Beranda / Romansa / Antara Dilema & Cinta / 99. Gracia & Nicho Kecil part 2

Share

99. Gracia & Nicho Kecil part 2

Penulis: Faver
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pontianak. 9 tahun yang lalu.

"Hei, Eric mana sih? Lama amat?" Gracia menyeletuk tanda tak sabar.

Ia dan Nicho sudah menunggu di depan sekolah dari satu jam yang lalu.

"Sabar. Tadi dia masih dipanggil guru,"

"Buat ulah apalagi sih dia?"

"Ulah ngehajar orang yang ganggu kamu kemarin,"

"Apa? Richard maksudnya?"

"Iya dan teman-temannya juga sih,"

"Parah. Kenapa sih anak itu? Kemarin kan kalian udah labrak Richard. Habis itu dia nggak berani ganggu aku lagi kok,"

"Ya iya. Tapi sebenarnya beberapa hari yang lalu, Eric ada melihat mereka ngomongin kamu. Bilang kamu itu sebenarnya nggak cantik-cantik amat. Lalu malah kegeeran karena dideketin. Padahal dideketin cuman untuk iseng aja. Malah datangin 2 orang pria cupu buat nantangin dia,"

"Apa? Kapan? Kok kamu baru ngomong sekarang? Eric juga nggak ngomong apa-apa,"

"Anak itu sejak kapan kalau berantem pakai acara ngomong segala. Ini aja aku baru tahu dari kelas sebelah,"

"Aku ke ruang guru deh!" Gracia membalikkan badan.

"Jangan. Nanti kamu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Antara Dilema & Cinta   100. Apa yang Salah?

    Seperti kemarin pagi, Nicho kembali berolahraga. Ia berlari mengitari taman hotel. Dengan menggunakan celana boxer, kaos tak berlengan, dan topi semakin menambah perhatian orang-orang. Otot bisepnya nampak mengkilat saat mentari menempa lengannya yang berkeringat."Hei, bro!" Jefri memanggil dari jauh. Nicho berhenti berlari. Membalas dengan senyuman."Ooh!" Beberapa wanita yang ada di sekitar sana berkomentar kompak. Bagi Nicho ini sudah biasa baginya."Lo menyilaukan mata gue. Ngapain sih pagi-pagi udah tebar pesona aja," Jefri berlari kecil. Ia datang mendekat."Tebar pesona apa? Ini namanya jaga kesehatan. Perut kamu tuh lihatin, lingkarannya udah tambah berapa sentimeter itu?""Malah bahas perut gue. Yang penting sejahtera, bos. Ada pepatah bilang, perut senang hati senang,""Iya, iya. Tapi tumben kamu kesini? Kenapa?""Nggak muluk. Mau nyapa calon istri bos gue aja kok,""Apaan sih?""Gue lihat kali kemarin pas lo ngantarin dia sampai pintu kamarnya,""Apa? Tunggu-tunggu. Kok bi

  • Antara Dilema & Cinta   101. Ada Masalah Apa sih?

    "Aku yakin Om yang terlalu kaku ke mereka. Coba Om diam,"Pak Marwan diam. Ia tak jadi membuka mulutnya."Iya benar. Kalau mereka belum kenal Om mereka akan menganggap Om itu jahat. Saat Om diam saja, raut muka Om terlihat seram,""Segitunya?""Iya,"Drrt.Pesan dari Nicho.(Kamu dimana? Saya sudah selesai. Waktunya jalan?)(Aku ada di taman. Ada kenalan Papa disini. Kamu kesini aja. Dia adalah orang penting loh. Aku yakin kamu akan berterima kasih padaku setelah ini.)(Oh ya, kita lihat nanti. Memangnya aku bisa setakjub apa sih?)(Setakjub-takjubnya sampai kamu akan mentraktirku belanja.)Nicho tersenyum setelah membaca balasan dari Gracia."Ehem..kayaknya ada yang lagi kasmaran nih. Pantesan bunga pada mekar," Jefri menyinggung."Apaan sih? Ini Gracia bilang kalau dia sedang bersama seseorang. Dia mau kenalkan aku ke beliau. Katanya saya akan berterima kasih sekali setelah dikenalkan,""Siapa sih? Gue jadi ikut penasaran. Gue boleh ikut kan? Atau setidaknya gue pantau dari jauh deh

  • Antara Dilema & Cinta   102. Jangan Pernah Sembunyiin Kebenaran

    "Jelaskan kepada aku sekarang, aku nggak mau Jefri yang jelaskan. Nicho yang jelasin ke aku. Titik," Gracia tetap kekeh."Saya ke kantor aja belum, Gracia,""Kamu sih nunda-nunda mulu kemarin," Gracia protes."Bukannya kemarin ada yang nagih jalan-jalan? Kalau nggak, saya sudah tahu masalah ini secara keseluruhan,""Jadi, kamu salahin saya nih?""Yah, kalau dibilang iya, artinya realita, tapi jika saya bilang bukan, artinya ekspektasi,""Ish. Sekarang Jefri deh yang jelasin ke aku. Ada apa sebenarnya? Mengapa Om Marwan kurang suka pada kalian?"Jefri melirik Nicho. Meminta izin apakah boleh dibicarakan saat ini, di meja makan.Nicho mengangguk, bilang aja."Eits, bentar. Kan makanan udah pada habis. Sekarang tenggorokan kering, beli minum aja yuk!," komentar Gracia."Pesan lagi aja," komentar Nicho."Nggak. Jangan disini. Minuman disini biasa aja,"Nicho kali ini malas berkomentar. Lagi-lagi Gracia memberikan kode."Aku tahu tempat minum yang enak. Ada makanan ringan juga disana. Past

  • Antara Dilema & Cinta   103. Rencana Perjodohan Nicho

    "Pak Nicho, maaf. Keuntungan 60% sudah kami cantumkan di proposal pertama, tetapi Pak Marwan tetap saja menolak," Jefri memberikan ulasan atas pernyataan Nicho."Apa kamu yakin, beliau benar-benar menolak? Atau beliau hanya sekedar bertanya?""Kami rasa itu bukanlah hanyalah sebuah pertanyaan,""Pak Jefri dan untuk yang lainnya, bekerja memang berawal dari hati, tetapi pekerjaan tidak hanya mengandalkan perasaan. Ubah jadi 60%,""Baik, pak,""Lanjut!""Kerjasama akan melibatkan kedua belah pihak dalam hal penulisan buku. Dari masing-masing pihak akan memilih satu penulis dan satu editor terbaik. Mereka harus berkolaborasi dalam pembuatan cerita fiksi maupun non fiksi dengan percobaan menerbitkan satu buku,""Saya tidak setuju. Pak Jefri silakan catat. Kerjasama seharusnya adalah menggandeng beberapa penulis dan editor dari kedua belah perusahaan. Lalu berkontribusi untuk menerbitkan buku secara signifikan. Jika, mengalami kenaikan pasar, maka akan ada kontrak selanjutnya. Begitu juga

  • Antara Dilema & Cinta   104. Kata Maaf Mudah Diucapkan, namun Luka Masih Membekas

    Ananta mengajak Stanley untuk mengobrol di kafetaria. Perusahaan Pramita membebaskan para karyawan untuk makan, mandi, bahkan tidur kapan saja. Bebas. Intinya pekerjaan selesai tepat waktu."Aku mau minta maaf karena aku egois. Aku seharusnya tidak memaksamu untuk ikut jika nggak mau. Aku terlalu egois ya?""Nggak apa-apa. Toh aku juga biasa egois kan? Kamu lelah akan sikap aku kan? Bahkan kadang aku bingung akan sikap aku sendiri,""Iya juga ya," Stanley menaikkan pelan-pelan kepalanya. Mulai berani menatap mata Ananta. Senyum manis gigi susu tampil indah dari balik wajahnya."Kenapa senyum-senyum?""Yah, senyum dong. Kan kamu maafin aku,""Siapa bilang?""Tadi barusan kamu bilang nggak apa-apa, iya kan?""Iya. Tapi aku nggak bilang kalau aku maafin kan?""Yah, hmm....""Ley,mengucapkan maaf memang gampang. Tetapi ibarat luka jika diobati, apakah bisa pulih kembali tanpa meninggalkan bekas?""Nggak bisa. Maaf,""Iya. Aku maafkan, tapi aku sudah terima permintaan maaf dari kamu berapa

  • Antara Dilema & Cinta   105. Mabuk di Kedai Koopi

    "Kamu ada masalah? Ini air hangat. Mana tahu bisa meredakan rasa mabuk," Stanley telah mengganti bajunya. Untung saja dia menyimpan baju ekstra di kedai. Ada kalanya ia harus lembur untuk mencoba resep baru."Sudah kubilang aku nggak mabuk,""Iya. Oke. Kalau nggak mabuk. Kenapa? Teler?""Iiih, udah ah. Pergi sana. Aku mau sendiri dan mana kopi Americano? Aku ngggak mau air putih,""Oke. Oke. Setelah kamu habiskan air putih itu, kamu baru boleh minum kopi,""Sok ngatur banget sih. Papa Mama aja nggak peduli apa aku udah makan apa belum,""Aku nggak sok ngatur sih, tetapi lebih tepatnya menghindari kamu agar tidak muntah lagi setelah meminum kopi, bisa rusak nih kedai.""Ooh, ada udang di balik batu rupanya,""Iya dong. Sekalipun aku nggak bermaksud peduli terhadapmu. Kan kita bukan teman,""Iya, ya. Kita bukan teman. Untuk apa saling peduli ya?" Violla menunduk. Ia memundurkan badannya, menggeser tubuhnya. Supaya punggungnya bisa beristirahat."Iyap. Tetapi kenapa aku merasa ada yang sa

  • Antara Dilema & Cinta   106. Seorang Ada Rasa, Seorang yang Lain telah Kandas

    Malam ini udara terasa lebih dingin, namun langitnya cerah. Di atas sana, bintang berkerlap-kerlip dimana-mana."Kamu minum ini aja," Stanley menyodorkan sebotol air mineral sekali pakai. "Hidup itu memang keras. Menurutku kamu sudah hebat, bisa membuktikan kepada Papa dan Mama kamu kalau kamu itu sudah berhasil. Bukan seperti aku,""Hei, kenapa malah kamu yang curhat?""Nggak lah. Aku cuman mau kasih tahu. Kalau kamu itu kuat. Menurutku, kamu nggak salah terlalu mencintai seseorang, tetapi mungkin kamu harus mengubah sikap?""Sikap?""Gini, seorang manusia tidak akan pernah mungkin bisa disukai oleh semua orang. Sekalipun pemimpin negara, pasti ada juga yang tidak disukai. Jadi, satu-satunya cara jika kamu memang ingin menarik perhatian si dia, kamu harus tahu apa yang dia suka,""Iih, apaan sih. Omonganmu berat, jangan sok bijak deh, anak kecil!""Iya. Aku simpelkan aja. Ini aku dengar dari pacarku. Ilustrasinya seperti ini kamu penyuka kopi, kalau

  • Antara Dilema & Cinta   107. Apa Jujur itu Lebih Baik?

    Kedai Koopi telah tutup lima menit yang lalu. Karyawan mulai membereskan kedai. Ada yang di dapur, ada yang di luar.Sejak kepergian Ananta 2 jam yang lalu, Stanley hanya melakukan 3 kegiatan. Minum kopi, mengetik pesan, dan melirik gawainya. Bahkan ia duduk di dekat meja barista tanpa bergeming.Tak ada satu pun karyawan, sekalipun Bryan yang berani mengusiknya."Bryan, kami pulang dulu ya! Titip salam dengan Nicho," Salah seorang karyawan mewakili untuk berpamitan."Iya. Siap. Hati-hati ya pulangnya,"Cring.Bryan melepaskan apron yang dipakainya. Menggantungnya di gantungan yang berada di ruang ganti. Lantas mengambil jaket dan tasnya yang ditaruh di dalam loker.Ia keluar dari ruang ganti. Stanley masih duduk disana. "Anak ini mau kayak begitu sampai kapan?" Ia melirik jam yang melingkar di lengannya. Pukul 21:40."Bro, kau belum mau pulang kah? Udah malam banget ini,""Duluan aja. Tapi udah rapihin semuanya belum?""Udah dari 10 menit yang lalu kali. Ini kau lihat, semua udah kin

Bab terbaru

  • Antara Dilema & Cinta   140. Baiklah, Mari Kita Coba Pacaran!

    "Saya mencintai Ananta. Tetapi, saya juga ada etikanya Stanley. Saya tidak akan merebut pacar orang." Nicho melepaskan genggaman eratnya. Menatap Ananta lamat-lamat."Namun, saya bisa pastikan, saya yang akan jadi orang pertama yang akan merebutnya jika kamu menyiakan-nyiakannya,"Nicho berbicara dengan lantang.Dari jauh, Violla mengintip. Ia tak mungkin akan melewatkan kejadian seru ini. Walaupun kehadirannya memang tidak berarti jika dia ada disana.Tentu saja Nicho akan mengusirnya."Apakah aku memang sudah tidak bisa kembali dengan Nicho?"Drrt. Gawainya bergetar."Hallo, baby! Kamu jadi datang ke pestaku?" Seorang pria meneleponnya."Iya. Aku datang." Violla dengan cepat menjawab. "Aku akan mencoba untuk mencintai pria lain. Selamat tinggal Nicho!""Ana, kamu tidak marah sama atasanmu ini? Lancang sekali dia ngomong begitu." cerca Stanley. Ia mendengus. Kakinya menendang sebuah kursi plastik sampa

  • Antara Dilema & Cinta   139. Hanya Sedikit Orang yang Bisa Menemukan Cinta Sejati

    Malam ini angin tak berhembus sama sekali. Walaupun Nicho, Stanley, Ananta, dan Gracia berada di tempat terbuka.Ananta masih menahan marah atas tuduhan Stanley yang tidak jelas. Yah, memang dia juga merasa bersalah. Ia mulai ragu dengan dirinya sendiri. Apakah memang harus putus?Stanley tak terima jika ia yang harus terus mengalah. Apalagi ia butuh dukungan emosi karena masih merintis usahanya. Usaha kedai kopi impiannya. Ia ingin segera mendapatkan uang yang banyak supaya bisa menghalalkan Ananta. Tapi, kenapa semakin hari hubungannya dengan Ananta semakin memburuk?Gracia gemas dengan dirinya sendiri. Kenapa tak seorang pun yang mengerti keadaannya. Semua terasa menjauh dan selalu saja membela Ananta. Padahal bukannya dia korban atas kejahatan Ananta?Nicho tak habis pikir, kenapa masalah simpel yang muncul ini bisa seruwet ini. Dari Gracia dan Ananta yang salah paham. Stanley yang protektif dengan Ananta.Padahal semua itu terjadi hanya karena kurang komunikasi. That's it."Nicho

  • Antara Dilema & Cinta   138. Masih Berani Kamu Menampakkan Diri di Hadapanku?

    Kantor sudah sepi. Ananta melirik jam tangan yang dikenakannya. Pukul 20.31.Sepanjang jalan ia hanya menemui rumput hijau taman kantor dan lampu kantor di sisi taman."Sepertinya aku tunggu di pos satpam saja." gumamnya.Ia merapatkan jaket yang ia kenakan. Menuju pos satpam yang hanya memerlukan sekitar sepuluh langkah.Sesampainya ia disana, ia tak menemukan seorang pun."Televisi masih nyala. Lampu di pos juga masih nyala. Kemana Bapak satpamnya? Apa mungkin pratoli?"Ananta adalah tipe orang yang positif. Bahkan dalam hal ini saja ia tidak berpikir negatif mengenai keberadaan satpam ada dimana.Ia tak ambil pusing. Menarik salah satu kursi bakso disana dan duduk."Apa Pak Nicho masih lama?" gumamnya."Ananta!" panggil seseorang dari belakang."Stanley? Kenapa kamu selalu muncul tiba-tiba?" Ia menoleh ke belakang. "Dan kamu mengagetkanku,""Yah, tentu saja bisa. Karena pesanku dari tadi saja belum dibaca. Kalau kamu nggak di hotel, yah pasti di kantor," lanjutnya sambil mengambil

  • Antara Dilema & Cinta   137. Kenapa Aku Selalu Kalah Debat darinya?

    Nicho kembali ke meja kerjanya. Setelah minum segelas air gula, ia merasa kondisinya mulai pulih kembali.Dengan langkah yang masih terasa berat dan kepalanya masih terasa sakit, ia bergerak. Berjalan beberapa sentimeter dan duduk dengan mantap di kursi kerjanya.Matanya langsung menangkap benda kecil berwarna merah yang diletakkan di atas laptopnya. Sebuah flashdisk."Ini bukannya flashdisk yang kupinjamkan kepada Ana? Apakah pekerjaannya sudah selesai?"Nicho membuka laptopnya dan memeriksa data yang berada di dalam flashdisk.Ia membaca dengan seksama setiap kata. Setiap kalimat. Setiap paragraf. Matanya berbinar.Ia menegakkan badannya."Ini baru naskah yang ingin kubaca. Tidak salah jika Ananta bisa dijadikan calon kepala divisi penulis. Tetapi sepertinya aku harus mempertimbangkannya lagi. Hubungan dia dan Gracia telah usai. Hal ini pasti akan menjadi hambatan dalam kinerja kerja. Apalagi gosip tidak sedap yang ter

  • Antara Dilema & Cinta   136. Aku tidak perlu Memberitahumu, Karena Tidak Ada Untungnya Bagiku

    "Aku tanya dan kalian malah bengong disini. Nicho yang kalian maksud itu Nicholas Alexus bukan?" Violla bertanya memastikan. Kini ia menggebu-gebu. Ia harus segera tahu jawabannya.Kali ini siapa lagi yang bisa ambil hati selain Gracia. Tetapi itu nggak mungkin. Jika iya, apakah wanita itu lebih baik daripada Violla?"Kamu seharusnya jawab dulu pertanyaanku," Stanley nggak mau kalah. Jika ia harus menjawab, setidaknya lawan bicaranya dulu yang harus menjawab. Itu yang namanya baru adil."Aku rasa, pertanyaanmu tidak penting. Aku itu punya kaki dan punya uang. Aku bisa kemana aja yang aku mau. Bahkan kalian bisa disini saja, aku tidak perlu harus bertanya panjang lebar, kenapa kalian ada di Jakarta,""Kamu membuntutiku ya? Dan kenapa kamu bisa kenal sama Nicho?" Stanley bertanya lagi. Otaknya kini haus akan jawaban."Jangan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan yang tidak penting," geramnya.Ia menggeser pandangannya ke arah Gra

  • Antara Dilema & Cinta   135. Masih Gracia & Nicho Kecil part 3

    "Ini soal apaan sih? Matematika kok malah buat kepala jadi mumet. Nah gini nih, catatan diajarin gimana. Tugasnya kayak gimana. Ini sih Nicho harus kesini. Nggak mau tahu. Masa dia bisa tidur nyenyak dan aku begadang kayak gini,"Eric beranjak duduk ke tempat tidurnya. Duduk disana dan menyentuh layar gawainya. Mencari kontak Nicho."Apaan?" Nicho menjawab dari seberang."Eh, orang kalau angkat telepon itu bilang hallo. Bukan apaan?""Itu untuk orang lain bukan untukmu. Karena kalau kau telepon malam-malam pasti ada maunya,""Tahu aja,""Iya, adanya tahu aja, tempe lagi habis,""Sekarang ke rumah aku!""Nggak,""Cepat banget jawabnya. Sat set tanpa mikir. Mikir dulu kek. Yakin? Nggak mau pikir dua kali?""Kenapa harus pikir 2 kali?""Gracia belum tidur loh!"Nicho tersontak. Yang tadi posisi tidur di atas ranjangnya. Ia bangkit duduk."Lalu, apa. Kenapa. Apa hubungann

  • Antara Dilema & Cinta   134. Gracia & Nicho Kecil part 3

    Restoran makanan penutup sedang tidak ramai. Selain Gracia dan Stanley. Hanya ada 2 meja yang terisi.Mungkin sekarang kebanyakan orang mencari makanan berat setelah lelahnya bekerja seharian. Mencari rezeki untuk menikmati makanan enak setiap hari.Gracia menatap tajam ke arah Stanley. Tentu saja ia tak bisa menerima pria bucin di depannya ini menghina Nicho. Nicho yang adalah sahabatnya dari kecil dan sebenarnya juga cinta pertamanya.Cinta pertama yang ia sendiri kandaskan begitu saja.Masih ingat dengan kejadian bab 99?Inilah sambungannya.Setelah Eric meninggalkan Nicho dan Gracia di sekolah. Nicho tak langsung mengantar Gracia pulang. Ia mengajak Gracia untuk makan sore terlebih dahulu."Kamu ajak aku makan bakso? Aku nggak ada selera,""Hei, makan selagi kamu masih bisa makan. Kita hidupnya masih enak. Masih bisa makan apa yang kita mau,""Bukan itu maksudnya,""Atau kita makan es krim

  • Antara Dilema & Cinta   133. Ada yang Salah Sama Nicho, Apa Jangan-Jangan...

    "Ananta itu keterlaluan. Sok jodohin aku sama Nicho. Tanya-tanya ke aku, masa nggak cinta sama Nicho. Pret. Busuk itu semua," Gracia mengomel. Ia tak mau lebih lama disana. Sudah 10 menit yang lalu ia pergi dari kantor Nicho.Sekarang ia duduk di sebuah kedai kopi. Seperti biasa ia memilih kopi sebagai pendampingnya."Eh, ada Gracia disini. Aku boleh duduk disini?" Seorang pria mendekat."Stanley? Kok kamu bisa disini?" Gracia bertanya dengan bingung."Pertanyaanku dijawab dulu dong!""Nggak boleh. Duduk di kursi lain aja. Aku lagi pengen sendiri,""Tapi aku lagi mau ngobrol sama kamu. Gimana?""Kalau kamu nggak pergi. Aku yang pergi. Bye." Gracia turun dari kursi tinggi kedai. Mengambil gelas strerofoam yang masih berisikan dengan kopi panas."Hei!" panggil Stanley. Ia menyusul sampai ke luar kedai dan terus membuntuti Gracia.Gracia terus berjalan. Menyeberang di penyeberangan jalan, melewati taman ke

  • Antara Dilema & Cinta   132. Iya, Aku Mencintaimu

    Ananta melihat ke kiri dan ke kanan. Sepi. Di ruangan kerja sebesar itu hanya dia seorang."Kalau aku turun ke bawah, mungkin tidak apa-apa kali ya? Tapi kalau Pak Nicho memang butuh bantuan cepat gimana? Aku cek dulu aja deh."Ia berjongkok. Ini pertama kalinya ia melihat wajah Nicho sedekat itu. Wajahnya kalem dan tenang. Alisnya tebal dengan bulu mata yang melengkung indah di kedua mata. Bibir semerah buah delima dengan kulit berwarna kulit langsat."Ternyata jika dipandang dekat dan saat tidak sedang berekpresi, muka Pak Nicho lebih bersinar. Apa yang membuatnya memiliki beban sebesar ini?""Pak Nicho!" Ia memanggil dan mengguncangkan tubuh Nicho dengan pelan. Namun, Nicho tak ada pergerakan sama sekali."Maaf pak. Saya izin sentuh kening Bapak ya! Astaga, panas sekali. Ini sih demam. Sebentar pak! Saya panggil satpam untuk bantu ya!" pekiknya.Saat Ananta sudah akan berdiri, Nicho menarik pergelangan tangannya. "Jangan tinggalkan aku! Jangan! Saya mohon, Gracia."Ananta kembali b

DMCA.com Protection Status