Pintu ia buka dengan pelan-pelan dan melihat keadaan di luar yang ternyata tidak ada siapa pun.
"Hanya perasaanku saja." Saat ia ingin menutup pintu, pintu terbuka begitu saja dan ia terkejut seketika. "Kenapa ini? Pintu berasa ditarik keras, ada orang?" tanyanya dengan gumaman.
"Hm." Tengkuknya terasa dingin, samar-samar ia mendengar bisikan tersebut, saat dia berbalik, tak ada siapa pun, Emely merinding jadinya.
"Apakah hantu? Tapi ... masa hantu ada di sini?"
Emely menggeleng berulangkali, menghapus segala pikiran buruknya atau ia tidak dapat mandi hangat malam ini.
Badannya terasa bersih tak lengket, serta segar dengan pikiran yang rileks. Dirinya berganti pakaian kemudian berbaring di ranjang yang begitu luas, Emely perkirakan, empat orang pun muat dengan bebas untuk bergerak di sini.
"Kamar ini jauh lebih megah daripada kamarku di Red Moon Pack," ucapnya kemudian memejamkan mata secara perlahan. Tapi, bayangan masa lalu kembali menghantuinya ketika mate-nya yang selalu tersenyum sembari memeluknya dengan lembut ketika ia ingin tidur.
Emely merasa sepi, sangat sepi, dia luna yang malang, ketika malam telah tiba, hanya ketakutan dan tangisan yang terdengar dari lirihannya. Namun sekarang, apa yang ia rindukan, terasa begitu nyata dan menghangatkan.
"Kenapa nyata sekali? Dekapannya terasa nyata, dan kuharap, setiap malam selalu seperti ini." Beberapa menit kemudian, ia benar-benar terlelap dalam kungkungan seseorang.
"Tidurlah, aku akan menenangkanmu, mate."
Ketika langit mulai menyingsing, terbukalah mata Emely. Wanita tersebut bangkit begitu saja, walau nyawa masih setengah ketika menuju kamar mandi. "Eungh, tumben tidurku terasa nyenyak, dan semalam ... seseorang mendekapku dengan hangat." Ia menggumam tidak sadar, lalu membasuh wajahnya dengan air kemudian menatap cermin dan melihat pantulan wajahnya begitu dalam. "Hm, kira-kira, siapa yang memelukku?" Masih belum sadar, hingga tertegun beberapa detik dan mulai sedikit bereaksi ketika ia menangkup mukanya.
"Siapa yang memelukku?!" Emely membulatkan mata, tidak mungkin dia bermimpi, semalam kulitnya terasa dingin dan sempat pula ia hampir menangis ketika mengingat mate-nya yang tidak sempat ia lihat ketika mengembuskan napas terakhir, semuanya hanya terkenang ketika dirinya ingin tidur. "Tidak mungkin Zhacari yang memelukku, dia sudah tiada. Dan tidak mungkin pula si pria sombong itu yang masuk dalam kamar, tapi ... kemungkinan pula, iya juga," gumamnya, terus mengacak rambut sendiri ketika sudah pusing memikirkan hal itu.
"Argh, sepertinya aku gila." Ia mengembuskan napas, sebelum membuka bajunya lalu membersihkan diri.
Di tempat lain, Fasha mengetuk pintu kamar Aralt sedari tadi, ia sampai sedikit jengah dengan alphanya yang selalu terlambat bangun. "Aralt, buka pintunya atau Bibi langsung masuk?!" Tak ada balasan sama sekali dan Fasha sudah kehabisan kesabaran karena si putra angkatnya yang begitu pemalas.
Ketika gagang pintu terbuka. "Astaga, Aralt sadar!" Tiba-tiba, di depannya ada pria itu yang masih memejamkan mata dan perlahan-lahan mengedip-ngedipkan mata karena berusaha melawan rasa kantuknya.
"Bibi, sudah jam berapa?"
"Jam 8, dan sekarang mandilah. Mulutmu bau, Nak."
"Tidak masalah bau, Bi, yang penting tetap tampan." Fasha mendengus sebal lalu menyubit lengan alpha tersebut dan membuatnya langsung mengumpulkan nyawa secara sempurna ketika ringisannya terdengar. "Argh, Bi, sakit."
"Akan semakin sakit bila kau semakin bermalas-malasan, ingat ... umurmu sudah 24 tahun, Aralt. Kamu bukan anak kecil atau remaja lagi, tapi kamu sudah dewasa dan ingat pula jika dirimu ini alpha. Bibi tidak mau mendengar satu orang pun yang menjelekkanmu, mengerti?"
"Iyah, Bi. Tenang saja, tidak perlu bawel, nanti cepat tua," balas Aralt.
"Bibi memang sudah tua, dan tinggal menunggu ajal lagi. Tapi, rasanya tidak rela harus membiarkan anak nakal seperti dirimu tak berada dalam pengawasanku, Nak," ujar Fasha. Aralt tidak suka mendengar ucapan Fasha ketika menyinggung masalah kematian, ia tidak ingin kehilangan bibinya, cukup orang tuanya telah pergi jauh dan tak kembali lagi.
"Bi, jangan meninggalkanku."
"Maka dari itu, dewasakan sikapmu agar pikiranku selalu tenang memikirkanmu, Nak, dan Bibi akan selalu ada sampai kamu benar-benar bahagia, dan semoga yang di atas mendengar doaku ini," balas Fasha tersenyum.
"Ketika diriku sudah bahagia, Bibi harus tetap ada. Sekarang pun aku sudah bahagia dengan kehadiran Bibi yang penuh kasih sayang dan selalu sabar menghadapi sikapku yang terkadang masih kanak-kanak," ucapnya, sembari tersenyum dengan gigi rapihnya. Namun Fasha memutar bola matanya malas karena apa yang diucapkan Aralt tidaklah tepat, pria itu selalu, bukan kadang bersifat kanak-kanak.
"Cepat bersihkan dirimu, Bibi tunggu di bawah, sekalian Bibi memanggil Emely pula. Awas, jangan terlambat!" Fasha melototkan matanya, sebagai ancaman dan itu berhasil membuat Aralt terburu-buru menuju kamar mandi. Yah, hanya Fashalah yang membuat sang alpha dapat tunduk, karena pria itu sudah menganggap bibi tersebut adalah ibunya, karena segala perhatian dan kasih sayang tentu dikerahkan oleh Fasha secara tulus, dari Aralt sewaktu kecil sampai sekarang. Sementara orang tuanya, mereka pergi, pergi ke tempat yang jauh dan takkan kembali lagi, karena keduanya telah tiada, yang disebabkan oleh keguguran mereka di medan perang.
Emely telah segar dengan pakaian yang ia pakai, begitu santai dan nyaman, kemudian bermain-main di hadapan cermin sembari memuji kecantikannya. "Aku tidak pernah sadar, jika aku semenawan ini? Tetapi, selama berada di pack Red Moon, tak satu pun pria yang ingin mendekatiku kecuali beta seorang, itu pun karena ingin menjagaku. Hm, kira-kira, kenapa mereka tidak mau yah? Sementara aku begitu cantik, hi hi, huft ... ternyata aku seorang yang narsis pula." Dirinya terkikik sendiri ketika berperan sebagai orang yang begitu percaya diri.
Ketukan pintu di bagian luar, membuatnya menghentikan aktifitas tersebut dan langsung membuka pintu lalu mendapati Fasha yang tersenyum ke arahnya. "Hai anak cantik, turunlah ... kami menunggumu di bawah untuk bergabung sarapan pagi, sekalian berkenalan dengan orang-orang Canavaro," ajak Fasha.
"Terima kasih, Bi." Dengan senang hati ia menerima ajakan tersebut, bukan mengenai makanan, tetapi orang-orang baru yang akan menjadi temannya.
"Aku tak sabar," gumam Emely kemudian menyusul Fasha yang sudah turun tangga.
Tibanya dia di ruang makan, Emely merasakan banyak tatapan yang bingung atas kehadirannya. "Siapa dia?" tanya seseorang yang Emely yakin, dia merupakan beta di pack ini.
"Dia teman baru alpha, beta, namanya Emely."
Emely tersenyum. "Salam kenal, Emely Hazel."
Beta tersebut tersenyum balik. "Reinard."
Emely memandang di sekelilingnya, para omega hanya berdiri menatap para petinggi pack yang ingin memulai acara makannya, jelas berbeda dengan Red Moon Pack, di mana ia menerapkan aturan bahwa omega dapat bergabung makan dengan petinggi mereka, bukan bermaksud untuk merendahkan, Emely hanya tidak enak apalagi jika tahu bahwa para omeganya sedang lapar tapi mereka berusaha setegar mungkin demi menaati aturan, dan ia tidak tega melihat mereka menahan rasa lapar.
"Eum, aku ingin makan bersama omega saja," ucapnya, membuat orang terkejut. Fasha langsung bertanya, "Kenapa, Nak?"
"Tidak apa-apa, Bi. Di pack-ku, para omega juga bergabung saat petinggi makan, kami menghapus perbedaan itu hanya pada saat makan saja, karena ... yah, ini menyangkut keprihatinan," jawabnya.
Reinard langsung menyahut. "Tidak masalah, tapi kau harus menunggu kami selesai untuk makan, karena peraturan di pack-mu tidak perlaku di Canavaro."
"Tentu, aku sabar menunggu," balasnya, kemudian berdiri di samping salah satu omega.
Pemimpin omega tidak tahu siapa Emely dan dari mana ia berasal. Namun, melihatnya pertama kali, dia rasa wanita itu memang baik, apalagi mendengarnya ingin makan bersama mereka. Ini kejadian langka untuk pertama kalinya karena seorang tamu, sudi untuk makan bersama dengan kasta terendah di suatu pack.
Tak lama kemudian, Aralt pun turun kemudian duduk di kursinya. Tatapannya pun mencari seseorang, hingga ia menemukan Emely yang sedang berbicara dengan salah satu omega-nya.
"Emely, kenapa kau di situ? Kau tidak lapar?"
"Maaf alpha, kami sudah mengajaknya tadi, tapi ... dia memilih untuk makan bersama omega, karena di pack-nya memiliki aturan yang aneh, di mana omega dapat bergabung dengan para petinggi ketika makan." Reinard menyambar dengan nada yang tidak suka terhadap Emely, juga sedikit merendahkan serta menertawai peraturan di pack-nya.
"Maaf, bukan peraturan aneh, tapi pack kami memang terkenal akan rasa penyayangnya, jadi ... tidak ada ego saat memandang kasta, baik siapa pun itu, selama rasa hormat masih dijunjung," balas Emely, tak terima jika peraturan pack-nya direndahkan."Apa posisimu di pack itu, hm?""Aku seorang luna, tapi tidak lagi setelah meninggalkannya karena aku menyerahkan status alpha ke beta-ku," jawab Emely, raut wajahnya berubah sedih karena mengingat Glourius harus menanggung beban seorang diri.Maafkan aku, kumohon ... jika aku kembali di pack, tolong terima diriku dengan baik.Aralt seketika berpikir, menimbang-nimbang peraturan pack milik Emely yang terbilang menarik, sementara Reinard, dia cukup terkejut ketika mengetahui orang asing ini merupakan luna di pack-nya, tapi itu tiada arti ketika dia telah melepasnya."Luna atau apa pun itu, aku tak peduli, aneh tetap aneh."
Aralt Canavaro, pria yang telah kesepian ketika ia masih kecil-berumur tiga tahun-Fasha, wanita itu dipercaya oleh orang tua Aralt untuk menjaganya karena mereka harus pergi suatu tempat. Seiring tumbuh kembangnya anak tersebut, Fashalah yang memberinya kasih sayang dan terus menunggu kepulangan alpha dan lunanya. Namun, sampai sekarang, tak ada kabar baik maupun buruk yang diterima, bahkan orang-orang telah menganggap orang tua Aralt telah meninggal, sementara Fasha, terus mengatakan tidak dan memberitahu pria itu bahwa mereka akan kembali.Sewaktu Aralt berumur 17 tahun, pria itu dinobatkan sebagai alpha, bukan apanya ... walau terbilang begitu muda, Canavaro jelas membutuhkan alpha, maka terpaksalah Aralt menjadi pemimpin di pack tersebut. Dia tahu diri bahwa di umurnya seperti ini, ia belum cukup kuat ketika terjadi peperangan, tetapi Aralt terus bersyukur jika pack-nya sampai saat ini sudah tenang dan menjadi salah satu pack terkuat. Di umurnya yan
"Terima kasih, Bi. Aku menyayangimu." Ia memeluk Fasha dan wanita tua yang dipeluknya juga membalas dengan lembut.Emely pun keluar dari istana, mencari keberadaan Aralt yang tak ada di rumah tersebut. Ketika ia mencari-cari, banyak pasang mata yang memandanginya begitu lekat, ia sendiri menggaruk kepala karena terheran, apakah ada sesuatu yang salah dalam dirinya? Ataukah penampilannya aneh setelah memakai pakaian Bibi Fasha? Tidak dan tidak sama sekali! Karena pakaian Bibi Fasha adalah pakaian yang paling nyaman dipakainya dari semua pakaian yang ia coba, dan juga, pakaian Bibi Fasha seperti daster yang memiliki kain dingin.Yang membuatnya menjadi pusat perhatian adalah, pakaian yang ia pakai membuatnya terlihat imut, sekaligus seksi dikarenakan area di atas dadanya, terekspos begitu saja, apalagi dengan kulit putih dan mulus itu."Permisi, Nona. Apa Anda melihat Alpha Aralt di sekitaran sini? Atau Anda pernah meliha
"Pegang yang erat.""Eum, apakah tidak sakit kalau aku menarik bulumu ini?""Tidak, mate." Emely mengangguk mendengarnya kemudian berpegang erat, tak menarik bulu Jason, melainkan memeluk leher serigala tersebut sembari menikmati sisiran bulunya yang hangat.Sesampainya di Canavaro Pack, Jason memilih masuk ke kamarnya dulu karena tentu dia akan telanjang jika berganti shift di hadapan Emely, sebenarnya tidak masalah juga di depan mate-nya, hanya saja ... dia tidak ingin orang lain menikmati kegagahan tubuhnya selain Emely seorang.Fasha, dia memeluk Emely dengan erat dan terus bertanya mengenai keadaan wanita tersebut. "Astaga, Nak. Kamu buat Bibi khawatir, dari mana aja? Dan kamu gak apa-apa, kan?""Aku baik-baik saja, Bi. Walau sempat diriku ketakutan ketika tersesat di tengah hutan, untunglah Aralt segera datang dengan wujud serigalanya."Fasha
Iblis dalam dunia immortal, sering disebut demon, kekuatan mereka sangat besar dan beruntung Aralt dapat mengalahkannya ketika musuh tersebut sedang lengah karena menyombongkan diri."Kenapa kalian bisa bertarung?""Aku sedang berburu, dan dia menginginkan buruanku, tentu aku tidak mau, kebetulan pula dia bersama dengan temannya yang merupakan penyihir dan aku pun beruntung jika Reinard pun menemaniku di saat itu, lalu ... terjadilah sebuah pertengkaran yang hampir berakibat fatal pada diriku dan juga Reinard," jawab Aralt.Emely pun mengangguk, tangannya yang masih setia meraba perut Aralt, kini beralih ke dagu pria tersebut sembari mengusap-usapnya. "Hm, di dagumu ada sedikit rambut, ini menggelikan, tapi aku suka," kikiknya kemudian. Aralt terkekeh pelan, memejamkan mata sambil menikmati usapan mate-nya yang sangat lembut."Aralt, aku ingin tidur bersamamu," ucap Emely. Mata Aral
"Baiklah, cukup pembicaraannya Alpha Aralt dan King Sean. Silakan duduk."Setelah keduanya duduk. Hadley pun mengumumkan, "Kerja sama antara kedua pack dengan wilyah red blood dari kerajaan vampire, telah diresmikan."Berbagai jamuan telah disiapkan secara khusus, terutama kepada King Hadley bersama anggotanya yang disediakan darah sebagai pelega mereka."Bagaimana King Sean?""Terima kasih, Alpha Hadley, darah ini sangat segar, kami menyukainya," jawab pria itu, menjilat sisa-sisa darah yang masih melekat pada bibirnya. Reinard yang melihat moment tersebut, berusaha menahan kerutan dari keningnya agar kaum mereka tidak tersinggung.Berbicara mengenai perbincangan mereka, semuanya membahas mengenai belahan jiwa, tentu Aralt hanya terkekeh saja apalagi mengingat mate-nya yang begitu menggemaskan di pack."Bagaimana dengan Anda Alpha Aralt? Anda sudah menemukan
"Eum, kenapa mereka terus melihatku?""Kau tak sadar jika pakaianmu mengundang tatapan mereka yang siap menjelajahi keseksianmu sayang, lain kali, tidak usah memakai pakaian Bibi Fasha karena aku sendiri yang akan membelikanmu pakaian dan memasanginya.""Hei, enak saja. Lakukan jika kau ingin sesuatu yang buruk terjadi.""Sesuatu yang buruk? Ayolah sayang, jangan terlalu jahat kepada pria tampanmu ini, karena aku tak ingin tahu bahwa dirimu harus ke istana sekarang dan mengganti pakaian, mengerti?""Aralt, aku nyaman dengan pakaian ini, aku bebas bergerak dan selalu merasa dingin," balas Emely."Pakai saja jika kau berada di kamarku, tapi untuk keluar, aku jelas melarangmu sayang.""Ish, pokoknya tidak mau!""Harus, kalau tidak maka aku akan mengganti pakaianmu langsung, mau?""Tentu tidak.""Maka dari itu, menurutlah."
Di sisi lain, Emely menemui mate-nya yang sedang berbicara dengan Reinard di taman pack, mereka nampak santai dengan minuman hangat yang menemani percakapan kedua pria itu.Kehadiran Emely disadari oleh sang beta, lalu mengode sang alpha untuk melihat, siapa di belakangnya."Emely?""Eum, aku hanya ingin memberitahu, bahwa omega yang baru tiba itu ternyata mengasyikkan juga, aku baru saja berbincang dengannya, serta membantunya membereskan beberapa piring yang telah dicuci," jawab Emely, mengutarakan kesan pengalamannya terhadap Aralt."Sayang, bukannya aku melarangmu, akan tetapi ... biarkan mereka yang bekerja, jika seperti ini terus, kau sama saja dengan seorang omega, lebih baik dirimu selalu berada di sampingku, bagaimana?" tawar Aralt tapi Emely menolak permintaan pasangannya karena Emely rasa, perkataan Aralt sungguh berlebihan."Tidak, kau selalu menggodaku, jadi ... aku
Para anak-anak kini beranjak menjadi dewasa setelah melewati beberapa tahun yang menyenangkan sedari anak-anak ke remaja, dan meranjak ke usia yang sebenarnya.Xavier Canavaro kini berada di red moon pack, dirinya menjadi alpha di sana, sementara sang kakak, jelas memimpin di canavaro pack. Para pendahulunya telah pensiun, di mana Aralt dan Emely, serta Reinard dan Lisa tinggal menikmati masa tua mereka, walau di umur yang tua, mereka tetap awet muda, terutama Emely yang masih cantik seperti tahun-tahun sebelumnya, yang membuat Aralt maupun Jason, semakin hari pula, semakin mencintai sang mate."Sayang, kenapa waktu begitu tidak terasa? Anak yang kita gendong belasan tahun yang lalu, sudah beranjak dewasa, terutama Xavier, padahal ... aku masih menganggap kakak-beradik itu anak-anak," ujar Aralt. Emely mengangguk setuju atas apa yang mate-nya katakan, ia merasa bahwa kemarin dirinya menggendong Xavier, tapi kini, ia telah menjadi alpha di
Seorang anak berusia 8 tahun sedang memandang sang adik yang tengah menangis dalam gendongan sang ayah, bunga sweet alyssum berada pada genggamannya untuk memberikan hadiah kepada ibu karena telah memberinya adik baru."Mamah, bunga untukmu, kuharap kau menyukainya."Emely menatap sang putra dengan polosnya memberi setangkai bunga yang paling ia sukai."Ini bunga kesukaan Mamah, di mana kamu mendapatkannya?""Di taman, aku menyabutnya bersama Naori."Naori adalah anak dari Reinard dan Lisa, yah ... pria itu telah menemukan mate dan dianugerahi seorang anak kecil yang cantik, selalu mengikuti Fredo di mana pun ia pergi."Terima kasih sayang, lalu ... di mana Naori?" tanya Emely, mencari keberadaan anak cantik itu."Ada di luar, Mah. Dia menungguku, tapi aku tak bisa keluar dengan cepat karena aku masih ingin melihat adik kecil," jawabnya. Emely tersenyum, mengu
Reinard dan Aralt menyusul, mereka mendapati empat musuh yang ternyata berhasil melewati mereka dengan keadaan yang telah mengembuskan napas terakhir, dan itu disebabkan oleh Ace yang sedang santai menjaga mate dan putranya."Semuanya telah dibereskan, tak ada yang perlu dikhawatirkan, selain 34 cylops di depan sana. Ck, aku pikir telah berakhir. Namun, musuh semakin banyak," ujar Ace. Sementara Freeze langsung berada di barisan depan dengan wajah yang tersenyum, lalu mengeluarkan kekuatannya dan membuat para monster mata satu itu membeku lalu perlahan hancur beserta daging yang terlepas dari tulang-tulang mereka."Begitu mudah untuk dihancurkan, akan tetapi ... musuh selalu datang dari mana saja. Ace, urus yang di sebelah selatan, sementara diriku mengurus di sebelah utara, mengerti?""Tentu, serahkan padaku."Sekarang, hanya ada Reinard, Aralt, dan beberapa warrior tingkat S yang menjaga Emely dan Fre
Sungguh malang nasib Aralt yang telah dimarahi oleh Emely lantaran membuat Fredo menangis kencang. Tak ingin mendapatkan kemarahan yang berlanjut, Aralt langsung berganti posisi dengan Jason. Kau pasti bisa mengurus mate kita.Sialan kau, di saat Emely marah, kau baru mengingatku?Tak usah banyak bicara, lakukan saja.Ck."Ish, lihatlah ... Fredo terus menangis karenamu." Jason ditatap tajam oleh mate-nya, beberapa menit kemudian, Emely memerhatikan warna mata Aralt yang kini berbeda. Di saat itu, dirinya mengembuskan napas. "Jason?""Iyah, mate."
"Emely, berbaliklah."Ketika Emely ingin berbalik, kepalanya ditahan pelan. Emely heran, apakah Fasha yang melakukan itu? Nyatanya tidak, melainkan seseorang yang amat ia rindukan."Emerald?!"Emerald tersenyum. Mulutnya berbicara, tapi tidak bersuara. Untungnya dewi bulan memberikan kesempatan agar ia bertemu dengan wanita kesayangannya, untuk terakhir kali, dan dia amat bersyukur dan bahagia ketika mate-nya telah mendapatkan kebahagiaan yang baru.Dewi bulan, kumohon ... izinkanlah Emely-mateku-untuk mendengar lirihan suaraku~pinta Emerald~Emerald pun berbicara, dan permintaannya terkabulkan oleh sang dewi bulan yang sedang tersenyum saat ini, memandang moment mengharukan tersebut."Mate, aku selalu memaafkanmu, dan aku telah tenang bersama dewi bulan di sana. Aku selalu merindukanmu, dan teruslah merindukanku, sebagai hadiah ... tanda diriku yang berada di le
"Dia adik iparku, Bi. Adik dari mantan mate-ku, Emerald. Dia begitu menyayangi kakaknya yang telah meninggal, kemungkinan ... penyerangan ini terjadi disebabkan oleh rasa dendamnya kepadaku, yah ... ini semua karenaku, karena mate-ku tak melihatku ketika ia mengembuskan napas terakhir," jawab Emely, dan tangisnya pun pecah dan terus menyalahkan diri, ia amat egois karena terus merengek ke Glourius untuk ikut berburu, sementara Emerald sangat membutuhkannya. Ia tak berguna, bahkan tanda yang telah diberikan oleh Emerald masih berada pada dalam dirinya, ketika dirinya bercermin, ia selalu memandang tanda tersebut dan terus merindukan Emerald."Nak, jangan salahkan dirimu, yang berlalu merupakan takdir dari dewi bulan, kita hanya dapat menjalani. Jangan menangis dan terus merasa bersalah, karena kau sedang mengandung saat ini, ingat anakmu, juga anak Aralt dan Jason, mengerti?"Emely berusaha mengontrol diri, dirinya menghirup udara kemudian mengembusk
Di umur 27 tahun, Emerald menemui mate-nya yang bernama Emely, lalu hidup bahagia tapi sayangnya, Emerald belum melakukan sesi penyatuan karena ia telah meninggal ketika terkena racun. Namun, beruntung karena pada awalnya, Emerald telah menandai mate-nya terlebih dahulu. Konflik pun terjadi ketika Emerald sedang sakit dan Emely memilih ikut untuk berburu dengan Glourius, Emerald mengizinkan, padahal dirinya sudah tahu bahwa ia tidak akan bertahan lebih lama lagi. Itu semua dia lakukan agar mate-nya merasa senang, hingga pria itu benar-benar mengembuskan napas terakhir tanpa ada seorang mate di sampingnya, melainkan Castiel yang berteriak pilu ketika sang kakak meninggal dunia.Sekarang, Castiel tak ingin menunggu lebih lama lagi untuk menyerang canavaro pack. Para pengikut yang ia kumpulkan, berasal dari para makhluk liar yang tidak memiliki sebuah pack atau kerajaan, mereka buntu dan tidak tahu ingin ke mana, sehingga Castiel menemukan mereka di hutan
"Bersabarlah, jangan bertanya berapa lama atau pun kapan, karena kau akan semakin tidak sabar dan selalu merasa, bahwa waktu begitu lambat berjalan."Beberapa bulan kemudian, masa puasa seorang Aralt mau pun Jason telah usai, dan di canavaro pack tepatnya di kamar mereka, pasangan tersebut saling menyalurkan gelora kerinduan mereka. Ketika gelora tersebut telah usai, Aralt mengusap perut mate-nya yang telah membesar dan ia harus kembali bersabar dalam beberapa waktu dekat ini karena masa persalinan Emely yang tidak diketahui kapan tibanya.Emely dijaga begitu ketat, baik dari Aralt, mau pun yang lainnya, termasuk beta, warrior, omega, bahkan para rakyat pun turut membantu. Emely tidak lagi berada di red moon pack untuk sementara waktu karena dirinya tengah hamil besar dan besar pula kemungkinan resiko yang didapatkan ketika ia menuju sana, walau wanita itu terus merengek, Aralt tak mengizinkana atau menuruti kemauan pasangannya, lebih-l
Sampainya di pack, hasil buruan diberikan kepada warrior dan para rakyat lainnya, sementara kelinci itu sudah duduk di pangkuan Emely. Aralt sedikit tercengang, pada saat kelinci itu bersamanya, ia pasti terus memberontak dan berusaha untuk kabur, akan tetapi, jika bersama mate-nya, kelinci itu malah merasa senang, bahkan berbaring di pangkuannya. Dan lihatlah sekarang, mate-nya sedang memangku dan menganggap kelinci itu sebagai anaknya."Tidurlah, malang sekali nasibmu, apakah kau sedang lapar?" tanya Emely, yang tentunya tidak akan dijawab oleh kelinci itu. Namun, Emely rasa bahwa hewan lucu ini sedang membutuhkan makanan. Ia pun beranjak dari kursi dan tetap menggendong hewan tersebut lalu menuju pintu untuk keluar, tapi, langkahnya harus terhenti ketika sang pasangan sedang menghalang dengan berupa pertanyaan pula."Ingin ke mana, sayangku?""Aku membutuhkan sayur berupa wortel atau pun kol untuk memberi kesayangank