Meskipun Hansen hanya tidur selama tiga jam tadi malam, tetapi sekarang dia masih sangat bersemangat. Saat melihat bahwa Harvey yang tidak ada di tempat, Hansen pun sengaja merendahkan suaranya dan berkata, "Nyonya, Pak Harvey sangat peduli dengan Anda. Lihatlah, dia secara khusus memintaku untuk memeriksa kesehatan Anda."Peduli?Selena hanya merasa agak konyol ketika mendengar kata ini.Harvey ingin dirinya menjalani pemeriksaan hanya karena ingin memastikan dirinya masih hidup, agar di kemudian hari, Harvey masih bisa menyiksanya lagi.Selena hanya penasaran, jika Harvey benar-benar tahu bahwa dirinya menderita kanker lambung, akan bagaimana ekspresi wajah Harvey?"Lakukan saja." Selena tidak banyak bicara tentang hal lain. Bagaimanapun, saat ini dia tidak punya pilihan lain.Ada beberapa item pemeriksaan, hanya kurang endoskopi saja. Bagaimanapun, endoskopi sangatlah menyiksa, dini hari harus minum obat pencahar, buang air besar beberapa kali sampai perut dan usus bersih, baru kemu
Tanpa mengatakan apa-apa, Harvey menatap laporan yang ada di tangan Hansen dengan ekspresi dingin.Tatapan Harvey membuat Hansen merasa sangat tertekan, sehingga dia segera tersenyum dan berkata, "Hasilnya sudah keluar, Pak Harvey jangan khawatir, sudah kubilang Nyonya akan baik-baik saja. Ini hasil pemeriksaannya."Baik-baik saja?Selena mengerutkan alisnya. Jika tumor yang dideritanya masih stadium awal, mungkin tidak dapat terdeteksi oleh CT scan.Namun, dia sudah berada di stadium akhir. Menurut logika, penyakitnya itu sudah pasti terdeteksi.Saat Selena merenung, hati Harvey akhirnya menjadi tenang, tetapi wajahnya langsung berubah menjadi lebih dingin lagi.Dia menghampiri Selena selangkah demi selangkah, sedangkan Selena memandangi dirinya yang berjalan semakin mendekat itu seperti badai yang dingin.Selena merasa gelisah dengan tatapannya yang seperti ini, entah apa yang sebenarnya telah dilihatnya.Selena pernah membayangkan bagaimana ekspresi Harvey jika mengetahui kondisi pe
Suasana di dalam kamar menjadi sangat tegang, bahkan udara pun terasa membeku.Menghadapi situasi yang seolah-olah akan terjadi peperangan, Hansen buru-buru berbicara untuk mengakhiri ketegangan tersebut, "Pak Harvey, yang penting Nyonya baik-baik saja, ini adalah hal yang membahagiakan."Harvey mengalihkan pandangannya dari Selena, seakan-akan Harvey tidak mau memboroskan sepatah kata pun untuk berbicara dengan Selena lagi. Harvey pun kemudian berbalik badan tanpa menunjukkan ekspresi di wajahnya."Jagalah sikapmu."Selena mencoba menahan diri, tetapi akhirnya amarahnya sudah tidak dapat terbendung lagi. Melihat pria sombong yang selalu merasa bahwa dirinya yang paling benar itu, Selana pun membanting bubur yang ada di tangannya."Dasar pria berengsek!"Jelas-jelas yang mengejarnya saat itu adalah Harvey, Harvey juga yang ingin menikahinya. Yang begitu posesif hingga membuat dia menyerahkan segalanya juga Harvey-lah orangnya.Sekarang setelah Harvey menyakiti dirinya hingga seperti in
Saat teringat tatapan mata Harvey, Selena langsung menjawab, "Tidak.""Baguslah, itu hanya disebabkan oleh virus. Nyonya sudah bisa pulang setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit."Hansen merasa lega, lalu mencoba menghiburnya lagi. Melihat Selena terus menundukkan kepalanya tanpa memberi respons, Hansen pun akhirnya pergi.Selena sudah pernah menjalani biopsi kanker lambung, itu sudah menjadi penyakit yang tidak dapat dipungkiri lagi. Namun, hasil CT scan kali ini tidak mendeteksi sedikit masalah pun.Dia hanya pernah menjalani kemoterapi sekali. Meskipun hasilnya bagus, tetapi tumornya hanya akan perlahan-lahan mengecil, bukan hilang dalam semalam.Jelas sekali bahwa ada sesuatu yang salah dengan hasilnya pemeriksaannya. Satu-satunya orang yang bisa memanipulasi hasil pemeriksaan tersebut adalah orang dalam."Siapa orang yang begitu berani melakukan hal semacam ini di depan mata Harvey?" tanya Selena dalam hati."Siapa yang mungkin melakukannya? Agatha?"Dia sudah membuat onar t
Dalam dua hari terakhir, Harvey tidak muncul lagi. Hanya Olga yang merawat Selena sambil mengumpat, "Apakah Harvey kerasukan? Kenapa dia berubah-ubah terus? Mau cerai, tapi juga tidak terima kamu bersama pria lain? Lalu sekarang dia bilang kamu pura-pura sakit? Apakah kamu perlu meminta jimat untuk mengusir setan dalam dirinya?"Selena tampak berkata dengan tak acuh, "Dia bukan kerasukan, tapi gila."Setelah dua hari istirahat, selain masalah lambung yang sudah merupakan penyakit lama, secara keseluruhan kondisi Selena telah kembali normal.Setelah itu, Darren mengusulkan untuk memeriksanya lagi, tetapi Selena tersenyum dan menolaknya. Selana hanya mengatakan bahwa dirinya telah diperiksa di rumah sakit lain dan juga sedang menjalani perawatan.Darren pun tidak terlalu memikirkannya lagi. Dia diam-diam telah melakukan penyelidikan selama dua hari ini dan telah mendapatkan jawaban."Olga juga ada di sini?" Darren mengenakan jas putih dengan kemeja putih dan dasi hitam di dalamnya, serta
Wajah Selena menunjukkan rasa terima kasih. "Terima kasih, Darren," ucapnya."Terima kasih untuk apa? Memang kesalahan kami sejak awal. Jika masalah ini tersebar, aku tidak tahu seberapa besar dampak negatif yang akan ditimbulkan terhadap rumah sakit."Selena pun mengerti. "Yang menjadi target dari orang tersebut dalam masalah ini adalah aku, tidak ada hubungannya dengan rumah sakitmu. Jadi aku juga tidak mungkin menyebarkannya. Aku juga berharap kamu dapat merahasiakannya, bahkan dari Hansen sekalipun," ujar Selena.Darren menganggukkan kepalanya dan berujar, "Mari kita ke sampingkan masalah ini untuk sementara waktu. Saranku adalah kamu dapat menerima pemeriksaan sistematis lainnya, kali ini aku pribadi akan melakukannya untukmu. Jadi jika ada masalah, kita juga dapat menanganinya lebih awal."Selena tersenyum dan berkata, "Tidak ada masalah besar, tenang saja.""Baiklah, perangkat-perangkat ini adalah radioaktif, jadi memang tidak bisa dilakukan banyak pemeriksaan dalam waktu singka
"Bagaimana, Dokter?" tanya Selena dengan sangat tegang hingga suaranya menjadi serak. Selena menarik lengan bajunya sendiri dengan erat. Dia takut mengetahui hasil yang akan dilihatnya."Untung saja kondisi ayahmu cepat diketahui, sehingga masih sempat diselamatkan. Selena, aku jujur saja padamu, kondisi ayahmu saat ini sangat kritis. Kita harus memanggil spesialis otak terbaik, yaitu Leo, sesegera mungkin, agar bisa menjalankan operasi kraniotomi. Jika tidak ... selanjutnya kami juga akan tidak berdaya lagi."Selena merasa dirinya bagaikan jatuh ke dalam jurang yang sangat dalam. Dirinya sendiri memang sangat berharap dapat menemukan keberadaan Leo.Namun, apa daya dirinya yang tidak mempunyai koneksi yang luas? Lewis juga pernah membantunya mencari Leo sebelumnya, tetapi juga tidak mendapatkan hasil.Melihat Arya didorong keluar dengan wajah yang tampak begitu lemah dan sepasang matanya yang tertutup rapat, Selena berseru, "Ayah!"Panggilannya seperti batu yang dilemparkan ke dasar s
Harvey masih teringat tentang Selena yang melemparkan bubur padanya beberapa hari yang lalu.Murka, angkuh, seperti kucing yang pemarah.Tidak seperti sekarang, dia berdiri di pinggir dengan kepala tertunduk dan gelisah, seakan menyembunyikan semua senjatanyaDi hadapan Harvey, Selena menahan rasa janggal dan tidak nyaman di hatinya. Lalu, dia berkata dengan pelan, "Aku ingin meminta bantuanmu."Harvey tertawa sejenak, lalu menyilangkan kakinya dan mengambil sebatang rokok dari kotaknya. Tampak ekspresi sinis di wajahnya."Selena, kamu lagi main sandiwara apa hari ini?"Tak jauh dari sana, ada seorang anak muda kaya bernama Victor Marama. Pemuda ini bisa dikatakan memiliki pandangan yang tajam. Victor melihat bahwa Harvey bersikap berbeda kepada Selena, sehingga dia pun segera berjalan maju dua langkah."Semua orang di sini ingin meminta bantuan Pak Harvey? Nona, meminta bantuan orang lain mana boleh dengan cara tidak tulus begini? Kamu bahkan tidak menyalakan rokok untuk Pak Harvey."