Ayolah Karamel, kita sudah lama tidak minum," bujuk rekannya itu lagi yang memang benar, Karamel sudah sangat jarang bergabung dengan rekan kerjanya itu saat ia selalu bersama Justin untuk menggantikan Sekretaris Helena.Karamel tampak berpikir untuk mengambil keputusan, ditatapnya rekannya itu yang benar-benar memberi tatapan penuh harap membuat Karamel melemah. Dengan
Karamel terbangun saat pagi, kepalanya sangat pusing dan belum bisa berpikir apa-apa. Setelah benar-benar sadar, dia pun menangis dan menyentuh lehernya."Aku ... melakukannya dengan Alpha lain ...."Tangisnya karena diingatannya hanya sampai Alpha lain masuk ke dalam pussynya.Dia menangis histeris karena sudah menjadi mate Alpha lain.Pikirannya jadi kacau, seluruh tubuhnya juga sakit penuh gigitan gigi.Dia masih bisa merasakan cairan hangat di pussynya dan akhirnya dia berlari masuk ke dalam kamar mandi.Mengorek sendiri cairan kentalnya untuk keluar sambil menangis. Dia tidak peduli darah atau pun luka di lubangnya, yang pasti dia akan mengeluarkan cairan kental Alpha lain.Dia menangis dan duduk lesu di guyur shower."Presiden ...."Panggilnya sedih karena bukan Justin yang menjadi matenya, melainkan Alpha yang tidak dia kenali.Setelah kejadian ini, dia baru menyadari perasaannya pada Justin.Dia mul
"Ah ... Ng ... Ah," desah Karamel. Justin belum melakukan pergerakan maju mundur itu, hanya memasukkannya membuat Karamel sudah merintih. Perlahan feromon Karamel dapat dicium Justin. "Apa kau sesuka itu dengan milikku?" tanya Justin karena dia bisa merasakan milik bawah Karamel yang terus menyedotnya masuk. "Pre-presiden ... Cepat gerakkan," pinta Karamel akhirnya sudah tidak sabaran. "Baik! Dengan senang hati!" Justin tentu saja tidak lagi menunggu, dorongan kuat ke dalam dan tarikan keluar perlahan membuat Karamel merintih nikmat. "Ahhhhhh ... be-besar! Aku merasa penuh ...," jerit Karamel mengalungkan tangannya ke leher Justin. Justin kemudian mengangkat satu kaki lainnya dan membuat Karamel bersandar di dinding. Tarikan dan dorongan dilakukan semakin cepat karena tubuh Karamel sudah berada di tangannya. Dia terus menekan pinggul Karamel dan menaik turunkannya agar kepemilikannya bisa mencapai daerah terdalam Karamel. "Ahhh
Seminggu kemudian Karamel bertemu dengan Justin lagi. "Kenapa kau tidak membalas pesanku?" "Aku sudah tidur!" jawab Karamel. "Sudah tidur?" "Tentu saja, lagian kau mengirim pesan begitu malam!" balas Karamel. Padahal mereka sedang makan siang tapi Karamel tidak nafsu sama sekali. "Aku ingin menjelaskan padamu, bahwa wanita yang bersamaku itu … " "Mantanmu. Aku tahu, kau tidak perlu menjelaskannya!" potong Karamel. "Darimana kau tahu dia mantanku? Apa karena kau melihat kami berciuman? Lalu kau pikir kami …" "Presiden, kalau sudah selesai makan kita pergi. Aku masih banyak tugas." Karamel pun berjalan pergi tanpa menunggu Justin. Dia benar-benar tidak enak badan. "Karamel! Dengarkanku dulu! Aku sama dia tidak ada hubungan apa-apa! dia hanya datang liburan, dia juga ada teman lainnya! Kami tidak berdua!" Dia menahan kepergian Karamel. "Aku berkata jujur padamu, percaya padak
Besoknya saat dia ke kantor, Sekretaris Helena sudah ada. "Sekretaris Helena, di mana presiden?" "Presiden sedang ke luar kota." "Kau tidak ikut?" "Aku tidak bisa ikut, adikku sedang hamil muda. Jadi tidak bisa kutinggalkan, kau tahu morning sick-nya omega hamil bagaimana? Jadi tidak bisa kutinggalkan!" jawabnya khawatir. "Woah ... Selamat kalau begitu, Sekretaris Helena." "Terima kasih, dan kenapa kau mencari presiden?" "Tidak ada, maaf mengganggu waktumu!" jawab Karamel akhirnya. "Tidak apa-apa, kau terlihat pucat? Kau baik-baik saja?" tanyanya pada Karamel. "Aku baik-baik saja, hanya kurang tidur." "Jangan memaksakan diri, kalau sakit katakan padaku. Aku akan memberitahu presiden." "Aku mengerti," ucapnya dan kembali duduk ke kursinya. Sepulang dari kantor, dia tidur karena lelah dan sibuk di kantornya seharian ini. Di kantor dia harus bolak balik toilet karena mual, walau begi
Karamel menemui Arsel di cafenya, dia menangis setelah melihat Arsel."Ada apa Karamel? Kenapa kau menangis?""Aku hanya rindu dengan tempat ini!" jawabnya. Tapi Arsel tidak percaya padanya,"Kalau kau tidak mau cerita tidak apa-apa, kau bisa datang kapan saja kemari.""Terima kasih," ucap Karamel. Dia menyuguhkan susu coklat panas untuk Karamel,"Minumlah selagi hangat, kau akan merasa baikan," ucap Arsel. Dia pun duduk diam di cafe dan tidak melakukan apa pun.Rekan kerja Karamel sebelumnya juga penasaran dan bertanya pada Arsel, tapi Arsel sendiri tidak tahu masalahnya. Karamel tidak bicara sepatah katapun, setelah menangis dia hanya duduk diam.Lalu kemudian dia menghela napas."Apa sudah baikan?" tanya Arsel. Karamel tersenyum padanya seperti biasa."Aku sudah merasa baikan.""Kau tidak ada masalah dengan atasanmu bukan?" tanyanya tepat sasaran."Tidak ada!" jawabnya sambil tertawa kecil."Baikl
"Apa presiden akan marah kalau mengetahui hal ini?" gumamnya baru mengirimkan surat pengunduran diri lewat post, besok baru akan diterima oleh kantor dan tidak tahu akan dibaca atau tidak. Palingan hanya akan jadi tumpukan sampah. Yang pasti Karamel sudah mengirimkan surat itu, dibaca atau tidak sudah bukan urusannya lagi.Dia tidak lagi berencana kembali ke sana, jadi dia tidak peduli lagi.Karamel pun melewati stand es krim. Dia tiba-tiba jadi pengen …"Jangan bilang kau ingin makan itu?!" tanyanya sambil mengusap perutnya."Ibu akan membelikan padamu!" ucapnya segera membeli es krim."Tolong es krim coklat strawberrynya!" pesannya dan segera dibuat karena tidak ada yang mengantri.Karamel begitu senang menerima es krim dan memakannya tanpa pikir panjang.Dia mencoba melupakan semua kejadian ini dan terus melangkah maju. Dia tidak akan berpikir negatif atau apa pun lagi. Dia sudah mengambil keputusan."Aku harus positi
Karamel menemui Arsel di cafenya, dia menangis setelah melihat Arsel."Ada apa Karamel? Kenapa kau menangis?""Aku hanya rindu dengan tempat ini!" jawabnya. Tapi Arsel tidak percaya padanya,"Kalau kau tidak mau cerita tidak apa-apa, kau bisa datang kapan saja kemari.""Terima kasih," ucap Karamel. Dia menyuguhkan susu coklat panas untuk Karamel,"Minumlah selagi hangat, kau akan merasa baikan," ucap Arsel. Dia pun duduk diam di cafe dan tidak melakukan apa pun.Rekan kerja Karamel sebelumnya juga penasaran dan bertanya pada Arsel, tapi Arsel sendiri tidak tahu masalahnya. Karamel tidak bicara sepatah katapun, setelah menangis dia hanya duduk diam.Lalu kemudian dia menghela napas."Apa sudah baikan?" tanya Arsel. Karamel tersenyum padanya seperti biasa."Aku sudah merasa baikan.""Kau tidak ada masalah dengan atasanmu bukan?" tanyanya tepat sasaran."Tidak ada!" jawabnya sambil tertawa kecil."Baikl
Besoknya saat dia ke kantor, Sekretaris Helena sudah ada. "Sekretaris Helena, di mana presiden?" "Presiden sedang ke luar kota." "Kau tidak ikut?" "Aku tidak bisa ikut, adikku sedang hamil muda. Jadi tidak bisa kutinggalkan, kau tahu morning sick-nya omega hamil bagaimana? Jadi tidak bisa kutinggalkan!" jawabnya khawatir. "Woah ... Selamat kalau begitu, Sekretaris Helena." "Terima kasih, dan kenapa kau mencari presiden?" "Tidak ada, maaf mengganggu waktumu!" jawab Karamel akhirnya. "Tidak apa-apa, kau terlihat pucat? Kau baik-baik saja?" tanyanya pada Karamel. "Aku baik-baik saja, hanya kurang tidur." "Jangan memaksakan diri, kalau sakit katakan padaku. Aku akan memberitahu presiden." "Aku mengerti," ucapnya dan kembali duduk ke kursinya. Sepulang dari kantor, dia tidur karena lelah dan sibuk di kantornya seharian ini. Di kantor dia harus bolak balik toilet karena mual, walau begi
Seminggu kemudian Karamel bertemu dengan Justin lagi. "Kenapa kau tidak membalas pesanku?" "Aku sudah tidur!" jawab Karamel. "Sudah tidur?" "Tentu saja, lagian kau mengirim pesan begitu malam!" balas Karamel. Padahal mereka sedang makan siang tapi Karamel tidak nafsu sama sekali. "Aku ingin menjelaskan padamu, bahwa wanita yang bersamaku itu … " "Mantanmu. Aku tahu, kau tidak perlu menjelaskannya!" potong Karamel. "Darimana kau tahu dia mantanku? Apa karena kau melihat kami berciuman? Lalu kau pikir kami …" "Presiden, kalau sudah selesai makan kita pergi. Aku masih banyak tugas." Karamel pun berjalan pergi tanpa menunggu Justin. Dia benar-benar tidak enak badan. "Karamel! Dengarkanku dulu! Aku sama dia tidak ada hubungan apa-apa! dia hanya datang liburan, dia juga ada teman lainnya! Kami tidak berdua!" Dia menahan kepergian Karamel. "Aku berkata jujur padamu, percaya padak
"Ah ... Ng ... Ah," desah Karamel. Justin belum melakukan pergerakan maju mundur itu, hanya memasukkannya membuat Karamel sudah merintih. Perlahan feromon Karamel dapat dicium Justin. "Apa kau sesuka itu dengan milikku?" tanya Justin karena dia bisa merasakan milik bawah Karamel yang terus menyedotnya masuk. "Pre-presiden ... Cepat gerakkan," pinta Karamel akhirnya sudah tidak sabaran. "Baik! Dengan senang hati!" Justin tentu saja tidak lagi menunggu, dorongan kuat ke dalam dan tarikan keluar perlahan membuat Karamel merintih nikmat. "Ahhhhhh ... be-besar! Aku merasa penuh ...," jerit Karamel mengalungkan tangannya ke leher Justin. Justin kemudian mengangkat satu kaki lainnya dan membuat Karamel bersandar di dinding. Tarikan dan dorongan dilakukan semakin cepat karena tubuh Karamel sudah berada di tangannya. Dia terus menekan pinggul Karamel dan menaik turunkannya agar kepemilikannya bisa mencapai daerah terdalam Karamel. "Ahhh
Karamel terbangun saat pagi, kepalanya sangat pusing dan belum bisa berpikir apa-apa. Setelah benar-benar sadar, dia pun menangis dan menyentuh lehernya."Aku ... melakukannya dengan Alpha lain ...."Tangisnya karena diingatannya hanya sampai Alpha lain masuk ke dalam pussynya.Dia menangis histeris karena sudah menjadi mate Alpha lain.Pikirannya jadi kacau, seluruh tubuhnya juga sakit penuh gigitan gigi.Dia masih bisa merasakan cairan hangat di pussynya dan akhirnya dia berlari masuk ke dalam kamar mandi.Mengorek sendiri cairan kentalnya untuk keluar sambil menangis. Dia tidak peduli darah atau pun luka di lubangnya, yang pasti dia akan mengeluarkan cairan kental Alpha lain.Dia menangis dan duduk lesu di guyur shower."Presiden ...."Panggilnya sedih karena bukan Justin yang menjadi matenya, melainkan Alpha yang tidak dia kenali.Setelah kejadian ini, dia baru menyadari perasaannya pada Justin.Dia mul
Karamel pun kembali ke apartemen setelah Justin merasa baikan dan tidak perlu lagi dibantu Karamel.Perempuan itu memikirkan dirinya kini sudah memiliki pasangan dan orang itu adalah atasannya sendiri.Sejak saat itu pula Justin selalu datang menjemput dan mengantar pulang Karamel.Sekretaris Helena yang sudah bisa berjalan pun kembali ke kantor, jadi Karamel juga sudah kembali ke posisinya. Untung dia tidak selalu bertemu dengan atasannya, jadi dia tidak merasa was-was."Karamel, malam ini ada pesta minum. Kau mau ikut?" tanya rekan kerjanya."Sepertinya tidak ....""Ayolah Karamel, kita sudah lama tidak minum," bujuk rekannya itu lagi yang memang benar, Karamel sudah sangat jarang bergabung dengan rekan kerjanya itu saat ia selalu bersama Justin untuk menggantikan Sekretaris Helena.Karamel tampak berpikir untuk mengambil keputusan, ditatapnya rekannya itu yang benar-benar memberi tatapan penuh harap membuat Karamel melemah. Dengan
Tangan kiri Justin yang terluka juga membuatnya sedikit kesulitan untuk mandi atau pun mengganti pakaian.Bagaimana dia bisa mengancing bajunya dengan satu tangan? Lalu dasi? Kemudian celananya? Lalu ikat pinggang?Karena itu Karamel pun menawarkan diri membantunya. Setiap pagi sopir akan menjemput Karamel bukan ke kantor langsung tapi ke apartemen Justin.Dengan setengah telanjang hanya memakai handuk setelah mandi pagi, Justin membuka pintunya dan menyuruh Karamel masuk.Karamel jadi sedikit malu dan salah tingkah. Berada di rumah sang Alpha itu berbeda, baunya sangat berbeda."Apa Anda sudah sarapan?" tanya Karamel langsung."Kau bisa membuat makanan yang mudah," ujar Justin sebagai balasan. Dalam artian ia belum sarapan sama sekali. Untung saja Karamel itu cerdas jadi wanita itu sudah tahu maksud dari ucapan presidennya itu."Baik." Karamel kini membuat makanan terlebih dahulu, sementara Justin mencari baju yang akan dia pakai dan
Karamel mempresentasikan hasil kerja sebulannya pada Justin dan beberapa atasan lain seperti manajer dan supervisor departemen lain. Setelah selesai meeting Karamel baru bisa bernapas lega. Walau sudah lama bekerja, tapi presentasi dengan semua Alpha itu membuat jantungnya deg-deg an. Justin ikut keluar dari ruang meeting sebab ada keperluan di luar bersama Sekretaris Helena. Dengan menggunakan mobil yang disopiri, mereka akhirnya berangkat ke pertemuan klien selanjutnya. Namun di jalan, sebuah mobil melaju dengan cepat melewati mobil Justin, padahal jalanan lumayan ramai. Di arah berlawanan sebuah mobil mengalami rem blong, membuat pengemudinya hilang kendali dan .... Burgh .... Mobil di hadapan Justin bertabrakan, hal cepat itu membuat sopir Justin tidak bisa melakukan apa-apa sebab di semua sisinya ada mobil lain, hingga akhirnya menabrak belakang mobil di depannya, diikuti tabrakan lain di belakang mobil Justin. *** Karamel