Selena tahu ada yang tidak beres, tetapi karena melihat Ellia bersikap tidak ingin meladeni wanita itu, dia menyimpan rasa penasarannya. Selena dengan sopan mengangguk ke arah wanita itu sambil berkata, "Permisi, ya."Namun, wanita itu malah dengan akrabnya memegang tangan Selena dan berkata, "Kamu pasti Selena, 'kan? Aku sudah beritanya. Kamu sangat serasi dengan Harvey. Kalian sungguh pasangan yang sempurna."Menyadari Selena terlihat sedikit bingung, wanita itu berinisiatif memperkenalkan dirinya, "Aih, aku begitu senang sampai lupa. Kamu pasti belum mengenalku, 'kan? Aku bibinya Harvey. Kamu bisa panggil aku Bibi Jesika."Mendengar itu, Selena langsung tahu siapa wanita itu. Jesika, wanita kesayangan Naufan, yang juga merupakan awal dari penderitaan di Keluarga Irwin. Selena tidak menyangka dia bisa bertemu pelakor ini.Selena pun mengerti mengapa Ellia bersikap seperti itu. Sekarang Jesika sengaja mendekati dirinya, yang pertama untuk memberi kesan baik di depannya dan yang kedua
Selena sedikit takut kondisi Ellia yang baru membaik akan memburuk kembali. Dia dengan tegang mengamati ekspresi ketiga orang itu.Naufan baru menyadari kehadiran Ellia. Sorot matanya terpaku pada Ellia sejenak sebelum dia mengalihkan pandangannya.Perasaan yang terpancar dari mata itu sulit untuk dideskripsikan dengan satu perasaan saja.Sebaliknya, Ellia sama sekali tidak melihatnya. Dia hanya menggerutu pelan, "Sungguh hari yang sial."Meskipun suaranya pelan, tetapi cukup untuk didengar oleh semua orang.Ellia dengan santai berkata kepada penjual, "Bungkus semua ini untukku."Si penjual yang terlihat kewalahan itu mencoba menjelaskan, "Ini ... anting ini sudah dipesan oleh Nyonya Irwin terlebih dulu dan sudah nggak ada stok lagi. Barusan, saya memberikannya kepada Anda hanya untuk dipadankan dengan kalung."Nyonya Irwin.Dua kata yang seperti pisau.Jesika segera berkata, "Nggak apa-apa, Kak. Kita semua sekeluarga. Kalau kamu suka anting ini, ambil saja. Biar Kak Naufan yang membay
Harvey sungguh mirip dengan Naufan. Terutama wajah yang jarang mengekspresikan perasaannya. Seperti pada saat ini, tidak ada yang bisa memahami perasaan Naufan melalui wajahnya.Setelah berjalan cukup jauh, Selena akhirnya bertanya, "Ibu nggak apa-apa, 'kan?""Memangnya aku kenapa? Wanita itu hanya menggunakan cara kotor seperti dulu. Dia sengaja berbicara seperti itu hanya untuk membuatku marah saja."Seperti teringat sesuatu, Ellia tertawa kecil dan berkata, "Sebenarnya trik yang digunakan wanita itu murahan. Dia hanya memanfaatkan cintaku pada pria itu. Semakin mencintai semakin aku mudah marah. Meskipun tahu dia menjebakku, aku selalu nggak bisa mengendalikan diri dan jatuh ke perangkapnya. Hal inilah yang membuat orang-orang selalu salah paham padaku.""Kalau hanya salah paham, apa Ibu nggak pernah mencoba menjelaskannya?"Ellia menarik Selena ke sebuah restoran di lantai paling atas. Di bawah embusan angin AC, dia mengaduk kopinya sambil menceritakan masa lalunya kepada Selena."
Selena mengernyit dan berseru, "Tapi ini nggak adil untuk Ibu!""Adil? Kamu sungguh bodoh. Ada orang yang bekerja keras untuk bisa makan tiga kali sehari. Melakukan pekerjaan kotor dan melelahkan. Ketika dia melihat ke atas gedung yang tinggi, anak kecil yang berada di atas gedung itu adalah pewaris gedung tersebut. Di dunia ini, nggak ada keadilan mutlak?"Selena terdiam. Ellia dengan serius berkata, "Nak, kamu masih muda. Ada banyak hal yang nggak sesederhana yang kamu lihat. Tebaklah, kenapa aku yang sudah tahu kebenaran nggak menghukum wanita itu?""Apakah karena takut dengan Tuan Naufan?""Takut dia? Hmph. Hanya ketika kamu benar-benar mencintai seseorang, kamu akan peduli dengan perasaan dan pikirannya. Ketika kamu nggak mencintainya lagi, dia bahkan nggak sebanding dengan rumput liar di pinggir jalan. Aku nggak mengatakannya karena tahu jelas ambisi wanita itu."Dari ekspresi Ellia, tidak terlihat dia dibutakan oleh cinta lagi, hanya terlihat sangat dingin."Dia ingin menjadi Ny
Ellia menatapnya dan bertanya, "Ada apa? Kamu nggak enak badan?"Selena memegang perutnya dan terlihat kesakitan. "Lambungku tiba-tiba terasa sakit, bukan hal yang serius," ujarnya."Kalau begitu, jangan minum yang dingin-dingin lagi. Ibu akan panggil dokter keluarga untuk memeriksamu."Selena menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak perlu repot-repot. Aku sudah melakukan pemeriksaan sebelum datang ke sini.""Meskipun kamu sudah melakukan pemeriksaan lain, belum tentu melakukan pemeriksaan lambung. Kalau masih nggak nyaman, lebih baik lakukan pemeriksaan khusus dengan endoskopi lambung."Selena terlihat tidak peduli dan berkata, "Mungkin hanya sakit lambung biasa. Kopi ini terlalu dingin, nanti cukup makan obat lambung saat pulang ke rumah. Setelah pesta ulang tahun kakek selesai, aku baru akan pergi melakukan pemeriksaan detail.""Baiklah."Ellia mengulurkan tangannya, memanggil seorang pengawal untuk pergi membeli obat. Kemudian, dia juga meminta seseorang untuk membawakan segelas
Naufan tampak sedikit kesal. Mereka sudah lama tidak bertemu, tetapi wanita yang dulu selalu mengikutinya sekarang berani mempermalukannya.Naufan pun tidak pergi, malah duduk sambil berkata, "Nggak perlu. Kami saling kenal."Pelayan hanya menatap mereka dengan bingung.Ellia dengan anggun meletakkan pisau di tangannya dan mengambil tisu untuk membersihkan mulutnya. Dia tidak ingin lagi meladeni Naufan, jadi dengan lembut berkata kepada Selena, "Ayo kita makan di tempat lain.""Ya," jawab Selena.Selena sudah menunggu cukup lama sebelum makanan disajikan. Dia sangat lapar sekarang, tetapi dia juga tidak ingin makan bersama dengan dua orang itu.Dia mengangguk kecil sambil berkata kepada dua orang itu, "Permisi."Raut wajah Naufan semakin terlihat masam. Selena menggandeng lengan Ellia dan pergi dari sana."Berhenti!"Naufan mungkin marah karena sikapnya Ellia, tetapi dia melampiaskannya ke Selena, "Kamu adalah istri Harvey, yang berarti adalah menantuku. Apa ini cara kamu menghormati o
Kata-kata itu mengartikan dia sudah sepenuhnya memaafkan semua perbuatan Ellia dulu. Saat itu, Ellia memang sedang sakit. Meskipun sedang sangat menderita, Ellia tetap melahirkannya.Harvey awalnya berpikir tidak akan berhubungan lagi dengan Ellia untuk selamanya.Namun dia tidak menduga bahwa Ellia bisa keluar dari trauma masa lalu itu. Ditambah dengan apa yang sudah dia lalui bersama Selena, Harvey hanya ingin menghargai keluarganya dengan baik.Ellia duduk di depan, sementara Harvey dan Selena duduk berdampingan di belakang.Selena tersenyum sambil menatapnya dan bertanya, "Kenapa kamu ada di sini?""Datang menjemputmu. Kamu belum sempat makan, 'kan? Sampai di rumah aku akan masak untukmu."Melihat pria yang begitu mencintainya, Selena tersenyum manis dan menjawabnya, "Oke."Dia mulai percaya pada ucapan Ellia bahwa Harvey dan Naufan adalah orang yang berbeda. Bagaimana mungkin pria seperti Harvey tega menyakiti dirinya, 'kan?"Bodyguard mengulurkan air dan obat melalui jendela, Har
Ketakutan yang dirasakan Selena bukan karena mobil kehilangan kendali, melainkan dari alam bawah sadarnya.Begitu masuk ke jalanan menurun, sang sopir berusaha menjaga laju mobil tetap stabil, tetapi kecepatan mobil seketika melaju begitu cepat.Suara desir angin yang begitu keras menutupi suara detak jantung Harvey.Potongan-potongan memori yang samar muncul di benak Selena. Mobil yang melaju cepat di tengah hujan di malam hari, suara petir yang menggelegar di langit dan jeritan wanita yang sedang menangis yang memilukan hati."Akh!"Selena langsung memegang kepalanya. Kepalanya terasa sangat sakit seperti tercabik-cabik."Seli! Jangan takut, aku di sini," ujar Harvey sambil memeluknya erat.Selena refleks menarik kerah baju Harvey, dia berteriak sambil menutup matanya, "Aku takut, Harvey, aku takut!"Yang dia takutkan bukanlah mati, tetapi sesuatu yang lebih menakutkan daripada kematian.Namun dia tidak mengerti perasaan ini. Jika dia bahkan tidak takut mati, apa sebenarnya yang seda