Begitulah Selena meyakinkan anaknya. Meskipun Harvest tidak sekeras Harvey karena usianya yang masih muda.Semua titik awalnya berpusat pada Selena.Wajah Harvest mirip dengan Harvey, tetapi kepribadiannya agak mirip dengan Selena yang selalu memikirkan orang lain.Manusia seperti ini sering kali merasa lelah, bahkan lebih membuat orang lain kasihan, karena titik awal mereka selalu untuk orang lain dan tidak pernah memprioritaskan keuntungan diri sendiri.Malam ini, si kecil terus bersandar di pelukan Selena, tangan kecil yang gelisah meraih ujung baju tidur Selena.Selena memeriksa luka di wajah Harvest, perasaan sakit datang berulang kali di hatinya.Dia tahu luka seperti ini bukanlah akhir, melainkan awal dari jalan yang penuh dengan duri yang harus dihadapi oleh Harvest di masa depan.Meninggalkan Harvest seperti ini membuat hati Selena terasa sakit berulang kali.Namun, dia sadar betul, baik sekarang maupun di masa depan, jika dia tidak melakukan perubahan, baik Harvey maupun Harv
Setelah mencium dahi Harvest, Selena pun pergi. Mereka berdua, ayah dan anak, membuka mata mereka dengan diam-diam setelah mendengar pintu ditutup dengan pelan.Harvest penuh dengan air mata berucap, "Ayah, Ibu benaran nggak bisa tinggal?""Maaf," jawab Harvey dengan penuh kasih kasihan di matanya.Begitu Selena keluar dari pintu kamar, angin dingin di luar bagaikan pisau yang menusuk langsung ke wajahnya, membuat seluruh wajahnya terasa sakit.Ternyata seperti yang dikatakan Harvey, sudah ada orang yang menyiapkan segalanya."Nyonya, helikopter sudah disiapkan untuk Anda, Anda bisa berangkat sekarang.""Terima kasih.""Tapi area landasannya agak jauh, jadi mohon Nyonya berjalan ke sana.""Nggak masalah," jawab Selena sambil menggoyangkan tangannya.Selena membungkus dirinya dengan jaket bulu tebal, menutupi seluruh wajahnya dengan topi.Dia merasa ada orang yang memperhatikannya. Namun, dia tidak berani menoleh.Kali ini, dia takut tidak akan pernah bisa pergi seumur hidupnya.Selena
"Jangan pergi, Ibu! Tunggu aku!"Usai turun salju semalaman, salju menumpuk begitu tebal, Harvest dengan susah payah bangkit dari salju. Pintu kokpit sudah tertutup, baling-baling helikopter pun mulai berputar.Harvest berlari cepat ke depan. Meski semalam dia sudah berjanji kepada Selena dengan baik, saat ini perpisahan benar-benar tiba, membuat akal sehatnya menghilang, kini hanya naluri yang tersisa.Dia hanya seorang anak yang tidak pernah memiliki ibu, wajahnya penuh perhatian terhadap Selena."Ibu jangan pergi, dengan susah payah akhirnya aku bisa bertemu denganmu, tolong tetap di sini, Ibu!"Tubuh kecil itu jatuh lagi di atas salju, Harvest menangis seperti manusia tangis sambil terus-menerus memanggil.Namun, angin hari ini begitu kencang, suara baling-baling di atas kepala begitu keras, bagaimana Selena bisa mendengar ucapannya?"Ibu, aku merindukanmu, aku selalu merindukanmu, aku mohon tetap tinggal, ya? Aku anak penurut, aku pasti akan mendengarkanmu. Aku berbohong padamu, s
Selena melihat Harvey menggendong Harvest di tengah salju saat di dalam helikopter, jantungnya terasa seperti sedang ditarik oleh seseorang.Dia memang ibu yang tidak kompeten.Susah payah akhirnya mereka bisa bertemu, tetapi pada akhirnya Selena harus melepaskan tangan anaknya. Betapa sedihnya Harvest sekarang?Dia menempelkan kedua tangannya di kaca dengan air mata yang terus berlinang.Akhirnya, dia melihat ayah dan anak itu menghilang di tengah salju, sampai mereka benar-benar menghilang.Setelah perpisahan ini, kapan dia akan bertemu putranya kembali?Helikopter melaju menuju pulau, Selena membutuhkan waktu setengah hari untuk tenang dari perpisahan dengan putranya.Belum juga mendarat, dia sudah melihat Olga berperan sebagai ibu ayam, di belakangnya Luna menangkapnya, sementara Ravi adalah elang. Meskipun tidak bisa mendengar suara, bisa dia rasakan bahwa mereka sekarang sangat bahagia.Saat mendengar suara helikopter, Olga juga berhenti bergerak dan pergi menjemputnya dengan mem
Harvey melihat Yosef yang sama keras kepala seperti dirinya pada waktu itu, jadi dia tidak mentertawakan kenaifan Yosef.Setiap orang yang berada dalam percintaan seperti anak kecil. Hanya dengan mengalami beberapa kesulitan, barulah bertambah pengalaman hidup baru.Pengalaman-pengalaman ini bukanlah sesuatu yang bisa didengar hanya dengan beberapa kata dari orang lain, beberapa kesulitan harus kamu rasakan sendiri.Harvey tidak mengejek kesombongan Yosef saat ini, sebab Tuhan itu adil, apa yang harus datang akan datang dengan sendirinya.Selain itu, Harvey sudah merasakan perasaan khusus Yosef terhadap Olga, bukan hanya sekadar simpanan seperti yang diucapkan Yosef.Bukan masalah, cinta akan mengobati setiap orang yang keras kepala.Yosef melirik kamera pengawas lagi saat berbicara, di layar terlihat Olga sedang duduk di pantai sambil menatap laut, ekspresinya lebih stabil daripada sebelumnya.Tampaknya usulan Harvey kali ini benar, Olga membutuhkan penyembuhan dari teman dan anak-ana
Begitu tahu bisa pergi dalam lima hari lagi, Olga pun memiliki bayangan baru tentang masa depannya."Olga, apa rencanamu ke depannya?""Sewaktu masih sekolah, aku hanya berpikir untuk menghasilkan banyak uang agar bisa mengubah masa depanku. Aku bekerja mati-matian selama beberapa tahun ini demi menghasilkan banyak uang, tapi aku juga kehilangan sesuatu yang lebih penting. Aku ingin menjadi relawan di sebuah negara dan membantu anak-anak yang kurang mampu. Di kala bosan, aku akan belajar beberapa keterampilan baru, membuka kafe, toko bunga ataupun keliling dunia. Yang penting aku akan menjalani kehidupan yang berbeda dari sebelumnya.""Ok."Olga memandangnya, "Kalau kamu?""Aku ingin menjadi lebih kuat, melanjutkan karier medisku dan menjadi kebanggaan para guru," ucap Selena dengan sorot mata tegas."Bagus sekali."Olga menghela napas, "Aku merasa seperti melihat momen-momen tahun terakhir di SMA. Saat itu kita duduk di bawah pohon sambil membayangkan masa depan. Seandainya tahu hidup
Begitu mendengar suara itu, wajah Olga seketika berubah. Dia langsung melepaskan penutup mata di wajahnya.Yang berdiri di hadapannya adalah Yosef yang lama tak dijumpainya!Bagaikan disambar petir, Olga tergagap, "Bagaimana kamu bisa ada di sini?"Sudut bibir Yosef terangkat hingga membentuk senyuman, "Aku merindukanmu sepanjang hari. Sepertinya kamu sangat bahagia di pulau ini. Jangan-jangan kamu sudah lupa dengan diriku?"Pelayan-pelayan itu pun meninggalkan mereka dengan sopan. Sementara itu, dua anak kecil yang tidak tahu apa yang terjadi itu terus menatap Yosef dengan mata besar mereka.Di bawah tatapan polos kedua anak itu, Yosef yang awalnya ingin melakukan sesuatu pun terpaksa harus melepaskan Olga."Kamu Ravi dan kamu Luna, 'kan?"Kedua anak itu memandangnya dengan patuh. Entah apa yang mereka pikirkan, tiba-tiba Luna berseru, "Ayah?"Yosef sangat senang. Dia langsung membungkuk dan mengendong anak itu.Kenapa anak-anak ini begitu menggemaskan?"Anak baik, aku bukan ayah kali
Olga mengerucutkan bibirnya, "Lelucon ini sama sekali nggak lucu. Selena, apa yang harus kulakukan? Dia tahu rencana kita ... "Dari belakang terdengar suara Yosef, "Apa rencana kalian? Olga, apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?"Olga ingin menampar dirinya sendiri. Hampir saja rencananya terbongkar."Selena terlihat tenang. Dia melepas masker, meletakkan alat-alat, melepas baju bedahnya dan keluar dari ruangan itu."Bukan apa-apa. Mungkin yang Olga maksud itu dia ingin menikammu selagi kamu tidur atau menyiksamu dengan obat pencahar. Dia bisa memikirkan ratusan rencana seperti itu setiap harinya."Olga menghela napas lega, mengedipkan mata pada Selena seakan berkata, 'Sohib, untung saja ada kamu.'Kepribadian mereka berdua saling melengkapi. Selena lebih tenang dan terkendali, sedangkan Olga lebih blak-blakan dan kasar.Yosef tersenyum tipis, "Nakal sekali. Adik Ipar, kamu lebih bijaksana."Selena berkata dengan nada datar, "Tuan Yosef, seharusnya kamu tahu kami sudah lama bercerai