Fakta telah membuktikan, kegembiraan dan kesedihan manusia tidak saling berhubungan. Di sana, mereka menonton dengan antusias. Di sini, Selena merasa ketakutan."Dengan susah payah, akhirnya aku tiba di titik ini. Harvey, tolong lepaskan aku. Ada banyak hal yang harus kulakukan."Namun, Harvey tidak menghentikan langkahnya. Selena pun menyerangnya. Akan tetapi, Harvey jelas lebih kuat dari Selena.Harvey langsung memeluk Selena erat-erat. "Nggak ada yang lebih penting dari keselamatanmu di dunia ini.""Ini jalan yang kupilih sendiri. Kalau kamu mencintaiku, kamu harus mendukung semua keputusan yang kuambil.""Justru karena aku mencintaimu, aku nggak akan membiarkanmu mengambil jalan yang begitu ekstrem seperti ini. Seli, aku akan balaskan dendammu dengan caraku sendiri. Kamu hanya perlu patuh dan kembali menjadi Nyonya Irwin."Selena menatap Harvey dengan tajam. "Kamu bilang apa? Sudah sejak dulu aku mengatakannya padamu, aku nggak mau lagi menikah denganmu. Kita sudah nggak mungkin la
Selena berusaha sekuat tenaga untuk melawan, tetapi usahanya sia-sia, pria ini terlalu mengenal dirinya.Layaknya ular yang diserang titik lemahnya, Selena sama sekali tidak bisa bergerak. Hatinya menjerit, merasa sangat tidak rela.Dia telah berjuang begitu keras untuk sampai ke titik ini, hampir saja dia bisa masuk ke Blake-X, hampir saja dia bisa melepaskan diri dari Harvey dan mendapatkan kebebasan."Nggak! Aku nggak mau ingatanku hilang!""Harvey, jangan bikin aku benci kamu, ya!""Di mana obat penawarnya? Pasti ada obat penawarnya, 'kan?"Selena menarik kerah pakaian Harvey erat-erat, tetapi pria yang wajahnya penuh darah itu malah tersenyum layaknya seorang psikopat. "Seli, aku nggak pernah mikir buat mundur. Nggak ada obat penawarnya di dunia ini."Selena jatuh terduduk di tanah, kepalanya tertunduk, menatap telapak tangannya yang penuh luka.Hanya dia sendiri yang tahu betapa pahit perjalanannya untuk sampai ke titik ini, Meskipun harus melalui banyak rasa sakit dan sempat beb
"Selena, semoga kamu bahagia, ya.""Aku sudah bilang, 'kan, aku pasti bakal ... melindungi kamu dengan baik, selamanya, selamat tinggal, Selena.""Nak, Ayah pasti bakal melindungi kamu dan bayimu.""Putriku cantik banget, sayang ibu pulang terlambat, ya.""Selena, kamu hebat banget, lagi-lagi kamu jadi nomor satu di seluruh kota.""Selena, aku suka sama kamu, mau nggak kamu jadi pacarku?""Nona kecil, mau beli bakpao lagi, ya? Atau kayak yang biasanya itu? Bibi paham, kok.""Anak baik, kalau cucuku berani gangguin kamu, aku bakal bangkit dari peti matiku dan menghajarnya.""Selena, kamu masih bingung mau kuliah di luar negeri atau nggak? Padahal nilaimu sebagus ini, lho. Kamu benar-benar anak paling berbakat yang pernah kutemui.""Nona, siapa namamu? Nanti aku akan mencarimu."Pada saat itu, orang-orang yang dulu dikenalnya tiba-tiba muncul di depan matanya, seolah-olah mengucapkan perpisahan. Sontak, dia mengulurkan tangannya dan mencoba meraih mereka.Namun, dia sama sekali tidak bis
Cahaya matahari hangat memancar masuk melalui jendela kaca besar, menerangi tempat tidur mewah bergaya Eropa.Di atas tempat tidur, terbaring seorang wanita dengan kulit putih seperti salju, fitur wajahnya anggun, cantik seperti Putri Salju.Mungkin karena merasa terganggu oleh sinar matahari yang terlalu terang, dia mengerutkan keningnya dan perlahan membuka matanya.Saat baru saja bangun, dia merasa pikirannya kosong, disertai dengan rasa sakit yang samar-samar.Seolah-olah ada sesuatu yang telah mengambil semua isi pikirannya, bukan hanya pikirannya yang kosong, bahkan hatinya juga terasa hampa.Siapa dirinya? Di mana dia berada?Suara gemericik air terdengar di telinganya, dan karena penasaran, dia melihat ke arah kamar mandi. Siapa yang sedang mandi?Dia mengangkat selimut dan turun dari tempat tidur, kaki telanjangnya melangkah di atas karpet yang berbulu lembut.Meskipun cuaca di luar sangat dingin, di dalam ruangan ini ada pemanas yang membuat tubuhnya tetap hangat, seperti har
Dengan sedikit sentakkan, Harvey menarik Selena ke dalam pelukannya.Pria yang baru saja selesai mandi itu datang ke arahnya dengan air yang masih menetes dari tubuhnya, meninggalkan aroma sabun mandi yang tercium di udara.Telapak tangan lembutnya menempel di dada Harvey, suhu tubuh pria itu membuatnya merasa sedikit terbakar.Bibir Harvey mendekat ke telinganya dan berbisik dengan lembut, "Kamu punya tahi lalat di paha bagian dalam."Aroma mint segar dari hembusan napas pria itu menggelitik kulitnya, membuat wajahnya seketika merah padam.Melihat hal itu, Harvey tiba-tiba teringat pada saat mereka baru saja mulai berkencan, ekspresinya berubah menjadi lebih lembut.Dia mengusap ujung hidungnya."Sudah, ah, jangan bercanda. Ayo kita makan dulu, habis itu aku bakal ceritain semuanya yang pengen kamu tahu."Setelah berkata begitu, Harvey menggandeng tangan Selena keluar dari kamar tidur. Saat melewati koridor, terlihat banyak foto mereka berdua terpajang di dinding.Di setiap foto, wajah
Alam bawah sadar Selena menjerit, memberitahunya untuk tidak masuk ke ruangan itu.Tangannya terasa kaku saat menyentuh gagang pintu, tetapi tiba-tiba ada sebuah tangan besar yang menutupi punggung tangannya, suara lembut pria itu terdengar di telinganya. "Jangan takut, ada aku yang nemenin kamu."Pintu terbuka.Di dalamnya tidak ada monster menakutkan yang tersegel, juga tidak ada gambar yang mengerikan.Ini adalah sebuah ruangan yang memiliki dinding berwarna merah muda, semua perabotan di dalamnya telah dipindahkan, hanya menyisakan karpet di tengah.Di dinding, masih tergantung beberapa hiasan mainan bayi yang belum sempat dilepas.Jelas terlihat bahwa ruangan ini dulunya adalah kamar bayi.Ketika Selena masuk, seketika hatinya terasa berat, matanya memerah.Dia berjalan memutari ruangan kosong itu, sebelum akhirnya berhenti di tempat yang dulunya terletak sebuah ranjang bayi.Selena perlahan-lahan berjongkok, meskipun dia tidak ingat apa-apa, tetapi naluri tubuhnya membuatnya mela
Harvey masih mengingat bagaimana pertemuan mereka pertama kali, serta seluruh memori cerita cinta mereka berdua. Sementara itu, Selena tidak dapat mengingat apa pun, tetapi hanya bisa menemukan petunjuk ingatan dari percakapan mereka."Mungkin dulu aku sangat mencintaimu, kan?"Harvey Irwin memandangnya dengan penuh kasih, "Hmm, kamu ingat sesuatu?"Selena Bennett menggeleng, "Aku hanya merasa dari pandanganmu aku terlihat begitu hebat, aku bahkan harus mengorbankan pendidikan demi keluarga. Jika bukan karena mencintaimu begitu besar, siapa yang berani mengorbankan mimpi mereka?"Wajah Harvey terlihat berpikir keras, hingga membuat selena tidak mengerti. Dia melihat salju yang berjatuhan dari jauh, sambil berusaha memeluk selena Harvey berkata, "Kalau kamu nggak sayang sama aku, kenapa kamu harus menyerah? Seli, aku akan mencintaimu dengan sangat baik, aku bersumpah akan hal itu."Selena dipeluk dengan erat sekali, begitu erat hingga dia hampir tidak bisa bernapas. Selena pun mendorong
Harvey Irwin berjalan keluar dengan cepat,dan dengan sengaja menurunkan suaranya saat menjawab telepon "Halo.""Tuan Harvey, apakah istri Anda sudah bangun? Bagaimana keadaannya?" tanya Hansen dengan tergesa-gesa.Selena tidur selama tiga hari sejak dia disuntik obat, seharusnya dia sudah bangun hari ini.Harvey menceritakan secara umum keadaan Selena, membuat Yang Hanlega lega.Baguslah kalau begitu, aku khawatir...Beberapa hari ini Hansen merasa tegang, dia teringat saat Selena demam tinggi setahun yang lalu, sel leukosit dan eritrositnya sangat rendah.Biasanya kondisi tersebut harus menjalani kemoterapi, tetapi setelah mendapatkan pemeriksaan kesehatan, kondisi tubuh Selena tidak menunjukkan masalah yang serius. Jadi, Hansen tidak banyak bicara.Obat ini benar-benar mujarab, tetapi tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil, orang tua, anak-anak, serta penderita tumor.Hansen masih teringat wajah pucat Selena setahun yang lalu.Apa yang kamu takutkan?Dia merasa kalau kaka iparnya memi