Wajah Selena menunjukkan rasa terima kasih. "Terima kasih, Darren," ucapnya."Terima kasih untuk apa? Memang kesalahan kami sejak awal. Jika masalah ini tersebar, aku tidak tahu seberapa besar dampak negatif yang akan ditimbulkan terhadap rumah sakit."Selena pun mengerti. "Yang menjadi target dari orang tersebut dalam masalah ini adalah aku, tidak ada hubungannya dengan rumah sakitmu. Jadi aku juga tidak mungkin menyebarkannya. Aku juga berharap kamu dapat merahasiakannya, bahkan dari Hansen sekalipun," ujar Selena.Darren menganggukkan kepalanya dan berujar, "Mari kita ke sampingkan masalah ini untuk sementara waktu. Saranku adalah kamu dapat menerima pemeriksaan sistematis lainnya, kali ini aku pribadi akan melakukannya untukmu. Jadi jika ada masalah, kita juga dapat menanganinya lebih awal."Selena tersenyum dan berkata, "Tidak ada masalah besar, tenang saja.""Baiklah, perangkat-perangkat ini adalah radioaktif, jadi memang tidak bisa dilakukan banyak pemeriksaan dalam waktu singka
"Bagaimana, Dokter?" tanya Selena dengan sangat tegang hingga suaranya menjadi serak. Selena menarik lengan bajunya sendiri dengan erat. Dia takut mengetahui hasil yang akan dilihatnya."Untung saja kondisi ayahmu cepat diketahui, sehingga masih sempat diselamatkan. Selena, aku jujur saja padamu, kondisi ayahmu saat ini sangat kritis. Kita harus memanggil spesialis otak terbaik, yaitu Leo, sesegera mungkin, agar bisa menjalankan operasi kraniotomi. Jika tidak ... selanjutnya kami juga akan tidak berdaya lagi."Selena merasa dirinya bagaikan jatuh ke dalam jurang yang sangat dalam. Dirinya sendiri memang sangat berharap dapat menemukan keberadaan Leo.Namun, apa daya dirinya yang tidak mempunyai koneksi yang luas? Lewis juga pernah membantunya mencari Leo sebelumnya, tetapi juga tidak mendapatkan hasil.Melihat Arya didorong keluar dengan wajah yang tampak begitu lemah dan sepasang matanya yang tertutup rapat, Selena berseru, "Ayah!"Panggilannya seperti batu yang dilemparkan ke dasar s
Harvey masih teringat tentang Selena yang melemparkan bubur padanya beberapa hari yang lalu.Murka, angkuh, seperti kucing yang pemarah.Tidak seperti sekarang, dia berdiri di pinggir dengan kepala tertunduk dan gelisah, seakan menyembunyikan semua senjatanyaDi hadapan Harvey, Selena menahan rasa janggal dan tidak nyaman di hatinya. Lalu, dia berkata dengan pelan, "Aku ingin meminta bantuanmu."Harvey tertawa sejenak, lalu menyilangkan kakinya dan mengambil sebatang rokok dari kotaknya. Tampak ekspresi sinis di wajahnya."Selena, kamu lagi main sandiwara apa hari ini?"Tak jauh dari sana, ada seorang anak muda kaya bernama Victor Marama. Pemuda ini bisa dikatakan memiliki pandangan yang tajam. Victor melihat bahwa Harvey bersikap berbeda kepada Selena, sehingga dia pun segera berjalan maju dua langkah."Semua orang di sini ingin meminta bantuan Pak Harvey? Nona, meminta bantuan orang lain mana boleh dengan cara tidak tulus begini? Kamu bahkan tidak menyalakan rokok untuk Pak Harvey."
Segelas air panas dengan goji berry disodorkan ke hadapan Selena. "Jika tidak bisa minum, jangan dipaksa. Cinta bisa melukai hati, minuman keras bisa merusak tubuh. Nona sebaiknya jangan minum minuman beralkohol, minumlah segelas air hangat untuk menghangatkan perut."Suara Johan terdengar lembut, seperti sosok seorang kakak laki-laki. Dia tahu identitas Selena, jadi dia pun juga sangat memperhatikannya.Selena tersenyum dengan penuh rasa terima kasih ke arah Johan. Namun, sebelum sempat mengucapkan terima kasih, Harvey menatapnya dengan sorot mata yang lebih dingin lagi."Masih ada dua gelas," ujar Harvey mengingatkannya dengan nada suara yang dingin.Johan tahu betapa pentingnya Selena bagi Harvey, sehingga Johan pun langsung mengernyitkan keningnya. Ada hal tertentu yang sudah terjadi, bukan hanya melukai orang lain, tetapi juga melukai diri sendiri."Baik." Selena mengangkat gelas itu tanpa ragu-ragu, seperti seorang jenderal yang akan pergi berperang dan tidak akan pernah kembali.
Kata-kata seperti itu sangat menyakitkan, tetapi Selena tidak punya pilihan lain.Selena terpaksa menurunkan tangannya yang sebelumnya hendak menghalangi Harvey. Tangan Harvey sudah mencapai jaket Selena yang di baliknya ada sweater. Di dalam sweter ada rompi bulu, dan di dalam rompi bulu masih ada pakaian penghangat.Harvey pun mengerutkan alis dan bertanya dengan bingung, "Apakah kamu seorang wanita tua? Kenapa kamu berpakaian begitu tebal?"Selena pun tersipu. Dia menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku takut kedinginan."Harvey segera menyadari suatu hal. Tubuh Selena sangat kurus, sehingga dia tampak tidak gemuk meski mengenakan pakaian begitu tebal.Ketika telapak tangan Harvey menyentuh kulit Selena, terasa tulang punggungnya yang menonjol, seolah-olah hanya ada lapisan kulit tipis di atas tulang itu. Sejak kapan dia menjadi kurus seperti ini?Niat jahat Harvey tadi seketika menghilang sepenuhnya, bahkan digantikan oleh rasa bersalah yang tak tampak.Selena sendiri tidak tahu meng
Harvey memandangi apartemen yang tidak terlalu besar itu, di mana-mana ada bayangan Selena.Perasaan Harvey menjadi campur aduk saat melihat tempat tidur bayi yang diletakkan di kamar. Ini adalah satu-satunya barang yang dibawa Selena dari rumahnya.Ketika Selena melompat dari gedung, Harvey tanpa ragu-ragu ikut melompat bersamanya. Pada saat itulah seketika dia menyadari satu hal.Tidak peduli seberapa pun bencinya Harvey terhadap Selena, Harvey tetap tidak bisa melepaskan cintanya pada Selena. Antara cinta dan benci, dua jenis emosi yang kompleks ini terjalin bersama.Bagaikan ada tali berduri yang melilit mereka berdua dengan erat, sampai mereka berdua berlumuran darah dan tidak bisa dilepaskan.Harvey bagaikan mendorong Selena ke jurang selangkah demi selangkah, tetapi dia sendiri juga sedang berdiri di tepi jurang yang goyah.Harvey mengambil mainan mewah dari tempat tidur, lalu terpikir Selena yang selama dua tahun terakhir ini, setiap malam hanya bisa tidur sambil memeluk mainan
Harvey mengira Chandra yang mau membawakannya pakaian sudah datang, jadi dia pun langsung berjalan keluar. Namun, saat menoleh, dia malah melihat Lewis.Dia tanpa sadar mengangkat alis ke arah Selena dan berkata, "Ada tamu?"Selena mengenakan pakaian tidur, sementara Harvey mengenakan handuk. Mereka sudah terlihat hidup seperti suami dan istri.Ini adalah hal yang membuat orang curiga. Namun, Lewis juga tidak bodoh. Setelah meletakkan barang-barang keperluan Tahun Baru, dia pun pergi dengan penuh kebingungan.Selena tidak menjelaskan. Semakin dalam Lewis terperangkap, akan semakin berbahaya jadinya. Akhirnya nanti tidak akan baik untuk mereka berdua.Harvey memandangi barang-barang keperluan Tahun Baru itu dengan tatapan dingin sambil berkata, "Apakah aku tidak cukup murah hati?"Biaya perceraian sebesar dua triliun rupiah sudah lebih dari cukup.Selena menjawab, "Nanti aku akan memberikannya kepada pemulung."Harvey mendengus dan berkata, "Dia sering datang?""Dia pernah datang saat a
Selena menghentikan gerakan tangannya, kemudian berkata dengan nada bicara yang menjadi lebih tegas, "Tante, tidak perlu membahas hal itu. Aku ingin mengobrol dengan Ayah, tolong kamu keluar dulu.""Baiklah, Nona." Perawat itu menutup pintu secara pelan-pelan.Seperti biasanya, Selena dengan sabar membersihkan tubuh Arya, serta memangkas rambut dan memotong kukunya.Jika bukan karena grafik detak jantung di sampingnya masih menunjukkan detak jantung yang stabil, Selena hampir mengira bahwa ayahnya telah meninggalkan dunia ini.Cuaca hari ini sangat bagus, hujan badai telah berlalu. Dia pun membuka tirai dan membiarkan sinar matahari yang hangat masuk ke dalam kamar."Ayah, aku sekarang semakin jarang menemani Ayah. Jika Ayah tidak bangun juga, aku khawatir Ayah tidak akan bisa melihatku lagi. Oh ya, aku sudah bercerai dengan Harvey."Suara Selena sangat lembut, sinar matahari bersinar ke arah senyum di mulutnya. Dia terus menceritakan, "Meskipun dia tidak memperlakukanku dengan baik da