Aku mencambuk mereka dengan kuat untuk melampiaskan dendamku. Sampai aku lelah, aku baru berhenti dan berdiri di tempat dengan terengah-engah.Tristan menyentuh tanganku dan mengambil cambuk itu dari tanganku. “Kalau kamu sudah puas, pergilah. Jangan biarkan sampah-sampah ini membuatmu kesal lagi.”Setelah keluar dari vila, aku menatap Tristan dan bertanya, “Kamu mau hukum mereka pakai cara apa?”Tristan tersenyum tipis dan tetap tidak bersedia mengalihkan pandangannya dariku. “Kamu mau aku hukum mereka pakai cara apa?”Aku menjawab, “Hukuman mereka selama beberapa hari ini sudah cukup. Serahkan saja mereka pada polisi. Kamu seharusnya bisa buat mereka dipenjara seumur hidup.”Jika orang-orang itu lanjut disiksa sampai mati, Tristan pasti akan dihukum. Meskipun aku tidak meragukan kemampuan Tristan, aku tetap tidak berharap dia terlibat masalah yang tidak diperlukan.Tristan merapikan rambutku yang tertiup angin, lalu berkata dengan nada yang sangat lembut, “Yuna, kita jangan cerai ya?
Pada sore hari, aku berbaring santai di sofa kulit. Tiba-tiba, aku merasakan gerakan di perut bagian bawah. Itu adalah gerakan janin. Perasaan yang aneh pun menyelimuti hatiku.Aku dan Tristan sudah menikah selama 10 tahun. Sebelumnya, dia telah melakukan vasektomi demiku. Sekarang, demi mengikatku dengan anak, dia pun melakukan vasektomi reversal dan menghamiliku. Pada saat ini, aku tiba-tiba merasa ingin menyerah padanya.Aku menatap perutku dengan lembut. Aku hanya ingin menjadi seorang ibu yang baik dan melihat anakku tumbuh besar dengan sehat.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar seruan dari luar vila.“Sial banget! Keluarga Lukita juga termasuk keluarga terpandang di ibu kota. Kenapa bisa muncul skandal seperti ini! Setelah menikah, adikku sudah kehilangan akal sehat dan terlalu memanjakan wanita jalang itu! Tapi, aku masih punya akal sehat! Hari ini, aku harus usir dan kasih pelajaran pada wanita jalang itu!”Suara itu terdengar lumayan familier. Setelah sesaat, aku baru ter
Rasa posesif yang dimiliki Tristan sudah mencapai tingkat psikopat. Dia bahkan menyuruhku memakai gelang pelacak yang hanya bisa dibuka olehnya. Di bawah pengawasannya, tidak ada seorang pun lawan jenis yang ada di sisiku.Sekarang, Tamara malah menuduhku berselingkuh dengan pria lain? Apa aku memiliki kemampuan seperti itu? Awalnya, aku mengira Tamara akan takut setelah aku mengingatkannya mengenai alasan dia diusir dari rumah. Tak disangka, dia malah menamparku lagi.“Mau berdalih lagi? Dengan kemampuan aktingmu ini, kamu sudah bisa jadi bintang film! Hari ini, aku pukul kamu karena sudah punya bukti kamu selingkuh!”Seusai berbicara, Tamara mengeluarkan sebuah folder yang berisi setumpuk foto, lalu melemparkannya ke arahku. Itu adalah foto pria dan wanita yang berpakaian terbuka sambil berpelukan, berciuman, dan melakukan hal-hal lain yang memalukan. Hal yang paling mencengangkan adalah, wajah wanita di foto itu sama persis dengan tampangku.Teman-teman Tamara menatapku dengan penuh
Tamara memaki, “Dasar wanita jalang! Mau berlagak lemah? Aku cuma menendangmu dengan ringan, tapi kamu langsung teriak? Kamu mau kasih siapa dengar teriakanmu?”Aku menatapnya dengan dingin dan berkata, “Tamara, kamu pasti akan menyesali perbuatanmu hari ini!”“Masih berani lawan? Hari ini, aku akan ajari kamu gimana seharusnya seorang menantu Keluarga Lukita bersikap!”Dari hari pertama aku menikah dengan Tristan, Tamara sudah tidak sabar untuk mengajariku cara bersikap. Dia berkata kakak itu bagaikan ibu. Kelak, aku harus melayaninya bagaikan melayani seorang senior. Dia juga memberiku catatan berisi apa yang harus aku lakukan. Contohnya, aku harus mencuci kaki dan pakaian dalamnya setiap hari.Namun, Tamara lupa bahwa suamiku itu orang yang super posesif. Aku menikahinya juga bukan karena keinginanku sendiri. Sebelum catatan itu sampai ke tanganku, Tristan sudah merobeknya dan langsung memakinya.Tamara tidak berani melawan Tristan. Dia selalu ingin melampiaskan amarahnya padaku, te
Demi anak dalam kandunganku, aku mau tak mau harus menunduk pada Tamara dan memohon, “Kak, ini benar-benar anak Tristan. Aku mohon ampunilah dia ....”Ini adalah pertama kalinya aku memanggil Tamara dengan sebutan kakak sejak menikah. Namun, aku melakukan hal ini malah demi memohonnya untuk mengampuni keponakannya sendiri.Tamara menjawab dengan ekspresi tidak sudi, “Jangan panggil aku kakak! Tristan begitu baik padamu, tapi kamu malah berselingkuh dan mengandung anak pria lain!”Aku menggeleng. “Aku nggak selingkuh. Foto-foto itu hasil editan!”Tamara langsung meludahiku. “Jangan bohongi aku! Felicia yang kirimkan foto-foto itu padaku! Mana mungkin itu palsu!”Felicia adalah sahabat Tamara, juga teman masa kecil Tristan. Sebelum Tristan bertemu denganku, dia adalah satu-satunya wanita yang setidaknya diperlakukan dengan cukup baik oleh Tristan. Namun, setelah dia menyiramku dengan anggur merah, Tristan pun sepenuhnya mengabaikannya.“Felicia sengaja mengedit foto-foto itu pasti untuk
Sebelum aku sempat menjawab, Tamara berlari masuk ke vila, lalu menyodorkan foto-foto hasil editan itu kepada Tristan dan berkata, “Tristan, dia sudah berselingkuh dan mengandung anak pria lain! Hari ini, aku datang untuk bantu kamu mengusirnya!”Tristan memelukku dengan erat, lalu menoleh ke arah Tamara dan bertanya dengan nada tenang, “Ini perbuatanmu?”Melihat Tristan yang tidak marah, Tamara mengira Tristan percaya pada ucapannya. Dia buru-buru menyanjung, “Sudah seharusnya aku melakukan hal ini. Kamu sudah kerja keras di luar, tapi wanita nggak tahu diri ini malah berani mengkhianatimu. Aku tentu saja harus gantikan kamu kasih dia pelajaran. Biarkanlah kakak iparmu kembali kerja di perusahaan. Kita ini keluarga. Buat apa kita ribut demi wanita jalang ini!”Hanya aku seorang yang tahu seberapa besar amarah yang terkandung dalam nada Tristan yang tenang itu.Tamara masih tidak menyadari keanehan Tristan dan masih berpikiran untuk memuji sahabatnya. “Felicia yang kasih aku foto-foto
Tepat pada saat aku memutuskan untuk menyerah pada Tristan demi anak kami, aku malah keguguran. Ini adalah pertanda dari takdir yang melarangku untuk menyerah. Tristan memelukku dengan erat dan berkata, “Yuna, kamu itu istriku. Aku sudah bilang aku nggak akan lepaskan kamu sampai akhir hidupku.”Aku menjawab dengan acuh tak acuh, “Tapi, kamu juga pernah bilang nggak akan biarkan aku terluka. Alhasil, luka paling mendalam yang kualami malah timbul gara-gara kamu.”Sekujur tubuh Tristan sontak menegang. “Ini cuma kecelakaan. Aku jamin hal seperti ini nggak akan terjadi lagi.”“Nggak ada jaminan yang pasti di dunia ini.” Aku menatapnya dan melanjutkan, “Tristan, aku sudah selamatkan nyawamu dari kecelakaan itu. Tapi, kamu malah usir tunanganku dengan seenaknya, lalu andalkan kekuasaanmu untuk paksa aku menikahimu.”“Habis nikah, kamu juga jadi begitu posesif dan melarang pria mana pun untuk bicara denganku. Kamu bahkan pakaikan gelang pelacak yang nggak bisa kulepaskan. Gara-gara kamu, a
Aku mencambuk mereka dengan kuat untuk melampiaskan dendamku. Sampai aku lelah, aku baru berhenti dan berdiri di tempat dengan terengah-engah.Tristan menyentuh tanganku dan mengambil cambuk itu dari tanganku. “Kalau kamu sudah puas, pergilah. Jangan biarkan sampah-sampah ini membuatmu kesal lagi.”Setelah keluar dari vila, aku menatap Tristan dan bertanya, “Kamu mau hukum mereka pakai cara apa?”Tristan tersenyum tipis dan tetap tidak bersedia mengalihkan pandangannya dariku. “Kamu mau aku hukum mereka pakai cara apa?”Aku menjawab, “Hukuman mereka selama beberapa hari ini sudah cukup. Serahkan saja mereka pada polisi. Kamu seharusnya bisa buat mereka dipenjara seumur hidup.”Jika orang-orang itu lanjut disiksa sampai mati, Tristan pasti akan dihukum. Meskipun aku tidak meragukan kemampuan Tristan, aku tetap tidak berharap dia terlibat masalah yang tidak diperlukan.Tristan merapikan rambutku yang tertiup angin, lalu berkata dengan nada yang sangat lembut, “Yuna, kita jangan cerai ya?
Setelah mendengar ucapannya, aku baru mengenalinya. Dia adalah Felicia, teman masa kecil Tristan. Dia juga yang mengirim foto editan itu kepada Tamara untuk memfitnahku. Sesuai dugaan, Tristan tidak mengampuni siapa pun yang melukaiku.Tristan sama sekali tidak melirik mereka. Dia menatapku dengan lembut dan bertanya, “Yuna, kamu mau turun tangan sendiri untuk balaskan dendam anak kita?”Aku menatapnya dengan bingung. Kemudian, dia menyuruh pengawal untuk menyodorkan sebuah cambuk panjang khusus kepadaku.“Sekarang, nyawa mereka ada di tanganmu.”Aku menarik napas dalam-dalam, lalu mengambil cambuk itu dan berjalan ke hadapan Tamara.Tamara terlihat ketakutan dan buru-buru menyanjungku, “Yuna, aku tahu kamu itu orang yang baik hati. Kamu itu orang yang paling baik.”Aku langsung mencambuknya dengan kuat. “Tapi, kebaikanku nggak pernah tertuju pada orang yang nggak pantas menerimanya.”Tamara langsung menjerit kesakitan. Dia buru-buru bersujud di depanku dan memohon ampun, “Aku juga dib
Tepat pada saat aku memutuskan untuk menyerah pada Tristan demi anak kami, aku malah keguguran. Ini adalah pertanda dari takdir yang melarangku untuk menyerah. Tristan memelukku dengan erat dan berkata, “Yuna, kamu itu istriku. Aku sudah bilang aku nggak akan lepaskan kamu sampai akhir hidupku.”Aku menjawab dengan acuh tak acuh, “Tapi, kamu juga pernah bilang nggak akan biarkan aku terluka. Alhasil, luka paling mendalam yang kualami malah timbul gara-gara kamu.”Sekujur tubuh Tristan sontak menegang. “Ini cuma kecelakaan. Aku jamin hal seperti ini nggak akan terjadi lagi.”“Nggak ada jaminan yang pasti di dunia ini.” Aku menatapnya dan melanjutkan, “Tristan, aku sudah selamatkan nyawamu dari kecelakaan itu. Tapi, kamu malah usir tunanganku dengan seenaknya, lalu andalkan kekuasaanmu untuk paksa aku menikahimu.”“Habis nikah, kamu juga jadi begitu posesif dan melarang pria mana pun untuk bicara denganku. Kamu bahkan pakaikan gelang pelacak yang nggak bisa kulepaskan. Gara-gara kamu, a
Sebelum aku sempat menjawab, Tamara berlari masuk ke vila, lalu menyodorkan foto-foto hasil editan itu kepada Tristan dan berkata, “Tristan, dia sudah berselingkuh dan mengandung anak pria lain! Hari ini, aku datang untuk bantu kamu mengusirnya!”Tristan memelukku dengan erat, lalu menoleh ke arah Tamara dan bertanya dengan nada tenang, “Ini perbuatanmu?”Melihat Tristan yang tidak marah, Tamara mengira Tristan percaya pada ucapannya. Dia buru-buru menyanjung, “Sudah seharusnya aku melakukan hal ini. Kamu sudah kerja keras di luar, tapi wanita nggak tahu diri ini malah berani mengkhianatimu. Aku tentu saja harus gantikan kamu kasih dia pelajaran. Biarkanlah kakak iparmu kembali kerja di perusahaan. Kita ini keluarga. Buat apa kita ribut demi wanita jalang ini!”Hanya aku seorang yang tahu seberapa besar amarah yang terkandung dalam nada Tristan yang tenang itu.Tamara masih tidak menyadari keanehan Tristan dan masih berpikiran untuk memuji sahabatnya. “Felicia yang kasih aku foto-foto
Demi anak dalam kandunganku, aku mau tak mau harus menunduk pada Tamara dan memohon, “Kak, ini benar-benar anak Tristan. Aku mohon ampunilah dia ....”Ini adalah pertama kalinya aku memanggil Tamara dengan sebutan kakak sejak menikah. Namun, aku melakukan hal ini malah demi memohonnya untuk mengampuni keponakannya sendiri.Tamara menjawab dengan ekspresi tidak sudi, “Jangan panggil aku kakak! Tristan begitu baik padamu, tapi kamu malah berselingkuh dan mengandung anak pria lain!”Aku menggeleng. “Aku nggak selingkuh. Foto-foto itu hasil editan!”Tamara langsung meludahiku. “Jangan bohongi aku! Felicia yang kirimkan foto-foto itu padaku! Mana mungkin itu palsu!”Felicia adalah sahabat Tamara, juga teman masa kecil Tristan. Sebelum Tristan bertemu denganku, dia adalah satu-satunya wanita yang setidaknya diperlakukan dengan cukup baik oleh Tristan. Namun, setelah dia menyiramku dengan anggur merah, Tristan pun sepenuhnya mengabaikannya.“Felicia sengaja mengedit foto-foto itu pasti untuk
Tamara memaki, “Dasar wanita jalang! Mau berlagak lemah? Aku cuma menendangmu dengan ringan, tapi kamu langsung teriak? Kamu mau kasih siapa dengar teriakanmu?”Aku menatapnya dengan dingin dan berkata, “Tamara, kamu pasti akan menyesali perbuatanmu hari ini!”“Masih berani lawan? Hari ini, aku akan ajari kamu gimana seharusnya seorang menantu Keluarga Lukita bersikap!”Dari hari pertama aku menikah dengan Tristan, Tamara sudah tidak sabar untuk mengajariku cara bersikap. Dia berkata kakak itu bagaikan ibu. Kelak, aku harus melayaninya bagaikan melayani seorang senior. Dia juga memberiku catatan berisi apa yang harus aku lakukan. Contohnya, aku harus mencuci kaki dan pakaian dalamnya setiap hari.Namun, Tamara lupa bahwa suamiku itu orang yang super posesif. Aku menikahinya juga bukan karena keinginanku sendiri. Sebelum catatan itu sampai ke tanganku, Tristan sudah merobeknya dan langsung memakinya.Tamara tidak berani melawan Tristan. Dia selalu ingin melampiaskan amarahnya padaku, te
Rasa posesif yang dimiliki Tristan sudah mencapai tingkat psikopat. Dia bahkan menyuruhku memakai gelang pelacak yang hanya bisa dibuka olehnya. Di bawah pengawasannya, tidak ada seorang pun lawan jenis yang ada di sisiku.Sekarang, Tamara malah menuduhku berselingkuh dengan pria lain? Apa aku memiliki kemampuan seperti itu? Awalnya, aku mengira Tamara akan takut setelah aku mengingatkannya mengenai alasan dia diusir dari rumah. Tak disangka, dia malah menamparku lagi.“Mau berdalih lagi? Dengan kemampuan aktingmu ini, kamu sudah bisa jadi bintang film! Hari ini, aku pukul kamu karena sudah punya bukti kamu selingkuh!”Seusai berbicara, Tamara mengeluarkan sebuah folder yang berisi setumpuk foto, lalu melemparkannya ke arahku. Itu adalah foto pria dan wanita yang berpakaian terbuka sambil berpelukan, berciuman, dan melakukan hal-hal lain yang memalukan. Hal yang paling mencengangkan adalah, wajah wanita di foto itu sama persis dengan tampangku.Teman-teman Tamara menatapku dengan penuh
Pada sore hari, aku berbaring santai di sofa kulit. Tiba-tiba, aku merasakan gerakan di perut bagian bawah. Itu adalah gerakan janin. Perasaan yang aneh pun menyelimuti hatiku.Aku dan Tristan sudah menikah selama 10 tahun. Sebelumnya, dia telah melakukan vasektomi demiku. Sekarang, demi mengikatku dengan anak, dia pun melakukan vasektomi reversal dan menghamiliku. Pada saat ini, aku tiba-tiba merasa ingin menyerah padanya.Aku menatap perutku dengan lembut. Aku hanya ingin menjadi seorang ibu yang baik dan melihat anakku tumbuh besar dengan sehat.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar seruan dari luar vila.“Sial banget! Keluarga Lukita juga termasuk keluarga terpandang di ibu kota. Kenapa bisa muncul skandal seperti ini! Setelah menikah, adikku sudah kehilangan akal sehat dan terlalu memanjakan wanita jalang itu! Tapi, aku masih punya akal sehat! Hari ini, aku harus usir dan kasih pelajaran pada wanita jalang itu!”Suara itu terdengar lumayan familier. Setelah sesaat, aku baru ter