Suasana di dalam kamar menjadi sangat tegang, bahkan udara pun terasa membeku.Menghadapi situasi yang seolah-olah akan terjadi peperangan, Hansen buru-buru berbicara untuk mengakhiri ketegangan tersebut, "Pak Harvey, yang penting Nyonya baik-baik saja, ini adalah hal yang membahagiakan."Harvey mengalihkan pandangannya dari Selena, seakan-akan Harvey tidak mau memboroskan sepatah kata pun untuk berbicara dengan Selena lagi. Harvey pun kemudian berbalik badan tanpa menunjukkan ekspresi di wajahnya."Jagalah sikapmu."Selena mencoba menahan diri, tetapi akhirnya amarahnya sudah tidak dapat terbendung lagi. Melihat pria sombong yang selalu merasa bahwa dirinya yang paling benar itu, Selana pun membanting bubur yang ada di tangannya."Dasar pria berengsek!"Jelas-jelas yang mengejarnya saat itu adalah Harvey, Harvey juga yang ingin menikahinya. Yang begitu posesif hingga membuat dia menyerahkan segalanya juga Harvey-lah orangnya.Sekarang setelah Harvey menyakiti dirinya hingga seperti in
Saat teringat tatapan mata Harvey, Selena langsung menjawab, "Tidak.""Baguslah, itu hanya disebabkan oleh virus. Nyonya sudah bisa pulang setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit."Hansen merasa lega, lalu mencoba menghiburnya lagi. Melihat Selena terus menundukkan kepalanya tanpa memberi respons, Hansen pun akhirnya pergi.Selena sudah pernah menjalani biopsi kanker lambung, itu sudah menjadi penyakit yang tidak dapat dipungkiri lagi. Namun, hasil CT scan kali ini tidak mendeteksi sedikit masalah pun.Dia hanya pernah menjalani kemoterapi sekali. Meskipun hasilnya bagus, tetapi tumornya hanya akan perlahan-lahan mengecil, bukan hilang dalam semalam.Jelas sekali bahwa ada sesuatu yang salah dengan hasilnya pemeriksaannya. Satu-satunya orang yang bisa memanipulasi hasil pemeriksaan tersebut adalah orang dalam."Siapa orang yang begitu berani melakukan hal semacam ini di depan mata Harvey?" tanya Selena dalam hati."Siapa yang mungkin melakukannya? Agatha?"Dia sudah membuat onar t
Dalam dua hari terakhir, Harvey tidak muncul lagi. Hanya Olga yang merawat Selena sambil mengumpat, "Apakah Harvey kerasukan? Kenapa dia berubah-ubah terus? Mau cerai, tapi juga tidak terima kamu bersama pria lain? Lalu sekarang dia bilang kamu pura-pura sakit? Apakah kamu perlu meminta jimat untuk mengusir setan dalam dirinya?"Selena tampak berkata dengan tak acuh, "Dia bukan kerasukan, tapi gila."Setelah dua hari istirahat, selain masalah lambung yang sudah merupakan penyakit lama, secara keseluruhan kondisi Selena telah kembali normal.Setelah itu, Darren mengusulkan untuk memeriksanya lagi, tetapi Selena tersenyum dan menolaknya. Selana hanya mengatakan bahwa dirinya telah diperiksa di rumah sakit lain dan juga sedang menjalani perawatan.Darren pun tidak terlalu memikirkannya lagi. Dia diam-diam telah melakukan penyelidikan selama dua hari ini dan telah mendapatkan jawaban."Olga juga ada di sini?" Darren mengenakan jas putih dengan kemeja putih dan dasi hitam di dalamnya, serta
Wajah Selena menunjukkan rasa terima kasih. "Terima kasih, Darren," ucapnya."Terima kasih untuk apa? Memang kesalahan kami sejak awal. Jika masalah ini tersebar, aku tidak tahu seberapa besar dampak negatif yang akan ditimbulkan terhadap rumah sakit."Selena pun mengerti. "Yang menjadi target dari orang tersebut dalam masalah ini adalah aku, tidak ada hubungannya dengan rumah sakitmu. Jadi aku juga tidak mungkin menyebarkannya. Aku juga berharap kamu dapat merahasiakannya, bahkan dari Hansen sekalipun," ujar Selena.Darren menganggukkan kepalanya dan berujar, "Mari kita ke sampingkan masalah ini untuk sementara waktu. Saranku adalah kamu dapat menerima pemeriksaan sistematis lainnya, kali ini aku pribadi akan melakukannya untukmu. Jadi jika ada masalah, kita juga dapat menanganinya lebih awal."Selena tersenyum dan berkata, "Tidak ada masalah besar, tenang saja.""Baiklah, perangkat-perangkat ini adalah radioaktif, jadi memang tidak bisa dilakukan banyak pemeriksaan dalam waktu singka
"Bagaimana, Dokter?" tanya Selena dengan sangat tegang hingga suaranya menjadi serak. Selena menarik lengan bajunya sendiri dengan erat. Dia takut mengetahui hasil yang akan dilihatnya."Untung saja kondisi ayahmu cepat diketahui, sehingga masih sempat diselamatkan. Selena, aku jujur saja padamu, kondisi ayahmu saat ini sangat kritis. Kita harus memanggil spesialis otak terbaik, yaitu Leo, sesegera mungkin, agar bisa menjalankan operasi kraniotomi. Jika tidak ... selanjutnya kami juga akan tidak berdaya lagi."Selena merasa dirinya bagaikan jatuh ke dalam jurang yang sangat dalam. Dirinya sendiri memang sangat berharap dapat menemukan keberadaan Leo.Namun, apa daya dirinya yang tidak mempunyai koneksi yang luas? Lewis juga pernah membantunya mencari Leo sebelumnya, tetapi juga tidak mendapatkan hasil.Melihat Arya didorong keluar dengan wajah yang tampak begitu lemah dan sepasang matanya yang tertutup rapat, Selena berseru, "Ayah!"Panggilannya seperti batu yang dilemparkan ke dasar s
Harvey masih teringat tentang Selena yang melemparkan bubur padanya beberapa hari yang lalu.Murka, angkuh, seperti kucing yang pemarah.Tidak seperti sekarang, dia berdiri di pinggir dengan kepala tertunduk dan gelisah, seakan menyembunyikan semua senjatanyaDi hadapan Harvey, Selena menahan rasa janggal dan tidak nyaman di hatinya. Lalu, dia berkata dengan pelan, "Aku ingin meminta bantuanmu."Harvey tertawa sejenak, lalu menyilangkan kakinya dan mengambil sebatang rokok dari kotaknya. Tampak ekspresi sinis di wajahnya."Selena, kamu lagi main sandiwara apa hari ini?"Tak jauh dari sana, ada seorang anak muda kaya bernama Victor Marama. Pemuda ini bisa dikatakan memiliki pandangan yang tajam. Victor melihat bahwa Harvey bersikap berbeda kepada Selena, sehingga dia pun segera berjalan maju dua langkah."Semua orang di sini ingin meminta bantuan Pak Harvey? Nona, meminta bantuan orang lain mana boleh dengan cara tidak tulus begini? Kamu bahkan tidak menyalakan rokok untuk Pak Harvey."
Segelas air panas dengan goji berry disodorkan ke hadapan Selena. "Jika tidak bisa minum, jangan dipaksa. Cinta bisa melukai hati, minuman keras bisa merusak tubuh. Nona sebaiknya jangan minum minuman beralkohol, minumlah segelas air hangat untuk menghangatkan perut."Suara Johan terdengar lembut, seperti sosok seorang kakak laki-laki. Dia tahu identitas Selena, jadi dia pun juga sangat memperhatikannya.Selena tersenyum dengan penuh rasa terima kasih ke arah Johan. Namun, sebelum sempat mengucapkan terima kasih, Harvey menatapnya dengan sorot mata yang lebih dingin lagi."Masih ada dua gelas," ujar Harvey mengingatkannya dengan nada suara yang dingin.Johan tahu betapa pentingnya Selena bagi Harvey, sehingga Johan pun langsung mengernyitkan keningnya. Ada hal tertentu yang sudah terjadi, bukan hanya melukai orang lain, tetapi juga melukai diri sendiri."Baik." Selena mengangkat gelas itu tanpa ragu-ragu, seperti seorang jenderal yang akan pergi berperang dan tidak akan pernah kembali.
Kata-kata seperti itu sangat menyakitkan, tetapi Selena tidak punya pilihan lain.Selena terpaksa menurunkan tangannya yang sebelumnya hendak menghalangi Harvey. Tangan Harvey sudah mencapai jaket Selena yang di baliknya ada sweater. Di dalam sweter ada rompi bulu, dan di dalam rompi bulu masih ada pakaian penghangat.Harvey pun mengerutkan alis dan bertanya dengan bingung, "Apakah kamu seorang wanita tua? Kenapa kamu berpakaian begitu tebal?"Selena pun tersipu. Dia menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku takut kedinginan."Harvey segera menyadari suatu hal. Tubuh Selena sangat kurus, sehingga dia tampak tidak gemuk meski mengenakan pakaian begitu tebal.Ketika telapak tangan Harvey menyentuh kulit Selena, terasa tulang punggungnya yang menonjol, seolah-olah hanya ada lapisan kulit tipis di atas tulang itu. Sejak kapan dia menjadi kurus seperti ini?Niat jahat Harvey tadi seketika menghilang sepenuhnya, bahkan digantikan oleh rasa bersalah yang tak tampak.Selena sendiri tidak tahu meng