Dewa Archer, Sang Kaisar yang saat ini sedang berada di ruang bacanya, tiba-tiba meletakkan gulungan yang dibacanya tadi.
Dewa Archer dapat merasakan kesedihan yang mendalam yang dirasakan Aranjo. Sewaktu menerima permintaan Raja Iblis untuk terlibat dalam tumbuh besar bayi itu, dirinya telah meletakkan sedikit kekuatan sihir kepada bayi itu. Dan sihir itu akan memberitahunya saat bayi itu dalam keadaan terancam, marah maupun sedih.
500 tahun sudah berlalu dan ini pertama kalinya dirinya menerima perasaan bayi itu. Kaisar bangkit dari duduknya lalu pergi ke tempat di mana Aranjo berada dengan kekuatan sihirnya.
Kembali ke hutan kabut, Aranjo menghapus air matanya dan kembali memeriksa keadaan burung itu. Aranjo memberikan kekuatan sihirnya yang tidak seberapa kepada burung kecil itu, berharap burung itu dapat bertahan. Dan benar saja, setelah menerima kekuatan sihirnya burung kecil itu membuka mata kecilnya dan menatap Aranjo.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Aranjo girang. Kesedihannya teralihkan saat melihat burung kecil itu sudah lebih baik.
Kaisar tiba di hutan kabut, apa yang terjadi dengan Aranjo? Kaisar tahu anak itu tidak diterima baik di dalam keluarga Dewa Malam, namun itu bukan alasan yang tepat untuk mengirim anak itu ke hutan kabut.
Aranjo melihat ke arahnya, dan untuk seketika Aranjo terdiam seakan sedang berpikir keras."Apakah Anda siluman?" tanya Aranjo polos.
Saat ini dihadapannya berdiri sosok yang mengagumkan, tidak seperti Dewa yang biasa dilihatnya di alam langit. Sosok itu sangat indah, wajahnya terpahat sempurna dan yang paling menarik perhatian Aranjo adalah warna rambut sosok itu yang tidak pernah dilihatnya.
Sosok tinggi dengan wajah terpahat sempurna dan rambut panjang berwarna abu-abu serta tubuh tinggi itu dibalut pakaian mewah berwarna hitam pekat.
"Aku bukan siluman!" jawab sosok itu.Bahkan suaranya sangat merdu, membuat Aranjo merasa tenang.
Kaisar melihat jelas aura yang mengelilingi tubuh mungil Aranjo, aura berwarna kuning tanda kekuatan sihir yang rendah.Namun, yang menarik perhatiannya adalah warna lain yang membingkai aura kuning tersebut. Ada biasan berwarna emas kemerahan membingkai aura tersebut.
Kaisar dapat melihat bagaimana bayi itu tumbuh menjadi anak yang berparas jelita dengan aura penggoda yang kental. Tatapan anak itu dapat membuat yang menatapnya merasa sayang padanya dan senyumannya dapat membuat mereka yang melihatnya menyerahkan segala hal untuknya.
Kaisar tidak dapat memprediksi masa depan anak itu dan ini adalah pertama kali baginya.
"Jika begitu, siapa Anda?" tanya Aranjo kembali.
"Temanmu," jawab Sang Kaisar.
Mata Aranjo berbinar, saat mendengar kata teman. Selama ini dirinya tidak memiliki teman sama sekali, tidak ada yang berani melihatnya apalagi menjadi temannya.
"Apakah Anda yakin? Anda tahu biasanya mereka menghindari diriku karena mereka mengatakan diriku adalah anak iblis!" ujar Aranjo, dirinya tidak ingin teman barunya mendapatkan masalah.
"Tentu!" jawab Sang Kaisar. Lalu dengan kekuatan sihirnya, satu buah persik yang cukup besar muncul di atas genggaman tangan Sang Kaisar. Kaisar mengulurkan tangannya yang memegang buah persik ke hadapan Aranjo.
"Itu buatku?" tanya Aranjo sambil menatap penuh tanya ke arah Sang Kaisar. Aranjo tidak pernah menerima pemberian dari siapapun selain dari pengasuhnya, Ara.
Kaisar mengangguk, lalu Aranjo mengambil buah itu. Burung kecil yang terbungkus cadar hitamnya berada di atas pangkuan. Aranjo membelah buah persik itu menjadi beberapa bagian, walaupun dirinya sangat haus dan lapar namun potongan pertama Aranjo berikan kepada burung kecil itu.
Burung kecil memakannya dengan lahap, Aranjo senang melihat burung itu pulih. Lalu potongan kedua, Aranjo berikan kepada Sang Kaisar.
"Ini sangat lezat! Anda juga harus memakannya!" ujar Aranjo, saat dirinya melihat sosok itu tidak menerima potongan buah yang diberikannya.Kaisar menerima potongan buah itu, namun tidak memakannya dan menghilangkan potongan buah itu menggunakan sihir.
Setelah memberikan potongan buah itu kepada teman-temannya baru Aranjo memakan sisa buah itu.
"Jika Anda adalah temanku, bukankah itu artinya Anda juga teman burung kecil ini?" tanya Aranjo dengan mulut yang penuh buah.
Kaisar menatap burung kecil di atas pangkuannya dan mengangguk pelan.
"Bisakah Anda memberi sedikit kekuatan kepadanya? Dia sangat lemah, tadi aku sudah memberi kekuatanku tapi tidak terlalu berpengaruh," ujar Aranjo.
Kaisar memberikan sedikit kekuatannya kepada burung itu. Burung kecil itu mengepakkan sayapnya dan mulai terbang mengitari Aranjo. Aranjo bangkit dari duduknya dan sangat bahagia melihat burung kecil itu telah pulih.
Sedikit kekuatan Kaisar tentu memberikan pengaruh yang sangat kuat. Tidak banyak yang beruntung memiliki kesempatan menerima kekuatan sihir Sang Kaisar.
Setelah beberapa kali terbang mengitari Aranjo, burung kecil itu terbang ke hadapan Sang Kaisar, seakan hendak mengucapkan terima kasih.
"Pastikan kamu membalas budi baik gadis itu!" ujar Sang Kaisar saat burung kecil itu saat terbang dihadapannya.
Burung kecil itu terbang mengitari Kaisar lalu terbang pergi meninggalkan mereka.
Griffin, itulah sebutan untuk burung kecil tadi. Burung elang dengan tubuh singa yang merupakan binatang roh yang hidup di hutan kabut.
Griffin akan terlahir dari tanah hutan kabut yang penuh dengan logam dan bebatuan mulia. Logam dan batu mulia di alam langit tentu berbeda dengan yang ada di alam lainnya.
Jika kegunaan batu dan logam mulia di alam lain untuk bertransaksi tapi yang ada di alam langit dapat memberikan kekuatan sihir kepada yang menemukannya.
Hanya akan ada satu Griffin yang terlahir menggantikan pendahulunya yang telah mati. Dan burung itu terlihat baru saja terlahir dari tanah hutan kabut ini.
"Wah... Kekuatan Anda sungguh hebat!" ujar Aranjo kagum. Melihat bagaimana burung kecil itu dapat langsung terbang setelah menerima kekuatan dari sosok itu.
Kaisar melihat jelas luka di kaki Aranjo, lalu Kaisar memberikan sihirnya kepada Aranjo.
Seketika Aranjo merasa tubuhnya menjadi lebih kuat dan perlahan luka-luka di kakinya menghilang. Tidak sempat mengucapkan terima kasih, Aranjo merasa matanya sangat berat dan akhirnya jatuh tertidur.
"Istirahatlah! Dan esok kamu akan kembali ke Paviliun, saat dirimu terbangun!" ujar Sang Kaisar, masih memberikan sihirnya kepada Aranjo.
Masa depan Aranjo tidaklah sederhana, terlihat jelas bagaimana jodoh baru terbentuk antara Griffin dengan dirinya. Griffin burung roh tertua yang lahir di alam langit, burung legendaris itu tidak pernah menampakkan diri mereka di hadapan mahluk manapun.
Kaisar memberikan sedikit kekuatan sihir untuk Aranjo, tubuh anak itu sangat lemah dan dirinya juga membuat anak itu tertidur. Itu akan membantu tubuh Aranjo pulih.
Keesokan harinya, Aranjo terbangun dan matanya terbuka perlahan. Untuk sesaat Aranjo memperhatikan keadaan disekelilingnya."Aranjo..." suara Ara memanggil dirinya terdengar jelas.
"Ara.. " ujar Aranjo sambil menatap ke arah pengasuhnya.
Ara memeluk erat tubuhnya, tadi pagi saat dirinya terbangun Aranjo sudah berada di sisinya. Mereka selalu tidur bersama di ranjang kecil ini.
Ara tidak berani menyentuh Aranjo karena tubuh anak itu di lindungi oleh sihir yang kuat. Dan saat Aranjo terbangun, sihir itupun menghilang. Ara tidak yakin apa yang terjadi dengan Aranjo, dirinya akan menanyakannya nanti.
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Ara sambil memeriksa seluruh tubuh Aranjo."Iya!" jawab Aranjo. Lalu bangkit dari tidurnya dan duduk di atas ranjang."Kapan dan bagaimana kamu kembali?" tanya Ara."Entahlah! Ah... mungkin berkat bantuan teman-teman baru saya!" lanjut Aranjo bersemangat."Teman?" tanya Ara, tidak yakin akan apa yang didengarnya."Burung kecil dan siluman dengan rambut berwarna abu-abu!" jelas Ara dengan antusias.Setelah mendengarkan apa yang dikatakan Aranjo, Ara yakin anak itu bermimpi. Tidak ada mahluk hidup di hutan kabut dan tidak ada satupun mahluk di alam langit dengan rambut berwarna abu-abu selain Kaisar.Ara tidak perduli bagaimana Aranjo bisa kembali ke Paviliun, yang penting saat ini Aranjo baik-baik saja. Ara yakin sepertinya Aranjo dilindungi oleh penjaga hutan kabut tersebut, tentu karena Aranjo anak yang baik."Jangan keluar dari Paviliun selama beberapa hari kedepan!" pesan Ara.Dirinya yakin
Aranjo melewati hari-harinya dengan sangat gembira, dirinya akan pergi diam-diam saat Ara membantu di kediaman utama.Aranjo akan menghabiskan waktunya dengan membaca atau berendam di kolam air hangat yang ajaib.Walaupun waktu yang dihabiskan di sana cukup lama namun tidak pada kenyataannya, semua berkat jam pasir itu. Namun Aranjo tidak pernah bertemu dengan siluman itu lagi, sesekali siluman akan memberikannya catatan yang berisi pertanyaan.Hal itu untuk melihat apakah Aranjo benar-benar memahami bacaannya. Aranjo akan menulis jawaban dari pertanyaan itu, tidak sulit baginya. Aranjo akan memberikan separuh makanan enak yang dimilikinya dan meletakkannya di atas meja baca itu. Itu sebagai tanda terima kasih kepada temannya."Esok akan diadakan cara ulang tahun ayahmu!" ujar Ara saat mereka makan malam di Paviliun."Ya, pesta itu pasti sangat meriah, terlihat bagaimana sibuknya pelayan kediaman utama untuk mempersiapkan acara besok ," ujar Aranjo samb
Helene berdiri dari duduknya dan dengan suara lantang berkata, "Aranjo, cepat sajikan teh itu sebelum dingin!"Ucapan Helene seakan tamparan bagi Aranjo, dirinya yakin Helene ataupun Halley yang meminta pelayan itu menariknya ke kediaman utama. Dan sekali lagi dirinya terjebak dalam perangkap yang mereka buat. Apapun yang dikatakannya untuk menjelaskan alasan mengapa dirinya berada di aula ini sudah tidak berguna, Aranjo harus siap menerima hukumannya nanti."Salam Dewa Malam dan Dewi Angin. Apakah Dewi muda ini putri sulung Anda?" tanya salah satu Dewa yang hadir.Aranjo menunduk dan perlahan mundur, tetapi Helene menghampirinya dan memegang lengannya.Dewa Malam bangkit dari duduknya dan berkata, "Benar."Aranjo hanya menunduk tidak berani menatap ke arah ayah ataupun ibunya. Saat ini dirinya yakin dirinya berada dalam masalah besar."Kakak Aranjo, bagaimana jika kakak memainkan sebuah lagu untuk menambah kemeriahan acara ulang tahun ayah?" tany
Aranjo merasakan angin kencang, tubuhnya mundur ke belakang dan menahan pandangan dengan tangannya. Aranjo tidak ingin debu masuk ke dalam matanya.Roh-roh jahat yang sedari tadi mengikuti Aranjo langsung menghilang saat merasakan kehadiran Griffin.Seketika angin kencang tidak lagi berhembus namun Aranjo merasakan sesuatu berada di hadapannya. Aranjo menurunkan tangannya dan perlahan membuka matanya.Aranjo terlompat kebelakang dan jatuh terduduk, mata Aranjo membelalak melihat mahluk di hadapannya."Tolong jangan makan aku! Diriku tidak memiliki banyak daging dan jika kamu memakan diriku aku yakin kamu akan tersedak!" ujar Aranjo sambil terus mundur kebelakang.Aranjo menatap lurus ke arah mahluk itu, dirinya pernah membaca gulungan mengenai mahluk seperti di hadapannya. Binatang spiritual agung yang jarang terlihat, konon hanya ada satu Griffin di setiap masa dan saat mereka mati akan berubah menjadi abu. Griffin berikutnya akan terlahir dari abu Gri
Aranjo lalu duduk di tepi sungai, lalu menggulung roknya ke atas dan mulai membersihkan ikan-ikan itu. Sebagai Dewi yang memiliki kekuatan sihir rendah, dirinya hanya dapat menciptakan ruang kecil untuk menyimpan benda-benda miliknya.Tidak dapat menampung banyak barang, lain halnya dengan mereka yang memiliki kekuatan sihir tingkat tinggi, mereka akan mampu menciptakan ruang yang luas untuk menyimpan benda-benda berharga.Aranjo mengeluarkan pisau dan bumbu bakar yang telah diraciknya, lalu meminta Griffin mengumpulkan kayu bakar. Setelah ikan bersih, Aranjo membawanya ke tempat dimana kayu bakar ditumpuk.Memilih batang kayu yang kurus dan membersihkannya menggunakan pisau lalu menusuk ikan yang telah dibumbui.Sudah waktunya menyalakan api, kemampuan sihirnya belum mampu untuk mengendalikan unsur inti bumi yakni air, udara, api dan tanah. Aranjo menatap Griffin dan bertanya, "Bisakah kamu menyalakan api?"Griffin mendekatkan paruhnya ke tumpukan rant
Aranjo tidak lagi ingin terkena masalah, jadi dirinya menuruti perkataan Dewi Angin dan tidak menginjakkan kaki ke kediaman utama.Namun, tidak semua hal berjalan sesuai dengan kehendaknya. Keesokan harinya adalah hari terakhir di mana Aranjo berada di alam langit.***Di Kota Danzou, tepatnya di gubuk kumuh. Gemuruh petir menyambut kelahiran seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Dukun yang membantu kelahiran sangat terpukau dengan kecantikan bayi mungil itu.“Seorang bayi perempuan, Nyonya!” ujar Dukun itu sambil membersihkan dan membungkus bayi kecil itu.Nyonya Ji mengulurkan tangannya dan menyambut bayi yang sudah dibalut selimut lembut. Tidak masalah bayi ini perempuan ataupun laki-laki. Dirinya baru dapat hamil setelah berusia senja dan itu merupakan berkat paling indah yang diterimanya.Nyonya Ji memeluk bayi itu, dan melihat bayinya memiliki rupa yang begitu rupawan.“Aku akan panggilkan Tuan Ji!” Dukun itu keluar dari kamar unt
Aranjo tidak lagi peduli dengan seluruh tubuhnya yang basah kuyup. Ingatannya telah kembali, rasa benci dan marah menguasai dirinya.Aranjo menatap Ara dan bertanya, "Mengapa kamu kemari? Tidakkah hal itu akan membuat dirimu dalam masalah?""Kaisar mengijinkan aku mengunjungi dirimu! Namun, tidak bisa terlalu lama!". jelas Ara."Ka-isar...!" ujar Aranjo dan teringat kepada teman silumannya yang ternyata adalah Sang Kaisar. Selama ini, Aranjo selalu menganggap siluman itu adalah temannya, tetapi kenyataannya tidak seperti itu.Temannya itu tidak hanya tidak membelanya, tetapi juga menjatuhkan hukuman yang begitu keji."Apakah... Apakah teman yang kamu bilang membantumu keluar dari hutan kabut adalah Kaisar?" tanya Ara.Ara teringat, dulu Aranjo pernah menceritakan teman yang ditemuinya di hutan kabut. Siluman dengan rambut perak, hanya Sang Kaisar yang memiliki tampilan seperti itu di seluruh alam.Aranjo mengangguk, dan berkata, "D
"Kerajaan kalian menyerang salah satu desa pemukiman kami! Anggap saja ini balasan dan peringatan untuk Raja kalian!" jawab Sang Jenderal.Semua mata prajuritnya menatap penuh hasrat pada wanita yang ada di hadapannya. Jenderal melihat jelas hal itu dan mengerti, karena dirinya juga sangat terpengaruh akan kehadiran sosok cantik ini.Sang Jenderal melepaskan jubah miliknya dan meletakkan jubah itu di atas kepala wanita itu dan mengikatnya di bawah leher."Siapa namamu?" "Aranjo!"Aranjo, nama yang asing, tetapi enak di dengar. Jenderal tidak bisa menyerahkan wanita ini ke penjagaan prajurit, jadi dirinya yang akan menjaga wanita itu dan membawanya sebagai hadiah untuk Sang Raja.Jenderal mengangkat tubuh Aranjo dan mendudukkannya di atas kuda putih, lalu Jenderal juga naik dan duduk di belakangnya."Kita kembali!" seru Sang Jenderal kepada prajuritnya. Semua prajurit patuh dan menaiki kuda masing-masing untuk kembali ke Kerajaan Qiyang."Apakah kamu akan menyerahkan diriku kepada Raj
Archer berlumuran darah dan sama sekali tidak melawan. Ia hanya berharap perasaan Aranjo dapat tergerak, melihatnya seperti ini. Sedangkan Asmodus semakin menggila dan memukul, membabi buta.Aranjo berteriak, histeris. Namun, ia tidak mampu menggerakkan tubuh. Ya, dalam hatinya, ia berteriak melihat bagaimana Archer babak belur. Apalagi, tidak ada yang dapat dilakukan.Sampai pada satu titik, Asmodus mencengkeram leher Archer dan mengangkatnya tinggi. Tawa puas, menggema, melihat betapa banyak darah yang membasahi tubuh Dewa Agung itu."Hmmm, tidak menarik, karena kamu tidak melawan. Namun, itu bagus. Aku dapat memusnahkanmu, lebih cepat."Cengkeraman semakin kuat dan membuat Aranjo, semakin panik.'Aku mohon, jika Surga memang ada, maka dengarkan doaku. Aku mencintai Archer dan Dewa itu juga mencintaiku, aku mohon biarkan aku terlepas dari belenggu ini, agar dapat menolongnya. Aku tidak peduli, walaupun jiwaku menjadi taruh
"Para Dewa Agung, aku butuh kekuatan kalian untuk menyegel gerbang alam bawah ini. Jadi, saat Asmodus musnah, kerusakan cukup terjadi di alam bawah dan tidak menyebabkan kerusakan di luar itu!" ujar Kaisar Langit dengan tegas."Baik, Yang Mulia Kaisar Langit!" seru para Dewa Agung terkuat di Alam Langit.Para Dewa melompat turun dari atas punggung Pegasus yang masih terbang. Membentuk formasi di sekitar gerbang alam bawah dan mulai menyalurkan energi kekuatan sihir mereka."TUNGGU!"Para Dewa Agung dan Kaisar Langit menatap ke sosok yang berani bersuara.Robert Gao melangkah maju, tepat ke hadapan sang Kaisar Langit. Ia keluar bersama dengan semua mahluk dari alam bawah dan tetap berada di dekat gerbang, untuk melihat apa yang terjadi."Bagaimana dengan Archer? Ia masih berada di dalam dan kalian menyegel gerbang ini. Bagaimana ia dapat keluar dan bagaimana jika ia membutuhkan bantuan?" seru Robert Gao, yang mer
Robert berusaha bernapas, tetapi itu begitu sulit. Tidak lagi berusaha melawan, Robert merogoh sesuatu dari saku pakaiannya. Berhasil, walaupun dengan susah payah. Dengan wajah yang sudah memerah karena kehabisan napas, Robert berhasil mengangkat kalung dengan leontin darah suci ke hadapan Griffin.Seketika tangan yang mencengkeram leher, dilepaskan dan membuat tubuh Robert terhempas kuat ke tanah.Berusaha keras mengisi paru-paru dengan oksigen, Robert benar-benar kesulitan. Sedikit lebih lama lagi, maka ia akan musnah.Griffin berdiri mematung dan menatap ke tangan manusia abadi yang menggenggamnya leontin itu. Griffin tahu itu adalah bagian dari dirinya, tetapi bagaimana itu bisa ada di tangan manusia abadi itu?"Dari mana kamu mendapatkan itu?" tanya Griffin dingin."A-Anda menitipkan kepadaku! Dan berpesan, untuk mengembalikannya saat ini," ujar Robert dengan suara yang begitu lemah.Griffin menunduk dan menatap
Tangan Aranjo terulur, mendekati artefak itu. Ujung jari telunjuk, menyentuh benda itu dan seketika cahaya terang menyelimuti Aranjo. Ia menghilang bersama dengan benda itu, kembali kepada sang pemilik.***Keesokan harinya, Griffin keluar dari paviliun dan tetap berada di sana untuk beberapa saat. Menunggu, menunggu Aranjo keluar dari paviliun.Setelah menunggu beberapa saat, Leander datang menghampirinya."Ayo, kita harus segera pergi ke alam bawah. Lentera cahaya sudah ada padaku," ajak Leander.Diam dan tidak menanggapi ucapan Leander."Kamu menunggu Aranjo?" tanya Leander.Griffin mengangguk."Dia sudah kembali ke Alam Iblis," ujar Leander. Ya, ia tidak berbohong, memang benar Aranjo telah kembali ke Alam Iblis, walaupun bukan ke istana. Namun, Leander yakin Griffin tidak akan bertanya lebih jauh, sebab mengira Aranjo kembali ke istana.Ragu sejenak, tetapi pada akhirnya Gri
"Bagus, jika kamu menyukainya," balas Griffin dan merasa lega, tidak harus merubah warna rambutnya ini.Seketika, kesadaran akan cincin ilusi miliknya yang belum dikembalikan, membuat Aranjo langsung duduk. Gerakannya itu membuat rambut Griffin yang berada dalam genggamannya, tertarik.Griffin langsung memalingkan wajah dan menatap ke arah Aranjo, yang sudah dalam posisi duduk."M-Maaf," ujar Aranjo dan segera melepaskan rambut itu."Tapi..., Hei! Kembalikan cincin ilusi, milikku!" ujar Aranjo lantang, saat teringat akan cincin itu."Ini?" tanya Griffin, sambil mengangkat tangannya tepat di hadapan Aranjo, perlahan membuka kepalan tangan dan cincin ilusi itu ada di atas telapaknya.Melihat cincin itu, Aranjo langsung hendak mengambil. Namun, Griffin memindahkan tangannya, sehingga tangan Aranjo hanya menggapai angin."Kembalikan!" seru Aranjo yang mulai kesal. Mabuk, membuat otaknya tidak dapat berp
Perjamuan makan diadakan oleh Kaisar Langit. Kembali mereka diundang ke aula, untuk mengikuti perjamuan itu.Aranjo mengagumi keindahan Alam Langit dan matanya, tidak henti melihat-lihat.Perjamuan yang cukup meriah dan dihadiri oleh begitu banyak Dewa, serta Dewi.Aranjo duduk di balik meja rendah, yang berada tepat di antara meja Leander dan Griffin. Alunan musik dari harpa, mengiringi tarian indah yang dipertontonkan di tengah-tengah aula. Tarian yang isisipkan dengan kekuatan sihir, membuat apa yang dilihat begitu menakjubkan.Aranjo menatap dengan mulut menganga, akan keajaiban tarian yang ada di hadapannya.Leander memalingkan wajah dan menatap ke arah Griffin. Seperti perkiraannya, siku Griffin diletakkan di atas meja, dengan tangan menopang wajahnya. Ya, Griffin menatap ke arah Aranjo. Mahluk agung itu terlihat jelas seperti sedang jatuh cinta.Leander menghela napas, ia khawatir akan apa yang akan
Tiba di aula utama, semua mata para Dewa tertuju pada Griffin dan sosok iblis muda yang ada dalam gandengan mahluk agung itu.Langkah kaki Aranjo berhenti, saat Griffin menghentikan langkahnya. Aranjo melihat ke sekeliling dan mendapati, tatapan yang begitu dingin. Tanpa sadar, ia bergeser dan menempelkan tubuh pada lengan kokoh, sang Griffin.Kaisar Langit, turun dari singgasana dengan raut wajah yang tidak terbaca. Para dewa yang berkumpul di singgasana langsung mundur, dengan kepala menunduk.Leander yang baru tiba di aula, langsung memberi hormat."Hormat, Yang Mulia Kaisar Langit."Setelah memberi salam, Leander langsung melangkah maju dan berdiri di samping Griffin, serta Aranjo."Alasan kedatangan kami, terkait dengan salah satu benda spiritual. Kami ingin memohon izin kepada Kaisar Langit, agar dapat memberikan kepada kami, lentera cahaya. Itu–"Ucapan Leander terhenti, saat sang Kaisar Langit men
Griffin melepaskan cengkeramannya dan segera mahluk itu melayang agak jauh, ketakutan."Buka matamu," ujar Griffin dan menurunkan tangannya dari depan wajah Aranjo.Patuh, Aranjo membuka mata dan menatap ke arah mahluk yang sudah berada cukup jauh, darinya."Tuanku berkata, tiket masuk kalian adalah lentera cahaya! Bawa benda spiritual itu dan kalian, diizinkan masuk!" seru mahluk itu, sebelum melayang kembali ke balik gerbang.KLANG!Gerbang kembali menutup dengan suara yang memekakkan telinga.Griffin memalingkan wajah, menatap Leander. Ia tidak keberatan untuk menghancurkan alam bawah ini, tetapi mereka memiliki tanggung jawab, jadi keputusan tidak dapat diambil oleh satu pihak."Kita kembali setelah mendapatkan lentera cahaya!" ujar Leander, lalu memutar kudanya, meninggalkan alam bawah.Semua berbalik dan meninggalkan tempat mengerikan itu.Aranjo menatap ke pung
Seulas senyum licik, muncul di wajah cantik Aranjo. Ia yakin dapat menghentikan langkah mahluk sombong, yang mengabaikan kehadirannya begitu saja.Namun, saat ia yakin dapat menangkap mahluk itu, kenyataannya angin yang tergapai oleh tangannya.Kedua kaki Aranjo menapak kembali ke tanah dan menatap tidak percaya dengan apa yang terjadi. Mahluk sombong itu sudah berpindah tepat di belakangnya, begitu cepat. Bahkan, mata Aranjo tidak menangkap gerakan mahluk tersebut.Berputar, dengan tangan kembali menggapai.SIAL!SIAL!!SIAL!!!Aranjo memaki dalam hati, saat serangan yang diluncurkan tidak mampu mengenai mahluk tersebut.Leander baru saja keluar dari paviliun dan disambut dengan perkelahian. Tidak tepat disebut perkelahian, sebab hanya satu pihak yang menyerang dengan pihak lain, terus berhasil menghindar.Ini kali pertama baginya melihat, Griffin tidak melawan. Bias