Beranda / Romansa / Api Dendam Brianna / Bab 37 - Interupsi

Share

Bab 37 - Interupsi

Penulis: Meina H.
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-22 13:07:48

~Nia~

“Kita akan bicarakan itu lain kali. Aku pasti akan menceritakan segalanya kepadamu. Tetapi tidak sekarang atau malam ini. Aku hanya ingin mencium kamu sebelum mengantar kamu pulang dan menyiksa diri tidur sendiri malam ini,” ucapnya mendramatisir. Aku tersenyum.

Tentu saja dia tidak akan menceritakan apa pun kepadaku malam ini. Dia pasti khawatir hal itu akan membuat aku pergi darinya. Hal paling gelap dari masa lalunya yang tidak dia ketahui jauh lebih kelam dari itu. Tetapi dia akan segera mengetahui segalanya.

“Sayang, aku mengizinkan kamu mencium aku. Tetapi aku tidak mau hubungan kita lebih jauh dari ini sebelum kita menikah,” kataku saat dia mendekatkan diri untuk menciumku lagi.

“Aku janji, aku tidak akan melewati batas. Aku menghormati hubungan kita seperti halnya aku menghormati kamu.” Dia tersenyum ketika tangannya membelai pipiku. Baiklah. Janji itu sudah cukup untuk saat ini.

Pintu diketuk dan dibuka ketika kami belum sempat

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Api Dendam Brianna   Bab 38 - Plagiator

    “Wow, Bintang! Aku tidak percaya kamu punya ide secemerlang ini,” puji Sharon. Dia membolak-balik halaman fotokopi yang dibagi-bagikan Bintang tadi. “Direktur baru saja membahas ini pada rapat evaluasi pada hari Jumat lalu. Perumahan ini memang sedang menjadi perhatian. “Ide kamu ini boleh juga untuk dicoba. Dengan mengundang anak-anak, maka orang tua mereka juga pasti ikut. Bila mereka melihat sendiri semua fasilitas yang kita miliki dan tipe rumah yang kita jual, mereka bisa jadi akan tertarik untuk membelinya,” ucap Sharon senang. Teman-teman melihat ke arah Bintang dengan kagum. Mereka ikut memujinya dengan memberi senyuman bangga mereka kepadanya. Bintang yang tidak tahu malu itu malah tersenyum bahagia menerima pujian yang bukan miliknya. Dasar pencuri! Aku selalu berhati-hati saat meninggalkan komputer. Kapan aku membiarkannya dalam keadaan terbuka tanpa dikunci? Karena hanya itu satu-satunya cara dia mencuri ide ini. Seingatku, aku selalu mengunci lay

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22
  • Api Dendam Brianna   Bab 39 - Serangan Mendadak

    Aku membuka mata saat tangan pada mulutku menjauh. Aku tidak peduli dengan kesopanan dan menjaga kebersihan, aku meludah membuang aroma tidak enak dari telapak tangan itu. Dua pasang mata menatapku dengan tajam. Aku hampir tertawa melihat kedua wajah itu. “Berani sekali kamu mempermalukan aku hari ini di ruang rapat,” ucap Bintang menggeram kesal. “Seharusnya kamu tutup mulut dan tidak mengatakan apa pun mengenai presentasi itu. Apa kamu harus bersikap serendah itu melihat seniormu mendapat pujian? Dasar karyawan baru tidak tahu terima kasih.” Aku tertawa kecil mendengarnya. Dia mengayunkan tangan berniat menamparku dengan punggung tangannya, tetapi aku bergerak lebih cepat. Aku tidak melakukan misi ini tanpa membekali diri dengan beberapa teknik dasar pertahanan diri. Matanya membulat, lalu mulutnya mengaduh kesakitan saat aku memelintir tangannya itu. “Yang satu pencuri, yang satu lagi pembohong. Kalian adalah pasangan yang cocok.” Aku mendorong tangan Bint

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22
  • Api Dendam Brianna   Bab 40 - Diskusi Alot

    “Kamu akan mengetahuinya nanti,” jawabnya misterius. Aku menatapnya dengan saksama. “Jangan khawatir begitu, aku tidak akan membawamu ke tempat yang tidak menyenangkan.” Aku tahu itu. Hanya saja, perasaanku tidak enak setelah beberapa kali mengalami kejadian yang mengejutkan. Dan aku yakin tempat yang akan kami datangi ini bukan tempat yang dia sukai juga. Karena ekspresi wajahnya berubah waswas. Saat kami tiba di depan sebuah rumah, aku melihat baik-baik bangunan berlantai dua itu. Sedikit lebih besar dari rumah orang tua Damian. Pagarnya juga lebih besar dan tinggi. Seorang wanita membuka pagar sebelum Damian sempat membunyikan bel. Wanita separuh baya itu mempersilakan kami masuk, lalu menutup pagar itu kembali. Kami menunggu dia berjalan di depan kami untuk membawa kami masuk ke rumah. Ruang depan itu sangat mewah dengan berbagai perabotan yang aku yakin harganya mahal. Seorang pria segera menyambut kedatangan kami. “Hai, Damian. Senang sekali bis

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Api Dendam Brianna   Bab 41 - Nyaris Goyah

    ~Damian~ Aku lahir sebagai orang Batak, jadi aku tahu benar mengenai Dalihan Natolu. Mereka tidak perlu menjelaskan hal itu lagi kepadaku. Aku hanya ingin tahu apa kami punya kemungkinan untuk menikah tanpa ditentang oleh banyak orang. Setidaknya, aku berharap akan ada orang yang mau mengerti aku dan memberi jalan keluar yang aku harapkan. Aku tahu bahwa keputusanku ini salah di mata kebanyakan orang dalam suku kami. Tetapi benarkah aku dan Nia sama sekali tidak boleh bersatu dalam ikatan pernikahan? Masih ada satu jalan lagi. Semoga saja ada kabar baik dari pendeta di gereja kami. Walaupun aku sudah mulai merasa putus asa. Apa mungkin gereja suku di mana selama ini aku beribadah akan mengizinkan aku dan Nia diberkati di sana? Pendeta itu orang Batak juga, apa iya dia akan memberi jawaban yang berbeda dari yang lain? Tunanganku benar ketika dia menolak aku. Hal ini bukan hal yang sulit baginya karena dia telah kehilangan orang tua, dan keraba

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Api Dendam Brianna   Bab 42 - Nasibmu di Tanganku

    “Ian,” kata Bapak memulai pembicaraan. “Aku membesarkan kamu dan kedua saudaramu dengan baik dan mengajar kalian semua hal yang perlu kalian ketahui mengenai adat kita. Semuanya tanpa ada yang aku atau mamamu sembunyikan. “Apa lagi yang perlu kamu ketahui sehingga kamu mendatangi ketua punguankita? Kamu bahkan sampai datang menemui ketua punguanrumpun marga kita. Apa kamu ingin membuat aku dan mamamu malu? Apa belum cukup kamu membawa dia ke acara bahagia kami dan merusaknya dengan memamerkan dia di depan kami? “Kamu boleh bermain-main dengan dia. Mau tidur dengannya pun silakan. Tetapi hubungan kalian hanya sampai di situ. Tidak akan ada pernikahan. Jadi, kalau dia sampai hamil karena ulahmu, kami tidak akan menikahkan kalian,” ucap Bapak dengan tegas. “Mengapa Bapak berkata seperti itu? Aku menghormati Nia, Pak. Aku tidak akan menyentuh dia melewati batas. Hanya karena kami satu marga dan aku dianggap sedang menentang keluarga,

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Api Dendam Brianna   Bab 43 - Rekan Kerja

    ~Nia~ Aku tersenyum menemukan buket bunga lili putih di atas mejaku pada pagi hari. Ukuran bunga itu cukup besar, jadi delapan belas tangkai bukanlah jumlah yang sedikit. Aku terpaksa mencari vas bunga lain untuk meletakkan bunga tersebut agar bisa bertahan lebih lama. Bu Sharon meminta aku untuk membuat contoh tema lomba yang aku pikirkan cocok untuk ideku yang sudah diterima oleh direktur utama. Tugas yang sangat mudah. Aku mulai mencari gambar yang cocok untuk membuat presentasiku itu semakin menarik. Setiap kali Bintang atau Dilan lewat di depan dan belakangku, aku bisa merasakan tatapan tajam mereka yang ditujukan kepadaku. Dilan pasti butuh waktu yang lama untuk pulih dari rasa sakit pada alat vitalnya. Bintang tidak akan ada masalah dengan memar yang aku beri kepadanya. Dia bisa menutupinya dengan riasan tebal di wajahnya. Perhatianku teralihkan ketika seorang petugas keamanan memasuki ruangan kami dan berjalan langsung menuju ruang kerja Sharo

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • Api Dendam Brianna   Bab 44 - Izin Orang Tua

    Damian mampir ke sebuah restoran untuk memesan beberapa porsi makanan, lalu kami membawa semua itu ke mobil. Aku segera mengenali jalan yang dia tempuh ketika kami hampir tiba di tujuan. Ini tidak mungkin. Untuk apa dia datang ke tempat ini? Setelah memarkirkan mobilnya, dia membawa satu kantong dan aku membawa kantong yang lain. Dia menggandeng tanganku dan menuntunku menuju sebuah bangunan yang ada di balik gereja. Pintu rumah itu terbuka, jadi dia bisa memanggil penghuninya dari ambang pintu. Seorang wanita separuh baya datang tergopoh-gopoh menyambut kami dengan ramah. Dia mempersilakan kami duduk. Damian memberi sedikit dorongan di punggung bagian bawahku agar aku mengikuti wanita itu ke bagian dalam rumah. Aku menurutinya. Kami membuka setiap bungkusan makanan itu dan meletakkannya di atas piring saji. Wanita itu sangat ramah dengan menanyakan nama dan beberapa hal mengenai aku. Agak risi rasanya baru pertama bertemu sudah ditanya mengenai pernikahan, j

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • Api Dendam Brianna   Bab 45 - Berita Viral

    “Ke sini, Nia. Lihat ini!” ucap seorang rekan kerja yang posisi mejanya ada di depanku. Aku menurut dan berdiri di sisinya. Dia menunjukkan ponselnya. Aku menerima dan membaca apa yang ada di layar tersebut. Berita mengenai Damian yang akan menikah dengan perempuan satu marganya. Orang-orang mengomentari berita tersebut dengan kasar, beberapa bahkan mengutuknya sebagai orang yang tidak pantas lahir sebagai orang Batak. Ada yang melabeli dia bodoh, tidak tahu adat, berpendidikan tetapi tidak punya otak, dan sebagainya yang membuat aku terkejut. Mereka berani mengetik semua kalimat itu hanya karena sebuah berita? Mereka belum tahu apakah berita itu benar atau hanya gosip belaka, juga belum ada konfirmasi apa pun mengenai kebenaran isu tersebut dan dia sudah dicaci-maki? Mereka bahkan tidak mendengar atau menerima kabar itu langsung dari Damian. Dia masih berencana untuk menikah denganku, dia belum melakukan pelanggaran apa pun. Jika mereka memberi komentar itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24

Bab terbaru

  • Api Dendam Brianna   Bab 92 - Sayangku untuk Selamanya

    ~Damian~ Meskipun tidak ada banyak hal yang bisa aku lakukan di tempat ini, aku menggunakan fasilitas yang ada dengan baik. Aku membaca hampir semua buku yang ada di perpustakaan, berolahraga setiap pagi dan sore bersama teman-teman, menjauhi masalah, dan berkenalan dengan orang-orang baru. Sebagian besar dari mereka adalah orang baik yang terpaksa berbuat jahat karena keadaan. Aku menyukai diriku yang baru. Aku mengetahui lebih banyak hal baru, bukan hanya yang telah aku pelajari selama ini di dunia jurnalistik. Ilmu yang aku dapat tidak hanya dari membaca, tetapi juga dari bicara dengan orang-orang yang ada di penjara. Keluarga dan sahabatku tidak pernah datang berkunjung atas permintaanku. Walaupun ini adalah keinginanku sendiri, aku tidak mau mereka melihat aku dalam keadaan paling terpuruk. Aku lebih memilih menahan rasa rindu yang berat kepada istriku daripada melihatnya berduka setiap kali melihat aku berada di tempat yang tidak bisa dijangkaunya.

  • Api Dendam Brianna   Bab 91 - Pulang

    ~Brie~ “Sayang, ayo, cepat!” seruku dari ambang pintu apartemen. Aku menepati semua kesepakatan yang kami bicarakan pada hari terakhir kami bersama. Aku tidak datang menjenguknya atau mengirim apa pun untuknya. Aku fokus menjalani hidup dan pekerjaanku. Setelah sahabatku menikah, aku yang bertanggung jawab penuh atas hotel. Sebagai seorang wanita yang jauh dari suami, tentu saja aku mengalami banyak godaan. Apalagi aku bekerja di hotel. Meskipun aku jarang bertemu dengan orang-orang karena aku mengangkat Gerald menjadi asistenku untuk urusan rapat dan bertemu dengan klien di luar hotel. Tetapi aku sering bertemu tamu hotel yang tertari kepadaku saat makan bersama Papa dan Saoirse di restoran. Waktu berjalan begitu cepat karena kesibukanku di hotel. Ditambah lagi putri kami yang sangat aktif menyita waktu luangku yang sepenuhnya aku curahkan untuknya. Hanya pada saat aku tidur seorang diri di kamar, aku merasakan kesepian yang tidak bisa ditutupi denga

  • Api Dendam Brianna   Bab 90 - Penebusan Dosa

    ~Damian~ Aku tidak pernah menyangka bahwa aku bisa jatuh cinta semakin dalam kepada istriku. Aku pikir rasa cintaku kepadanya sangat dalam dan tidak akan bisa lebih dalam lagi. Tetapi aku merasakan sendiri pada hari ini bahwa hal itu bisa terjadi. Dia duduk di sana, di kursi saksi dengan wajah yang berani, mata menatap tajam ke seluruh penjuru, saat menjawab satu per satu pertanyaan yang diajukan oleh jaksa penuntut, kuasa hukum yang membela kami para pelaku, bahkan hakim. Meskipun sesekali dia bersuara berat mengulang kembali kejadian menyakitkan itu, dia tidak gugup apalagi bicara dengan gagap. Mendengar semua kalimat itu, aku teringat pada peristiwa pada hari reuni tersebut. Malam di mana untuk pertama kalinya, aku tahu siapa dia yang sebenarnya. Sikap teman-temanku masih sama, merasa layak untuk menudingkan jari mereka menyalahkan dia. Hari ini aku tidak melihat tatapan arogan itu. Foto-foto bukti kekerasan yang kami lakukan sudah cukup untuk memb

  • Api Dendam Brianna   Bab 89 - Keputusan yang Berat

    Aku menatap putriku yang tertidur pulas setelah aku membacakan sebuah cerita untuknya. Dia anak yang baik, tidak pernah sekalipun aku mendengar dia mengeluh. Kami baru saja beberapa minggu bersama, bagaimana aku tega merebut kebahagiaan ini darinya? Dia telah kehilangan kasih sayang orang tuanya sejak dia lahir ke dunia. Setelah dia begitu bahagia bisa tinggal bersama kami, aku tidak sanggup memisahkan dia dari ayahnya sendiri. Aku tidak mau putriku menderita seperti aku. Papa dan Damian tidak bisa melakukan ini kepadaku, kepada putriku. Apa yang kami miliki sekarang telah kami perjuangkan dengan mahal. Aku menikah dengan laki-laki satu margaku dan menentang adat, kami menanggalkan nama keluarga kami, dan kami tinggal jauh dari komunitas yang menjadi identitas kami sejak lahir. Setelah melalui semua tantangan, aku tidak mau berpisah dari suamiku. Namun apa yang kami jalani saat ini juga tidak sehat. Dia tidak jauh dariku, dia ada di sini di dekatku. Tetapi ka

  • Api Dendam Brianna   Bab 88 - Tidak Sehati

    Kami baru menikah selama satu minggu, membicarakan banyak hal mengenai masa depan keluarga kecil kami, mendiskusikan yang terbaik untuk putri kami, dan dia meminta aku untuk melakukan hal yang akan merenggut dia dariku? Apa yang sedang dia pikirkan? “Apa kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu katakan?” tanyaku yang menatapnya dengan saksama. Inikah hal yang beberapa hari ini meresahkannya? “Iya. Aku juga sudah membicarakan ini dengan psikolog. Dia mendukung keputusanku, tetapi keputusan terakhir tetap ada di tanganmu. Kamulah yang menentukan segalanya.” Dia menatapku penuh harap. Aku menarik kedua tanganku dari genggamannya. “Aku tidak mau melakukan itu. Aku tidak akan menuntut suamiku sendiri. Apalagi kasus ini sudah sangat lama dan kamu sudah mendapatkan balasannya. Kamu tidak punya hutang apa pun lagi padaku,” kataku menolak. “Itu bukan hukuman, Brie. Aku tidak bisa selamanya lari dari jerat hukum. Hal ini yang menghalangi aku untuk bahagia. Kam

  • Api Dendam Brianna   Bab 87 - Apa Adanya

    Aku tidak membiarkan kekurangannya itu merusak suasana bulan madu kami. Ada banyak hal yang bisa kami lakukan bersama yang membuat pengalaman bercinta tetap menyenangkan. Beberapa kali dia berhasil membuatku mencapai puncak kenikmatan, dan wajahnya sangat bahagia. Bukan ini yang aku pikirkan sebagai solusi, tetapi dia tidak kelihatan keberatan hanya aku yang bisa menikmati setiap kali kami bercinta. Melihat wajah bahagianya, maka aku tidak mau membuatnya merasa sedih dengan merasa bersalah. “Aku mencintaimu, Ian. Apa adanya,” ucapku saat sekali lagi dia membuatku bahagia. “Aku tahu. Dan aku mencintaimu, istriku.” Dia mengecup keningku, lalu memeluk tubuhku saat kami berbaring bersama. Sesaat setelahnya, kami tertidur pulas. Bosan hanya berdua saja di dalam kamar dan melihat pemandangan itu-itu saja, maka pada Minggu malam itu, kami memutuskan untuk makan malam di restoran. Keluarga kami sedang makan juga, jadi kami segera bergabung bersama mereka.

  • Api Dendam Brianna   Bab 86 - Menjadi Satu

    ~Brie~ Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagiku. Pendeta yang baik hati itu mengumumkan bahwa aku dan keluargaku diterima sebagai anggota jemaat yang baru. Aku senang sekali karena pertemuan Papa dengan pendeta itu membuahkan hasil. Usai ibadah, aku dan Damian menemui pendeta tersebut di ruang rapat. Dia memberi kami daftar dokumen yang perlu kami siapkan sebagai syarat menikah. Begitu semua syarat dipenuhi, maka kami boleh menentukan tanggal. Sembari menunggu berkas dari orang tua Damian dikirim, dia memberi pilihan tanggal untuk melakukan konseling pranikah yang segera kami iyakan. Entah bagaimana Mama bisa membujuk papa Damian menandatangani surat persetujuan dari orang tua, kami menangis bahagia saat melihat tanda tangan dan namanya tersebut. Karena kami sudah mengikuti konseling dan tetap bertekad melangsungkan pernikahan, maka begitu berkas kami dinyatakan lengkap, pendeta setuju untuk menikahkan kami pada minggu berikutnya. Kami se

  • Api Dendam Brianna   Bab 85 - Kejutan

    ~Damian~ Saoirse berenang begitu bahagia dari satu tepi ke tepi lain kolam renang. Aku tidak menduga bahwa dia bisa berenang. Keahlian apa lagi yang dimiliki anak perempuan ini? Dia masih begitu muda, tetapi dia tidak berhenti membuat aku kagum pada bakatnya. Yang tidak terduga adalah bagaimana dia bisa menyayangi aku begitu cepat. Kami bertahun-tahun tidak pernah bertemu sepertinya bukan fakta yang menakutkan baginya. Iya bagiku. Mendadak menjadi seorang ayah bukanlah hal yang menyenangkan karena aku tidak siap dengan ini. Aku harus mengubah begitu banyak kebiasaan buruk agar dia tidak menirunya, dan aku harus belajar dengan cepat untuk memahami dia sekaligus ibunya. Mengerti hati seorang wanita saja menjadi tantangan besar bagiku, apalagi dua. Aku kagum melihat Papa bisa menangani kedua wanita rumit ini dengan baik. Wajar saja, mereka adalah anak dan cucunya. Aku menarik napas panjang saat putriku berjalan mendekati aku. “Sayang, jangan berjalan sec

  • Api Dendam Brianna   Bab 84 - Terlalu Baik

    Makanan sudah hampir siap, Damian keluar dari kamarnya dengan wajah masih mengantuk. Wajar saja. Dia tidak berhenti menciumku sampai lewat tengah malam. Dia menyapaku, lalu memberi kecupan di bibirku sebelum ke kamarku untuk membangunkan putri kami. “Jangan marah lagi kepadanya. Dia masih terlalu muda saat semua itu terjadi. Dan dia tidak bisa sendirian melawan kedua orang tuanya juga orang tua teman-temannya yang ingin melindungi reputasi mereka. Kamu tahu sendiri bahwa mereka melakukan segalanya untuk menyembunyikan perbuatan jahat anak-anak mereka.” Kalimat Papa tadi kembali terngiang di telingaku. Aku tidak marah lagi kepadanya, aku bahkan tidak kecewa saat tahu dia adalah ayah kandung Saoirse. Tetapi mengetahui semua ini membuat aku semakin mengerti beban yang telah dia tanggung sendirian selama ini. Dia dan aku berada pada posisi yang sama. Aku dijebak oleh dua sahabatku, sedangkan dia oleh teman-temannya. Kejahatan mereka semakin biadab karena membiark

DMCA.com Protection Status