Ara mematung, saat ini dirinya yang sedang memeluk bayi Tuan Putri, berada di tengah-tengah suasana mencekam. Ara menatap ke arah Raja Iblis lalu berbalik menatap Kaisar alam langit, ini pertama kalinya Ara melihat langsung Sang Kaisar. Selama ini Ara hanya melihatnya dari lukisan di buku yang dibacanya yang menceritakan betapa hebat dan agungnya Sang Kaisar.
"Biarkan bayi itu diasuh oleh ayahnya! Dan Anda harus memberikan perhatian selama anak itu tumbuh dewasa, itulah permintaan saya!" ujar Raja Iblis.
"Baik!" jawab Sang Kaisar.
Ara menatap bayi mungil yang berada di dalam pelukannya, bagaimana Raja Iblis tepatnya kakek bayi ini menyerahkan bayi lucu ini kepada suku alam langit.
Walaupun alam langit memiliki begitu banyak norma yang harus dipatuhi namun hal itu tidak menjamin para Dewa dan Dewi di sana memiliki tabiat yang baik. Bayangkan bagaimana bayi kecil yang memiliki darah iblis ini diasuh oleh ibu tiri yang merupakan Dewi Agung alam langit, hal itu sudah membuat hati Ara diliputi kecemasan.
Ara berlutut dan memohon "Biarkan saya tetap berada di sisi bayi ini, menjadi pengasuhnya. Tuan Putri menolong saya, dirinya mengangkat saya menjadi pelayannya dan budi baik itu harus dibalas!"
"Jika itu yang kamu inginkan maka akan saya kabulkan! Namun kamu harus melepaskan semua kekuatan sihir gelap yang kamu miliki! Apakah kamu bersedia?" tanya Sang Kaisar.
"Tentu!" jawab Ara yakin.
"Apakah Anda menyetujuinya?" tanya Sang Kaisar kepada Raja Iblis.
"Ya!" jawab Raja Iblis.
Walaupun bayi itu adalah cucu kandungnya, namun karena kebencian yang begitu kuat terhadapnya alam langit membuat dirinya tidak menginginkan bayi itu.
Raja Iblis tidak peduli apapun yang terjadi pada bayi itu setelah berada di alam langit, oleh karena itu Raja Iblis meminta Kaisar terlibat dalam kehidupan bayi itu. Raja Iblis yakin kehidupan yang akan dilalui Sang Cucu akan penuh liku, dan beruntung Ara pelayan putrinya bersedia berkorban untuk mengikuti bayi itu ke alam langit.
"Jika begitu, kita sepakat!" ujar Sang Kaisar, lalu beliau menghilang kembali ke alam langit bersama Ara dan bayi itu.
Raja Iblis memerintahkan semua prajurit kembali ke alam iblis. Perang tidak terjadi, namun setidaknya alam langit juga telah menerima tanggung jawab mereka. Dendam itu masih ada, Raja Iblis akan kembali mengumpulkan prajurit dan menanti kesempatan yang tepat untuk menyerang alam langit.
Ara yang masih memeluk bayi itu telah berpindah tempat, saat ini dirinya berdiri di tengah-tengah aula megah dengan pilar-pilar besar menyangga langit-langit aula yang sangat tinggi.
"Berlutut!" ujar Sang Kaisar lalu berjalan naik ke singgasananya yang berada di sisi kanan singgasana Kaisar Langit, penguasa alam langit dan seluruh alam lainnya.
Ara berlutut dan menunduk, dirinya berada di hadapan penguasa Agung seluruh alam, Kaisar Langit. Ara memeluk erat bayi itu dan berharap semua berjalan lancar.
Ara merasakan tubuhnya melemah, kekuatan sihir gelapnya yang tidak seberapa sudah dihilangkan saat dirinya masuk ke alam langit. Tidak masalah, asalkan dirinya diberi tempat di sisi bayi ini.
"Bayi itu akan dibesarkan dalam keluargamu! Bayi itu adalah putri sulung Dewa Malam, Rigel!" titah Kaisar Langit.
"Titah diterima!" ujar Dewa Malam dan istrinya Dewi Angin sambil bersujud dan memberi hormat kepada Kaisar Langit.
Dewi Angin marah karena jalinan kasih suaminya dengan Putri Iblis, namun tidak ada yang dapat dilakukannya. Titah Kaisar Langit adalah absolut dan harus dipatuhi. Jadi Dewi Angin menekan kebenciannya dan menerima anak haram berdarah iblis menjadi putri sulungnya.
Akhirnya masalah besar antara alam langit dan alam iblis terselesaikan. Namun perjalanan hidup berliku bayi itu baru akan dimulai. Bayi yang diterima dengan kebencian tidak akan tumbuh dengan mendapatkan kasih sayang maupun perhatian. Dewa Malam tidak banyak berkata, kesalahannya cukup besar dan sebagai akibatnya, dirinya harus merawat bayi itu seumur hidupnya.
Ara mengikuti Dewa Malam dan Dewi Angin kembali ke kediaman mereka. Kediaman megah yang berada di sisi Selatan alam langit. Namun mereka tidak tinggal di sana melainkan di Paviliun mungil yang berada di halaman belakang kediaman utama.
Beruntung Ara memutuskan untuk merawat bayi itu, setidaknya dirinya akan menemani dan menyayangi bayi ini dengan tulus.Kehidupan di alam langit terasa sangat lambat bagi Ara. Boleh dikatakan mereka dikucilkan, Ara akan menyiapkan makanan dengan bahan makanan yang dikirim setiap minggunya dari kediaman utama. Dewa Malam maupun Dewi Angin tidak pernah sekalipun mengunjungi bayi Aranjo.
Ara mendengar dari percakapan para pelayan lainnya, Dewi Angin telah mengandung dan kediaman utama sedang dalam suka cita.
Kehidupan Ara dan Aranjo hanya berputar di sekitar Paviliun halaman belakang kediaman Dewa Malam. Mereka hidup dalam kesederhanaan dan itu cukup karena mereka merasa damai.***
Tidak terasa 500 tahun telah berlalu, Aranjo tumbuh menjadi gadis kecil yang lucu. Usia 500 tahun sama dengan usia 5 tahun di dunia fana. Aranjo tumbuh menjadi gadis kecil yang sangat cantik dan pintar. Namun sayang, Dewa Malam maupun Dewi Angin tidak menyekolahkan Aranjo seperti putri-putri kandung mereka.
Aranjo kecil akan sembunyi-sembunyi melihat ke dalam ruangan kediaman utama saat saudarinya belajar. Aranjo anak yang pintar, dirinya cepat memahami ajaran yang diberikan oleh Sang Guru.
Walaupun tidak mendapatkan pendidikan formal, namun dirinya sudah dapat membaca dan menulis serta sangat menyukai pelajaran sastra yang membosankan.
Keseharian Aranjo hanya bersama dengan Ara, pengasuhnya. Penghuni kediaman utama termasuk dengan para pelayan selalu mengabaikan keberadaan mereka. Mereka ada, tapi seperti tidak terlihat.Aranjo, gadis kecil yang sangat cantik dan menggemaskan, dirinya dapat menarik perhatian para pelayan. Awalnya para pelayan selalu mengabaikan dirinya, namun senyum gadis mungil itu mampu menggerakkan hati mereka dan mulai menyayangi dirinya.
Hal tersebut diketahui oleh Dewi Angin dan beliau sangat marah. Di dalam tubuh mungil Aranjo mengalir darah suku iblis, hal itu memberikan aura penggoda khas suku iblis mengelilingi tubuh mungilnya. Dapatkah dibayangkan di usia belia Aranjo itu sudah memiliki aura sepekat itu apalagi saat dirinya beranjak dewasa.
Semua pelayan yang berhubungan dengan Aranjo langsung dihukum dan di keluarkan dari kediaman utama Dewa Malam. Dewa Angin memerintahkan tidak boleh ada satu pelayan pun yang boleh menatap wajah Aranjo, karena gadis itu memiliki sihir gelap yang tabu.
Segera kabar itu tersebar ke seluruh alam langit. Dewa Malam tidak mengatakan apapun seakan menyetujui setiap tindakan isterinya, Dewi Angin. Aranjo keturunan suku iblis yang karena kebaikan Sang Kaisar diijinkan tinggal di alam langit, namun iblis tetaplah iblis. Gadis kecil itu dikenal memiliki aura iblis dan tabu untuk menatap wajahnya secara. langsung.Di usia 500 tahun, Aranjo diperintahkan untuk selalu mengenakan cadar termasuk saat gadis kecil itu tidur. Ara merasa sedih, namun dirinya tidak dapat berbuat apapun. Ara kecewa akan ketidak pedulian Dewa Malam yang mana adalah ayah kandung Aranjo dan Sang Kakek, Raja Iblis.
Aranjo melewati hari-harinya di Paviliun kecil itu, dirinya akan bermain sendiri di saat pengasuhnya harus membantu di kediaman utama.Aranjo yang sebagian wajahnya tertutup cadar hitam, duduk di lantai Paviliun dan bermain dengan boneka kain usang kesukaannya. Boneka kain ini dijahit sendiri oleh Ara, pengasuhnya.'Kriittt'Pintu Paviliun di buka perlahan, Aranjo menatap ke arah pintu melihat siapa yang datang. Aranjo tersenyum senang saat melihat siapa yang membuka pintu.Dua saudarinya mengunjungi Paviliun untuk melihatnya. Ini pertama kali mereka berkunjung ke Paviliun. Sebelumnya mereka selalu menghindar saat tidak sengaja bertemu dengannya di kediaman utama.Aranjo melihat terpukau ke arah dua saudarinya. Dua saudarinya sangat cantik dengan balutan gaun yang indah, kebalikan darinya. Pakaian Aranjo hanya beberapa helai dan itu semua dijahit oleh Ara dari kain sisa yang didapatkan dari kediaman utama."Mari kita bermain..." ujar sal
Dewa Archer, Sang Kaisar yang saat ini sedang berada di ruang bacanya, tiba-tiba meletakkan gulungan yang dibacanya tadi.Dewa Archer dapat merasakan kesedihan yang mendalam yang dirasakan Aranjo. Sewaktu menerima permintaan Raja Iblis untuk terlibat dalam tumbuh besar bayi itu, dirinya telah meletakkan sedikit kekuatan sihir kepada bayi itu. Dan sihir itu akan memberitahunya saat bayi itu dalam keadaan terancam, marah maupun sedih.500 tahun sudah berlalu dan ini pertama kalinya dirinya menerima perasaan bayi itu. Kaisar bangkit dari duduknya lalu pergi ke tempat di mana Aranjo berada dengan kekuatan sihirnya.Kembali ke hutan kabut, Aranjo menghapus air matanya dan kembali memeriksa keadaan burung itu. Aranjo memberikan kekuatan sihirnya yang tidak seberapa kepada burung kecil itu, berharap burung itu dapat bertahan. Dan benar saja, setelah menerima kekuatan sihirnya burung kecil itu membuka mata kecilnya dan menatap Aranjo."Kamu baik-baik saja?" tanya Ara
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Ara sambil memeriksa seluruh tubuh Aranjo."Iya!" jawab Aranjo. Lalu bangkit dari tidurnya dan duduk di atas ranjang."Kapan dan bagaimana kamu kembali?" tanya Ara."Entahlah! Ah... mungkin berkat bantuan teman-teman baru saya!" lanjut Aranjo bersemangat."Teman?" tanya Ara, tidak yakin akan apa yang didengarnya."Burung kecil dan siluman dengan rambut berwarna abu-abu!" jelas Ara dengan antusias.Setelah mendengarkan apa yang dikatakan Aranjo, Ara yakin anak itu bermimpi. Tidak ada mahluk hidup di hutan kabut dan tidak ada satupun mahluk di alam langit dengan rambut berwarna abu-abu selain Kaisar.Ara tidak perduli bagaimana Aranjo bisa kembali ke Paviliun, yang penting saat ini Aranjo baik-baik saja. Ara yakin sepertinya Aranjo dilindungi oleh penjaga hutan kabut tersebut, tentu karena Aranjo anak yang baik."Jangan keluar dari Paviliun selama beberapa hari kedepan!" pesan Ara.Dirinya yakin
Aranjo melewati hari-harinya dengan sangat gembira, dirinya akan pergi diam-diam saat Ara membantu di kediaman utama.Aranjo akan menghabiskan waktunya dengan membaca atau berendam di kolam air hangat yang ajaib.Walaupun waktu yang dihabiskan di sana cukup lama namun tidak pada kenyataannya, semua berkat jam pasir itu. Namun Aranjo tidak pernah bertemu dengan siluman itu lagi, sesekali siluman akan memberikannya catatan yang berisi pertanyaan.Hal itu untuk melihat apakah Aranjo benar-benar memahami bacaannya. Aranjo akan menulis jawaban dari pertanyaan itu, tidak sulit baginya. Aranjo akan memberikan separuh makanan enak yang dimilikinya dan meletakkannya di atas meja baca itu. Itu sebagai tanda terima kasih kepada temannya."Esok akan diadakan cara ulang tahun ayahmu!" ujar Ara saat mereka makan malam di Paviliun."Ya, pesta itu pasti sangat meriah, terlihat bagaimana sibuknya pelayan kediaman utama untuk mempersiapkan acara besok ," ujar Aranjo samb
Helene berdiri dari duduknya dan dengan suara lantang berkata, "Aranjo, cepat sajikan teh itu sebelum dingin!"Ucapan Helene seakan tamparan bagi Aranjo, dirinya yakin Helene ataupun Halley yang meminta pelayan itu menariknya ke kediaman utama. Dan sekali lagi dirinya terjebak dalam perangkap yang mereka buat. Apapun yang dikatakannya untuk menjelaskan alasan mengapa dirinya berada di aula ini sudah tidak berguna, Aranjo harus siap menerima hukumannya nanti."Salam Dewa Malam dan Dewi Angin. Apakah Dewi muda ini putri sulung Anda?" tanya salah satu Dewa yang hadir.Aranjo menunduk dan perlahan mundur, tetapi Helene menghampirinya dan memegang lengannya.Dewa Malam bangkit dari duduknya dan berkata, "Benar."Aranjo hanya menunduk tidak berani menatap ke arah ayah ataupun ibunya. Saat ini dirinya yakin dirinya berada dalam masalah besar."Kakak Aranjo, bagaimana jika kakak memainkan sebuah lagu untuk menambah kemeriahan acara ulang tahun ayah?" tany
Aranjo merasakan angin kencang, tubuhnya mundur ke belakang dan menahan pandangan dengan tangannya. Aranjo tidak ingin debu masuk ke dalam matanya.Roh-roh jahat yang sedari tadi mengikuti Aranjo langsung menghilang saat merasakan kehadiran Griffin.Seketika angin kencang tidak lagi berhembus namun Aranjo merasakan sesuatu berada di hadapannya. Aranjo menurunkan tangannya dan perlahan membuka matanya.Aranjo terlompat kebelakang dan jatuh terduduk, mata Aranjo membelalak melihat mahluk di hadapannya."Tolong jangan makan aku! Diriku tidak memiliki banyak daging dan jika kamu memakan diriku aku yakin kamu akan tersedak!" ujar Aranjo sambil terus mundur kebelakang.Aranjo menatap lurus ke arah mahluk itu, dirinya pernah membaca gulungan mengenai mahluk seperti di hadapannya. Binatang spiritual agung yang jarang terlihat, konon hanya ada satu Griffin di setiap masa dan saat mereka mati akan berubah menjadi abu. Griffin berikutnya akan terlahir dari abu Gri
Aranjo lalu duduk di tepi sungai, lalu menggulung roknya ke atas dan mulai membersihkan ikan-ikan itu. Sebagai Dewi yang memiliki kekuatan sihir rendah, dirinya hanya dapat menciptakan ruang kecil untuk menyimpan benda-benda miliknya.Tidak dapat menampung banyak barang, lain halnya dengan mereka yang memiliki kekuatan sihir tingkat tinggi, mereka akan mampu menciptakan ruang yang luas untuk menyimpan benda-benda berharga.Aranjo mengeluarkan pisau dan bumbu bakar yang telah diraciknya, lalu meminta Griffin mengumpulkan kayu bakar. Setelah ikan bersih, Aranjo membawanya ke tempat dimana kayu bakar ditumpuk.Memilih batang kayu yang kurus dan membersihkannya menggunakan pisau lalu menusuk ikan yang telah dibumbui.Sudah waktunya menyalakan api, kemampuan sihirnya belum mampu untuk mengendalikan unsur inti bumi yakni air, udara, api dan tanah. Aranjo menatap Griffin dan bertanya, "Bisakah kamu menyalakan api?"Griffin mendekatkan paruhnya ke tumpukan rant
Aranjo tidak lagi ingin terkena masalah, jadi dirinya menuruti perkataan Dewi Angin dan tidak menginjakkan kaki ke kediaman utama.Namun, tidak semua hal berjalan sesuai dengan kehendaknya. Keesokan harinya adalah hari terakhir di mana Aranjo berada di alam langit.***Di Kota Danzou, tepatnya di gubuk kumuh. Gemuruh petir menyambut kelahiran seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Dukun yang membantu kelahiran sangat terpukau dengan kecantikan bayi mungil itu.“Seorang bayi perempuan, Nyonya!” ujar Dukun itu sambil membersihkan dan membungkus bayi kecil itu.Nyonya Ji mengulurkan tangannya dan menyambut bayi yang sudah dibalut selimut lembut. Tidak masalah bayi ini perempuan ataupun laki-laki. Dirinya baru dapat hamil setelah berusia senja dan itu merupakan berkat paling indah yang diterimanya.Nyonya Ji memeluk bayi itu, dan melihat bayinya memiliki rupa yang begitu rupawan.“Aku akan panggilkan Tuan Ji!” Dukun itu keluar dari kamar unt
Archer berlumuran darah dan sama sekali tidak melawan. Ia hanya berharap perasaan Aranjo dapat tergerak, melihatnya seperti ini. Sedangkan Asmodus semakin menggila dan memukul, membabi buta.Aranjo berteriak, histeris. Namun, ia tidak mampu menggerakkan tubuh. Ya, dalam hatinya, ia berteriak melihat bagaimana Archer babak belur. Apalagi, tidak ada yang dapat dilakukan.Sampai pada satu titik, Asmodus mencengkeram leher Archer dan mengangkatnya tinggi. Tawa puas, menggema, melihat betapa banyak darah yang membasahi tubuh Dewa Agung itu."Hmmm, tidak menarik, karena kamu tidak melawan. Namun, itu bagus. Aku dapat memusnahkanmu, lebih cepat."Cengkeraman semakin kuat dan membuat Aranjo, semakin panik.'Aku mohon, jika Surga memang ada, maka dengarkan doaku. Aku mencintai Archer dan Dewa itu juga mencintaiku, aku mohon biarkan aku terlepas dari belenggu ini, agar dapat menolongnya. Aku tidak peduli, walaupun jiwaku menjadi taruh
"Para Dewa Agung, aku butuh kekuatan kalian untuk menyegel gerbang alam bawah ini. Jadi, saat Asmodus musnah, kerusakan cukup terjadi di alam bawah dan tidak menyebabkan kerusakan di luar itu!" ujar Kaisar Langit dengan tegas."Baik, Yang Mulia Kaisar Langit!" seru para Dewa Agung terkuat di Alam Langit.Para Dewa melompat turun dari atas punggung Pegasus yang masih terbang. Membentuk formasi di sekitar gerbang alam bawah dan mulai menyalurkan energi kekuatan sihir mereka."TUNGGU!"Para Dewa Agung dan Kaisar Langit menatap ke sosok yang berani bersuara.Robert Gao melangkah maju, tepat ke hadapan sang Kaisar Langit. Ia keluar bersama dengan semua mahluk dari alam bawah dan tetap berada di dekat gerbang, untuk melihat apa yang terjadi."Bagaimana dengan Archer? Ia masih berada di dalam dan kalian menyegel gerbang ini. Bagaimana ia dapat keluar dan bagaimana jika ia membutuhkan bantuan?" seru Robert Gao, yang mer
Robert berusaha bernapas, tetapi itu begitu sulit. Tidak lagi berusaha melawan, Robert merogoh sesuatu dari saku pakaiannya. Berhasil, walaupun dengan susah payah. Dengan wajah yang sudah memerah karena kehabisan napas, Robert berhasil mengangkat kalung dengan leontin darah suci ke hadapan Griffin.Seketika tangan yang mencengkeram leher, dilepaskan dan membuat tubuh Robert terhempas kuat ke tanah.Berusaha keras mengisi paru-paru dengan oksigen, Robert benar-benar kesulitan. Sedikit lebih lama lagi, maka ia akan musnah.Griffin berdiri mematung dan menatap ke tangan manusia abadi yang menggenggamnya leontin itu. Griffin tahu itu adalah bagian dari dirinya, tetapi bagaimana itu bisa ada di tangan manusia abadi itu?"Dari mana kamu mendapatkan itu?" tanya Griffin dingin."A-Anda menitipkan kepadaku! Dan berpesan, untuk mengembalikannya saat ini," ujar Robert dengan suara yang begitu lemah.Griffin menunduk dan menatap
Tangan Aranjo terulur, mendekati artefak itu. Ujung jari telunjuk, menyentuh benda itu dan seketika cahaya terang menyelimuti Aranjo. Ia menghilang bersama dengan benda itu, kembali kepada sang pemilik.***Keesokan harinya, Griffin keluar dari paviliun dan tetap berada di sana untuk beberapa saat. Menunggu, menunggu Aranjo keluar dari paviliun.Setelah menunggu beberapa saat, Leander datang menghampirinya."Ayo, kita harus segera pergi ke alam bawah. Lentera cahaya sudah ada padaku," ajak Leander.Diam dan tidak menanggapi ucapan Leander."Kamu menunggu Aranjo?" tanya Leander.Griffin mengangguk."Dia sudah kembali ke Alam Iblis," ujar Leander. Ya, ia tidak berbohong, memang benar Aranjo telah kembali ke Alam Iblis, walaupun bukan ke istana. Namun, Leander yakin Griffin tidak akan bertanya lebih jauh, sebab mengira Aranjo kembali ke istana.Ragu sejenak, tetapi pada akhirnya Gri
"Bagus, jika kamu menyukainya," balas Griffin dan merasa lega, tidak harus merubah warna rambutnya ini.Seketika, kesadaran akan cincin ilusi miliknya yang belum dikembalikan, membuat Aranjo langsung duduk. Gerakannya itu membuat rambut Griffin yang berada dalam genggamannya, tertarik.Griffin langsung memalingkan wajah dan menatap ke arah Aranjo, yang sudah dalam posisi duduk."M-Maaf," ujar Aranjo dan segera melepaskan rambut itu."Tapi..., Hei! Kembalikan cincin ilusi, milikku!" ujar Aranjo lantang, saat teringat akan cincin itu."Ini?" tanya Griffin, sambil mengangkat tangannya tepat di hadapan Aranjo, perlahan membuka kepalan tangan dan cincin ilusi itu ada di atas telapaknya.Melihat cincin itu, Aranjo langsung hendak mengambil. Namun, Griffin memindahkan tangannya, sehingga tangan Aranjo hanya menggapai angin."Kembalikan!" seru Aranjo yang mulai kesal. Mabuk, membuat otaknya tidak dapat berp
Perjamuan makan diadakan oleh Kaisar Langit. Kembali mereka diundang ke aula, untuk mengikuti perjamuan itu.Aranjo mengagumi keindahan Alam Langit dan matanya, tidak henti melihat-lihat.Perjamuan yang cukup meriah dan dihadiri oleh begitu banyak Dewa, serta Dewi.Aranjo duduk di balik meja rendah, yang berada tepat di antara meja Leander dan Griffin. Alunan musik dari harpa, mengiringi tarian indah yang dipertontonkan di tengah-tengah aula. Tarian yang isisipkan dengan kekuatan sihir, membuat apa yang dilihat begitu menakjubkan.Aranjo menatap dengan mulut menganga, akan keajaiban tarian yang ada di hadapannya.Leander memalingkan wajah dan menatap ke arah Griffin. Seperti perkiraannya, siku Griffin diletakkan di atas meja, dengan tangan menopang wajahnya. Ya, Griffin menatap ke arah Aranjo. Mahluk agung itu terlihat jelas seperti sedang jatuh cinta.Leander menghela napas, ia khawatir akan apa yang akan
Tiba di aula utama, semua mata para Dewa tertuju pada Griffin dan sosok iblis muda yang ada dalam gandengan mahluk agung itu.Langkah kaki Aranjo berhenti, saat Griffin menghentikan langkahnya. Aranjo melihat ke sekeliling dan mendapati, tatapan yang begitu dingin. Tanpa sadar, ia bergeser dan menempelkan tubuh pada lengan kokoh, sang Griffin.Kaisar Langit, turun dari singgasana dengan raut wajah yang tidak terbaca. Para dewa yang berkumpul di singgasana langsung mundur, dengan kepala menunduk.Leander yang baru tiba di aula, langsung memberi hormat."Hormat, Yang Mulia Kaisar Langit."Setelah memberi salam, Leander langsung melangkah maju dan berdiri di samping Griffin, serta Aranjo."Alasan kedatangan kami, terkait dengan salah satu benda spiritual. Kami ingin memohon izin kepada Kaisar Langit, agar dapat memberikan kepada kami, lentera cahaya. Itu–"Ucapan Leander terhenti, saat sang Kaisar Langit men
Griffin melepaskan cengkeramannya dan segera mahluk itu melayang agak jauh, ketakutan."Buka matamu," ujar Griffin dan menurunkan tangannya dari depan wajah Aranjo.Patuh, Aranjo membuka mata dan menatap ke arah mahluk yang sudah berada cukup jauh, darinya."Tuanku berkata, tiket masuk kalian adalah lentera cahaya! Bawa benda spiritual itu dan kalian, diizinkan masuk!" seru mahluk itu, sebelum melayang kembali ke balik gerbang.KLANG!Gerbang kembali menutup dengan suara yang memekakkan telinga.Griffin memalingkan wajah, menatap Leander. Ia tidak keberatan untuk menghancurkan alam bawah ini, tetapi mereka memiliki tanggung jawab, jadi keputusan tidak dapat diambil oleh satu pihak."Kita kembali setelah mendapatkan lentera cahaya!" ujar Leander, lalu memutar kudanya, meninggalkan alam bawah.Semua berbalik dan meninggalkan tempat mengerikan itu.Aranjo menatap ke pung
Seulas senyum licik, muncul di wajah cantik Aranjo. Ia yakin dapat menghentikan langkah mahluk sombong, yang mengabaikan kehadirannya begitu saja.Namun, saat ia yakin dapat menangkap mahluk itu, kenyataannya angin yang tergapai oleh tangannya.Kedua kaki Aranjo menapak kembali ke tanah dan menatap tidak percaya dengan apa yang terjadi. Mahluk sombong itu sudah berpindah tepat di belakangnya, begitu cepat. Bahkan, mata Aranjo tidak menangkap gerakan mahluk tersebut.Berputar, dengan tangan kembali menggapai.SIAL!SIAL!!SIAL!!!Aranjo memaki dalam hati, saat serangan yang diluncurkan tidak mampu mengenai mahluk tersebut.Leander baru saja keluar dari paviliun dan disambut dengan perkelahian. Tidak tepat disebut perkelahian, sebab hanya satu pihak yang menyerang dengan pihak lain, terus berhasil menghindar.Ini kali pertama baginya melihat, Griffin tidak melawan. Bias