Mainan?Gita tercengang. Dia mengira dirinya salah dengar karena tidak mungkin hinaan seperti itu keluar dari mulut orang tua."Bibi Ellia, apa Bibi begitu membenciku? Padahal selama dua tahun ini Bibi jelas-jelas sangat menyukai aku."Saat mengucapkan kata-kata itu, Gita meneteskan air matanya dan terlihat sangat bersedih.Siapa sangka, tindakannya itu malah membuat Ellia semakin membencinya. Ellia langsung berkata dengan ekspresi masam, "Jangan berakting seperti itu di depanku, aku bukan pria dan paling benci sikapmu seperti ini."Gita semakin terkejut. Dia pikir selama dua tahun ini dia sudah memberikan perhatian yang cukup kepada Ellia. Meskipun Ellia terlihat dingin, dia mengira Ellia tetap akan mengingat kebaikannya.Sekarang Gita baru menyadari bahwa dia hanya menghibur dirinya sendiri dengan berpikir seperti itu."Bibi Ellia, karena Bibi sangat membenciku, aku nggak akan mengganggu Bibi lagi. Ingatlah untuk minum obat tepat waktu ... "Gita pura-pura menerima semuanya dan berka
Saat berbelanja bersama Ellia, Selena merasa sedikit aneh karena pertama kali dalam hidupnya dia berbelanja bersama ibu mertua.Dia akhirnya memahami dan melihat langsung apa yang disebut orang kaya. Padahal di rumah masih ada banyak pakaian baru yang bahkan belum lepas labelnya, tetapi Ellia membeli setumpuk pakaian baru tanpa ragu-ragu.Selena tidak tahu apakah dia dulu boros, tetapi yang pasti sekarang dia merasa tidak nyaman ketika melihat harga-harga pakaian tersebut.Sebaliknya, Ellia berkata dengan tenang kepadanya, "Ayo belanjalah. Kalau kamu nggak membelanjakan uang ini, apa kamu ingin uang ini diberikan kepada selingkuhan? Jangan khawatir, Keluarga Irwin nggak kekurangan uang."Saat Selena tersenyum canggung, Ellia melanjutkan ucapannya, "Keluarga Davira juga nggak kekurangan uang."Selena tidak tahu latar belakang Keluarga Davira. Dia hanya pernah mendengar kabar bahwa dulu Ellia dengan nekat ingin menikah dengan Naufan. Dia bahkan menolak teman masa kecilnya demi Naufan dan
Selena tidak merasa familier ketika melihat gadis yang memiliki mata yang indah itu, jadi seharusnya bukan orang yang dia kenal.Namun, raut wajah gadis itu terlihat seperti mengenal dirinya."Kamu mengenalku?" tanya Selena dengan inisiatif.Ekspresi gadis kembali tenang, dia tersenyum dan berkata, "Bisa dibilang begitu."Dia berdiri. Kemudian, dengan anggun dan percaya diri, dia mengulurkan tangannya ke arah Selena sambil berkata, "Halo, namaku Shira Bennett."Nama ini …Mendengar nama itu, Selena langsung bertanya, "Apa kamu anggota Keluarga Bennett?"Kartu nama yang diberikan Shane masih tersimpan di tas Selena. Selena tidak menyangka akan bertemu dengan anggota Keluarga Bennet lagi dalam waktu sesingkat ini."Ya. Kakakku pernah memberi tahu kami bahwa kalau bukan karena kamu, kami nggak akan pernah bisa menemukan jasad kakak perempuanku. Aku selalu ingin mengunjungimu, tapi nggak kusangka kita bertemu di sini. Kamu lebih cantik daripada yang kulihat di internet."Shira tersenyum ke
Selena tahu ada yang tidak beres, tetapi karena melihat Ellia bersikap tidak ingin meladeni wanita itu, dia menyimpan rasa penasarannya. Selena dengan sopan mengangguk ke arah wanita itu sambil berkata, "Permisi, ya."Namun, wanita itu malah dengan akrabnya memegang tangan Selena dan berkata, "Kamu pasti Selena, 'kan? Aku sudah beritanya. Kamu sangat serasi dengan Harvey. Kalian sungguh pasangan yang sempurna."Menyadari Selena terlihat sedikit bingung, wanita itu berinisiatif memperkenalkan dirinya, "Aih, aku begitu senang sampai lupa. Kamu pasti belum mengenalku, 'kan? Aku bibinya Harvey. Kamu bisa panggil aku Bibi Jesika."Mendengar itu, Selena langsung tahu siapa wanita itu. Jesika, wanita kesayangan Naufan, yang juga merupakan awal dari penderitaan di Keluarga Irwin. Selena tidak menyangka dia bisa bertemu pelakor ini.Selena pun mengerti mengapa Ellia bersikap seperti itu. Sekarang Jesika sengaja mendekati dirinya, yang pertama untuk memberi kesan baik di depannya dan yang kedua
Selena sedikit takut kondisi Ellia yang baru membaik akan memburuk kembali. Dia dengan tegang mengamati ekspresi ketiga orang itu.Naufan baru menyadari kehadiran Ellia. Sorot matanya terpaku pada Ellia sejenak sebelum dia mengalihkan pandangannya.Perasaan yang terpancar dari mata itu sulit untuk dideskripsikan dengan satu perasaan saja.Sebaliknya, Ellia sama sekali tidak melihatnya. Dia hanya menggerutu pelan, "Sungguh hari yang sial."Meskipun suaranya pelan, tetapi cukup untuk didengar oleh semua orang.Ellia dengan santai berkata kepada penjual, "Bungkus semua ini untukku."Si penjual yang terlihat kewalahan itu mencoba menjelaskan, "Ini ... anting ini sudah dipesan oleh Nyonya Irwin terlebih dulu dan sudah nggak ada stok lagi. Barusan, saya memberikannya kepada Anda hanya untuk dipadankan dengan kalung."Nyonya Irwin.Dua kata yang seperti pisau.Jesika segera berkata, "Nggak apa-apa, Kak. Kita semua sekeluarga. Kalau kamu suka anting ini, ambil saja. Biar Kak Naufan yang membay
Harvey sungguh mirip dengan Naufan. Terutama wajah yang jarang mengekspresikan perasaannya. Seperti pada saat ini, tidak ada yang bisa memahami perasaan Naufan melalui wajahnya.Setelah berjalan cukup jauh, Selena akhirnya bertanya, "Ibu nggak apa-apa, 'kan?""Memangnya aku kenapa? Wanita itu hanya menggunakan cara kotor seperti dulu. Dia sengaja berbicara seperti itu hanya untuk membuatku marah saja."Seperti teringat sesuatu, Ellia tertawa kecil dan berkata, "Sebenarnya trik yang digunakan wanita itu murahan. Dia hanya memanfaatkan cintaku pada pria itu. Semakin mencintai semakin aku mudah marah. Meskipun tahu dia menjebakku, aku selalu nggak bisa mengendalikan diri dan jatuh ke perangkapnya. Hal inilah yang membuat orang-orang selalu salah paham padaku.""Kalau hanya salah paham, apa Ibu nggak pernah mencoba menjelaskannya?"Ellia menarik Selena ke sebuah restoran di lantai paling atas. Di bawah embusan angin AC, dia mengaduk kopinya sambil menceritakan masa lalunya kepada Selena."
Selena mengernyit dan berseru, "Tapi ini nggak adil untuk Ibu!""Adil? Kamu sungguh bodoh. Ada orang yang bekerja keras untuk bisa makan tiga kali sehari. Melakukan pekerjaan kotor dan melelahkan. Ketika dia melihat ke atas gedung yang tinggi, anak kecil yang berada di atas gedung itu adalah pewaris gedung tersebut. Di dunia ini, nggak ada keadilan mutlak?"Selena terdiam. Ellia dengan serius berkata, "Nak, kamu masih muda. Ada banyak hal yang nggak sesederhana yang kamu lihat. Tebaklah, kenapa aku yang sudah tahu kebenaran nggak menghukum wanita itu?""Apakah karena takut dengan Tuan Naufan?""Takut dia? Hmph. Hanya ketika kamu benar-benar mencintai seseorang, kamu akan peduli dengan perasaan dan pikirannya. Ketika kamu nggak mencintainya lagi, dia bahkan nggak sebanding dengan rumput liar di pinggir jalan. Aku nggak mengatakannya karena tahu jelas ambisi wanita itu."Dari ekspresi Ellia, tidak terlihat dia dibutakan oleh cinta lagi, hanya terlihat sangat dingin."Dia ingin menjadi Ny
Ellia menatapnya dan bertanya, "Ada apa? Kamu nggak enak badan?"Selena memegang perutnya dan terlihat kesakitan. "Lambungku tiba-tiba terasa sakit, bukan hal yang serius," ujarnya."Kalau begitu, jangan minum yang dingin-dingin lagi. Ibu akan panggil dokter keluarga untuk memeriksamu."Selena menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak perlu repot-repot. Aku sudah melakukan pemeriksaan sebelum datang ke sini.""Meskipun kamu sudah melakukan pemeriksaan lain, belum tentu melakukan pemeriksaan lambung. Kalau masih nggak nyaman, lebih baik lakukan pemeriksaan khusus dengan endoskopi lambung."Selena terlihat tidak peduli dan berkata, "Mungkin hanya sakit lambung biasa. Kopi ini terlalu dingin, nanti cukup makan obat lambung saat pulang ke rumah. Setelah pesta ulang tahun kakek selesai, aku baru akan pergi melakukan pemeriksaan detail.""Baiklah."Ellia mengulurkan tangannya, memanggil seorang pengawal untuk pergi membeli obat. Kemudian, dia juga meminta seseorang untuk membawakan segelas