Hari baru tiba, suara kicauan burung di luar membuat Selena terbangun.Sinar matahari yang hangat menyinari kasur besar yang empuk, Selena mengucek matanya, sementara beberapa burung berwarna-warni berdiri di pilar batu di balkon luar.Ada yang berkicau, ada juga yang merapikan bulu-bulunya. Pantulan langit biru dan awan putih di kejauhan membuat dunia menjadi sangat lembut.Selena kembali mengucek matanya, pikirannya linglung sesaat sebelum menyadari bahwa dia sudah berada di negara lain.Di sini beriklim sedang, lembap sepanjang tahun dengan vegetasi yang lebat, berbeda dengan Kota Arama yang hampir sepanjang waktu kering dan dingin.Selena sangat suka di sini, dia turun dari kasur, mencuci muka dan menggosok giginya.Setiap kali berhadapan dengan rumah mewah ini, dia selalu berkhayal bahwa dia adalah seorang putri yang tinggal di istana. Keluarga Irwin ini memang sangat kaya rayaBegitu keluar kamar, dia langsung disambut oleh wajah-wajah yang tersenyum, "Selamat pagi, Nyonya muda,"
"Kakek, sadarlah, aku ini Selena, bukan Nona Fanny," jelas Selena dengan segera.Selama beberapa saat, Kakek menatap Selena lekat-lekat, tangannya semakin menggenggam erat tangan Sslena."Nggak mungkin, jelas-jelas kamu itu Fanny. Kamu nggak bisa menipuku semudah itu."Selena hanya terdiam, ada apa dengan keluarga Irwin? Dari yang tua sampai anak-anak, otaknya tidak terlalu pintar.Tepat saat Selena tidak tahu harus berbuat apa, Harvey muncul, menghampiri mereka dan melepaskan genggaman Kakek, "Kakek, ini istriku, Kakek salah orang lagi," jelasnya."Kamu itu sembarangan, mana mungkin Fanny itu istrimu? Dan kamu, dasar anak nakal, kenapa kamu memanggilku Kakek? Seorang putra saja aku nggak punya, apalagi cucu laki-laki!"Harvey agak sakit hati menatap Kakek. Walaupun selama ini Kakek bersikap keras terhadapnya, namun dia tetap memberikan kasih sayang yang cukup untuknya.Baginya, Kakek adalah orang yang paling penting. Melihat orang yang dulunya sangat berkuasa di pusat perbelanjaan, da
Harvey merasa akan sangat bagus jika bisa mengetahui keberadaan Nona Fanny dari kakeknya. Dengan begitu, dia tidak perlu bersusah payah mencari jawaban seperti mencari jarum di tumpukan jerami.Akan tetapi, Kakek malah berkata dengan marah, "Nona Fanny siapa? Aku hanya mengenal nenekmu. Jangan mencemarkan nama baikku, kalau sampai nenekmu tahu aku membicarakan gadis lain, malam ini dia akan bangkit dari peti mati untuk mencari perhitungan denganku.""Kek, aku nggak sedang bercanda. Barusan Kakek benar-benar memegang tangan Seli dan memanggilnya Nona Fanny."Kakek mendengkus dingin dan berkata, "Kenapa sekarang kamu semakin naif? Bisa-bisanya kamu percaya pada pria tua yang sudah nggak waras ini. Kalau aku bilang pernah melihat Ultraman, apa kamu akan percaya?"Harvey tidak bisa berkata-kata.Sikap Kakek sekarang lebih energik daripada saat masih muda dan ini membuat Harvey kewalahan. Selain itu, Kakek sekarang berbicara dan bertindak seperti anak nakal.Segera, Kakek tidak memedulikan
Melihat Selena dan Harvey tidak ada niat untuk memiliki anak, Kakek tidak memaksa mereka meski khawatir karena itu adalah urusan mereka sendiri.Dia yang cerdas pasti akan mencari cara lain, jadi untuk sementara waktu dia tidak akan mengungkit topik tersebut."Baiklah, kalau kalian nggak mau. Omong-omong, sebentar lagi ulang tahun Kakek. Sejak nenekmu meninggal, Kakek nggak pernah merayakan ulang tahun lagi. Tahun ini, kalian berdua ada di sini, jadi bisa merayakannya dengan meriah. Hal ini aku serahkan padamu, Selena."Mendengar itu, Selena segera menggelengkan kepala dan menolak, "Aku nggak bisa melakukannya, Kek. Ada Ibu di sini. Selain nggak boleh mengambil alih tugas nyonya rumah di keluarga ini, aku juga baru datang dan nggak terlalu mengerti. Aku pasti nggak akan bisa melakukannya dengan baik."Kakek ingin merayakan pesta ulang tahun, ini bukanlah hal yang sederhana seperti mencari tempat untuk makan bersama. Dari mengundang tamu hingga mengatur setiap detailnya, semuanya sangat
"Lihatlah kalian berdua, langsung menghilang untuk bermesraan," ujar Kakek yang tiba-tiba tidak tahu dari mana muncul.Selena langsung membuat jarak dengan Hervey dengan wajah memerah. Dia terlihat seperti murid yang ketahuan pacaran."Kalian sudah menikah cukup lama, kenapa kamu masih malu-malu seperti gadis kecil. Kakek nggak akan menggoda kalian lagi. Melihat kalian begitu rukun, nenek di alam sana juga akan tenang. Harvey sini, temani Kakek bermain catur.""Baik, Kek."Kemudian, Harvey mengikuti Kakek pergi. Ketika tidak ada orang di sekitar, Kakek baru berbicara padanya, "Apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Selena?""Nggak ada.""Nggak ada? Otakku bermasalah bukan berarti mataku bermasalah. Kenapa dia nggak bereaksi ketika Kakek menyebut banyak hal? Kenapa sampai sekarang masih belum punya anak? Jelas-jelas tiga tahun lalu dia ingin memiliki anak denganmu. Kenapa sekarang malah nggak mau?"Meskipun terkadang linglung, Kakek masih tetap tajam seperti sebelumnya.Harvey tahu
Harvey tentu pernah memikirkan kemungkinan itu. Kemungkinan itu juga yang paling ditakutinya di dalam hati."Efek obat ini sangat stabil. Aku nggak akan memberinya kesempatan untuk mengingat kembali.""Nggak ada hal yang pasti di dunia ini. Sekarang yang paling penting adalah menyelesaikan masalahmu dengan Agatha dulu. Jangan biarkan dia mengganggumu lagi. Sekarang situasi sudah seperti ini, kita hanya bisa menghentikan kerugian secepat mungkin. Selain itu, sebaiknya Selena segera mengandung anakmu."Harvey mengernyit dan berkata, "Sudah dua kali Seli melahirkan secara prematur, jadi kondisinya akan sulit untuk hamil.""Kamu bisa membayar orang untuk merawatnya sampai kondisinya sehat. Wanita selalu menjadi makhluk yang sensitif. Apa kamu nggak pernah berpikir apa yang akan dia lakukan ketika dia mengingat semua hal yang pernah kamu lakukan padanya?"Harvey teringat bahwa meskipun Selena sekarang kehilangan ingatannya, Selena tetap waspada terhadap dirinya. Hal ini menunjukkan betapa S
Perkataan Selena langsung membuat Gita tidak senang dan mengeluh kepada Ellia, "Bibi Ellia, lihat dia! Begitu nggak berpendidikan! Aku hanya berniat baik ...."Awalnya Ellia hanya menonton pertarungan kedua orang itu dari samping. Siapa sangka dia tiba-tiba terseret ke dalam pertarungan tersebut."Berniat baik?" Ellia mendengkus. Setelah meletakkan sendok ke meja, dia mengusap mulutnya dengan anggun."Kenapa aku nggak merasa itu adalah niat baik? Kamu dari tadi mengata-ngatai keluarganya."Selena membelalak saat melihat Ellia. Dia tidak menyangka bahwa dirinya telah menghabiskan begitu banyak waktu bersama Ellia, tetapi pada akhirnya Ellia malah memihak pada Selena."Bibi Ellia, aku hanya ingin membelamu. Dia sebagai menantumu seharusnya merawatmu dengan baik, tapi dia setiap hari bangun begitu siang. Dia sama sekali nggak menghargaimu sebagai ibu mertuanya."Ellia melirik ke arahnya sambil berkata, "Kalau dia nggak menghargaiku, siapa yang menghargaiku?"Mendengar ucapan itu, sikap Gi
Mainan?Gita tercengang. Dia mengira dirinya salah dengar karena tidak mungkin hinaan seperti itu keluar dari mulut orang tua."Bibi Ellia, apa Bibi begitu membenciku? Padahal selama dua tahun ini Bibi jelas-jelas sangat menyukai aku."Saat mengucapkan kata-kata itu, Gita meneteskan air matanya dan terlihat sangat bersedih.Siapa sangka, tindakannya itu malah membuat Ellia semakin membencinya. Ellia langsung berkata dengan ekspresi masam, "Jangan berakting seperti itu di depanku, aku bukan pria dan paling benci sikapmu seperti ini."Gita semakin terkejut. Dia pikir selama dua tahun ini dia sudah memberikan perhatian yang cukup kepada Ellia. Meskipun Ellia terlihat dingin, dia mengira Ellia tetap akan mengingat kebaikannya.Sekarang Gita baru menyadari bahwa dia hanya menghibur dirinya sendiri dengan berpikir seperti itu."Bibi Ellia, karena Bibi sangat membenciku, aku nggak akan mengganggu Bibi lagi. Ingatlah untuk minum obat tepat waktu ... "Gita pura-pura menerima semuanya dan berka