Setelah selesai berbicara, Harvey menggandeng tangan Selena dan pergi dengan angkuh, meninggalkan Wina yang masih berusaha meredam emosinya.Pria ini lebih keras kepala dibandingkan dengan saat mereka masih kecil, seperti batu besar yang keras dan bau, sulit untuk diajak berbicara.Melihat mereka berdua berjalan pergi sambil bergandengan tangan, Wina hampir saja mematahkan giginya karena menahan emosi.Senyum dingin terangkat di sudut bibirnya, seperti ular yang bersembunyi di tempat gelap, matanya bersinar dengan cahaya hijau samar, mengeluarkan racun yang mematikan.Selena memiringkan tubuhnya untuk menatap Harvey. Menyadari tatapan wanita yang ada di sebelahnya itu, Harvey langsung menundukkan pandangannya. "Kenapa? Kalau kamu masih penasaran, tanya aja langsung, jangan mikir yang nggak-nggak."Selena mengangkat alisnya, "Memangnya waktu itu kamu beneran niat pengen bunuh keluarganya?""Iya."Harvey berkata tanpa ragu, "Ibuku punya penyakit mental, jadi ibuku nggak begitu perhatian
Di lorong itu, hanya ada dia dan Harvey saja, sama sekali tidak ada orang lain. Selena sudah bisa mendengar suara musik dan pembawa acara yang ramai dari balik tirai, menunjukkan bahwa ini adalah lokasi sebuah acara tertentu.Dia tidak terlalu mengerti mengapa Harvey harus membuatnya begitu misterius jika pria itu ingin membawanya ke acara tersebut?Dia menoleh ke arah Harvey dan berbisik, "Ini acara apa? Harusnya kamu kasih tahu aku dulu, biar aku bisa siapin mental."Di atas kepala mereka, sebuah lampu menyala dan menyinari wajah tampan pria itu dengan jelas, menyamarkan semua fitur tajamnya."Acaranya nggak penting, kok, yang penting kita dateng ke sini bersama-sama."Suara pembawa acara terdengar dari luar, dan dari sorak sorai di bawah, Selena bisa menyimpulkan bahwa ini adalah pesta penghargaan festival film.Hal ini membuatnya makin penasaran dengan identitas Harvey. Bukankah dia hanya seorang kepala proyek? Bagaimana bisa dia menghadiri acara seperti ini?Dalam beberapa hari se
Pikiran Selena menjadi agak kacau, detak jantungnya berdegap sangat cepat.Sepertinya adegan ini adalah sesuatu yang telah dia nantikan selama ini.Dia diam-diam menatap Harvey. Di bawah sorot lampu dan tatapan ribuan pasang mata, pria itu terlihat sangat berkilauan.Mata pria itu seolah-olah menyimpan ribuan bintang, memiliki daya tarik yang luar biasa."Dulu, karena terlalu cinta sama istriku, aku menyembunyikan dan menutupi semua kelebihannya. Tapi sekarang, aku pengen kasih dia semua perhatian yang pantas dia dapatkan."Harvey telah berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan Selena selama ini, hanya untuk melindunginya, tetapi pada akhirnya, orang yang membuat Selena terluka adalah dirinya sendiri.Oleh karena itu, dia ingin mencoba cara yang berbeda, entah itu dengan menebus seluruh kesalahannya, atau dengan memberikan wanita itu perhatian yang besar.Jika ini yang diinginkan Selena, dia akan mengorbankan segalanya untuk memenuhi permintaan wanita yang dicintainya itu.Dia tidak
Setelah memberikan penghargaan, Harvey membawa Selena ke tempat duduk yang disiapkan khusus untuk mereka. Ketika lampu meredup, Selena menggerutu di telinganya, "Kenapa kamu nggak ngasih tahu aku dulu, sih? Aku nggak ada persiapan sama sekali, jadi kelihatan bodoh, 'kan, di atas panggung."Mendengar keluhan Selena, Harvey hanya tersenyum lembut."Aku mau ngasih kejutan.""Kamu sukses besar, sih, telapak tangaku sampe keringetan, aku mau ke kamar mandi sebentar.""Oke."Saat Selena baru saja bangkit dari duduknya, Harvey memberi isyarat kepada Chandra dan beberapa orang lainnya untuk mengikuti Selena dan melindunginya secara diam-diam.Harvey sendiri duduk santai di kursi sambil bermain-main dengan cincin pernikahannya, sorot dingin terpancar dari matanya.Ponsel di sakunya terus bergetar, meskipun sudah ditolak beberapa kali, orang yang meneleponnya tetap gigih. Akhirnya, dia harus bangkit dan pergi menjauh untuk mengangkat panggilan tersebut.Selena masih agak linglung setelah acara p
Melihat raut wajah Wina berubah, Selena dengan santai mengeringkan tangannya dengan tisu, kemudian perlahan-lahan mengoleskan krim tangan."Nona Wina, aku nggak mengerti apa yang ingin kamu buktikan di depanku. Apakah itu permainan rumah-rumahan anak usia tiga atau lima tahun, atau latar belakang keluargamu yang membuatmu bangga? Yang aku tahu, dalam cinta, orang yang tidak dicintai adalah pecundang. Terlebih lagi, perasaannya terhadapmu, aku kira dia lebih peduli pada penjual ubi bakar di persimpangan daripadamu."Selena meletakkan krim tangan. "Jika aku membuatmu malu, kenapa masih berani maju dan melompat?""Selena, kita tunggu dan lihat siapa yang akan menjadi pecundang. Kita akan segera bertemu lagi."Wina awalnya ingin melontarkan kata-kata kasar, tetapi dia tidak menyangka Selena akan membalasnya dengan cepat dan membuatnya tidak bisa berkata-kata.Benar, yang membuatnya bangga bukan hal lain, tetapi cinta Harvey padanya.Tanpa Harvey, dirinya bukan apa-apa.Namun, dengan bersam
Semua orang ramai membicarakannya."Benar-benar, apakah Selena menganggap dirinya sendiri bunda maria? Jangan karna petugas kebersihan adalah orang miskin. Jadi, kalau mereka melakukan kesalahan mereka bisa dibebaskan tanpa dosa. Kalau demikian bagaimana kalau besok aku pergi ke jalan dan menabrakkan diri ke Rolls-Royce, lalu bilang kalau aku tidak punya uang. Jadi tidak apa apa?""Nyonya Irwin, ‘kan kaya raya, jadi langsung saja bantu bayar satu miliar itu. Untuk apa mempersulit orang kecil dengan hanya bersimpati?""Benar juga. Tadi di atas panggung aku masih berpikir dia dan Tuan Harvey serasi bagaikan langit dan bumi. Sekarang dilihat, tidak ada yang istimewa. Uang kami para artis tidak didapat dengan mudah. Gaun seperti ini memang susah dipinjam, sekarang kena air jadi rusak. Kalau sampai gaun ini rusak, kami akan masuk daftar hitam. Kerugian ini nggak cuman bisa dihapus dengan omong saja.""Bukan hanya satu miliar, dua miliar pun tidak cukup. Devi Caraka menawarkan harga yang san
Harvey mendekat ke Selena dengan cepat dan langsung menariknya ke dalam pelukannya, "Kamu baik-baik saja?""Aku baik-baik saja. Kebetulan tadi aku melihat ada orang yang sedang menindas kelompok yang lemah, jadi aku menolong mereka."Setelah menjelaskan, Selena melihat ke arah Denisa. "Saya bisa menunjukkan bukti pembelian gaun, serta foto gaun yang tergantung di lemari pakaian di rumah saya. Nona Denisa sendiri bisa memberikan bukti seperti apa?"Melihat Selena yang serius, Denisa hanya bisa terus bersikeras, "Manajer saya yang meminjam gaun ini untuk saya, buktinya ada padanya.""Baiklah, kalau begitu panggil manajer Anda dan tanyakan dengan jelas dari studio pakaian mana dia meminjamnya. Dengan begini, Anda juga akan mendapatkan kejelasan untuk diri Anda sendiri.""Dia, dia baru saja pergi karena ada urusan, mana mungkin saya bisa memanggilnya ke sini?""Jadi, tanpa bukti apa pun, Anda dengan seenaknya menuduh orang lain dan memalsukan harga, bukannya itu berarti Anda melakukan peni
Sebelum debut, Denisa dulunya terkenal sebagai gadis yang berandalan. Sejak kecil hingga dewasa, dialah yang selalu menindas orang lain, tidak pernah ada yang berani menindasnya.Meskipun dia hanya berada di urutan ke-18 di industri hiburan, dia sangat pandai bergaul dan memikat banyak pria.Fokusnya hanya untuk menghasilkan uang, tidak peduli apakah dia bisa berakting atau tidak, asalkan bisa mendapatkan uang, dia tidak peduli dengan cara apa pun.Namun dia tidak pernah mengira bahwa dia akan mengundang malapetaka pada dirinya sendiri. Pupilnya semakin membesar dan dia berkata dengan susah payah, "Kenapa?"Jelas-jelas pria ini terlihat sangat lemah tadi. Bagaimana mungkin tiba-tiba berubah seperti ini?Seluruh tubuhnya memancarkan niat membunuh yang dingin. Pria ini sama sekali bukan seorang petugas kebersihan biasa."Nona Denisa, kalau mau menyalahkan, salahkan dirimu sendiri yang tidak bisa membedakan siapa yang pantas atau pun tidak pantas untuk diusik. Ada orang yang sudah membaya