Selena yang sedang menikmati sup sontak menoleh ka arah Lian, menunggunya hingga menutup telepon. Setelah itu, dia bertanya, "Ada masalah di rumah?""Adik saya ditabrak sampai kakinya patah pas lagi di jalan pulang. Nyonya Selena, saya ... "Tanpa menunggunya selesai bicara, Selena langsung menyela, "Aku kasih kamu waktu libur dua hari. Kamu boleh pulang dan urus adikmu dulu. Sekarang yang paling penting kesehatan adikmu.""Terima kasih Nyonya, tapi Anda ... ""Ada banyak dokter, pelayan, dan pengawal di sini. Mereka semua bisa menjagaku. Memangnya aku kenapa? Gini saja, aku akan meminta departemen keuangan buat menggajimu lebih awal.""Nyonya, nggak perlu.""Cepat sana berangkat, nggak perlu sungkan. Aku akan minta seseorang buat mengantarmu ke rumah sakit."Selena memberi isyarat pada Nolan, memintanya untuk mengantar Lian dan menghubungi dokter bedah lebih dahulu.Sejak awal, dia sudah tahu bahwa Nolan menyukai Lian. Namun, sayangnya anak ini hanya memikirkan Lewis.Selena tak dapat
"Nyonya!" seru Nolan tak terima. "Bukannya gagal, tapi memang cuma ada satu nama di hati Lian. Mana mungkin dia bisa melirik aku?"Selena memikirkannya sejenak dan menyadari bahwa itu memang benar. Dulu, ketika menyukai Harvey, banyak pria yang menyatakan cinta padanya, tetapi dia tidak melirik satu pun dari mereka. Kini dia bahkan tidak ingat bagaimana rupa orang-orang yang pernah menyatakan cinta padanya."Jangan menyerah, masih banyak ikan di laut.""Aku nggak mau cari lagi.""Dasar keras kepala." Selena mengusap keningnya, sepertinya beberapa orang jauh lebih keras kepala darinya."Nyonya, sepertinya bentar lagi hujan deras. Jangan keluar malam-malam. Hati-hati kepeleset, jalanan di halaman licin.""Hm."Selena kembali menyeruput kuah supnya. Bayi dalam kandungannya sangat aktif sekarang. Rencananya, Selena ingin jalan-jalan di sekitar ruangan sebelum tidur.Hujan turun deras sepanjang malam, disertai gemuruh guntur yang menggelegar. Hal ini membuat Selena tak bisa tidur nyenyak se
Nolan meletakkan ponselnya, tak mengerti kenapa Selena tiba-tiba menanyakan hal ini. Apa dia menemukan sesuatu?Pria itu langsung pergi ke ruang monitor. Vila ini terletak di lereng gunung dengan kamera terpasang di sepanjang jalan.Apabila ada kendaraan lewat, itu akan terdeteksi di kaki gunung dan terpantau secara langsung.Tempat ini sangat terpencil, banyak rumah mewah dibangun di sini. Umumnya, jarang ada yang datang. Kalaupun ada, biasanya hanya beberapa pendaki dan mereka akan segera diusir.Selama ini, hanya kendaraan mereka sendiri yang digunakan untuk mengangkut berbagai perbekalan. Tidak ada orang luar yang terlihat.Dia memeriksa sebentar, tidak ditemukannya keanehan apa pun.Nolan akhirnya melihat ke bawah dan menemukan ada beberapa kamera bagian bawah yang gelap.Kamera-kamera itu dipasang di atas tebing. Tebingnya sudah curam, ditambah permukaan air yang naik dan hujan deras selama dua hari terakhir, mungkin kamera-kamera itu rusak akibat terjangan ombak.Memanjat tebing
Selena menutupi dirinya dengan selimut, agak kesal dengan suara guntur di luar sana. Dia menutup telinga erat-erat, berusaha untuk tertidur secepat mungkin.Makin kesal perasaannya, makin sulit pula dia untuk tertidur. Punggungnya juga terus menerus merasa merinding.Seolah-olah ada suara di kepalanya yang meperingatkan, "Lari, lari!"Lari? Ke mana? Kenapa harus lari?Jelas-jelas dia sudah menelepon Nolan, terlebih lagi ada banyak orang yang berpatroli di vila sepanjang waktu. Kalaupun ada masalah, pasti akan segera ketahuan.Selena menggeleng, merasa jengah dengan pikiran-pikirannya yang tak masuk akal, bahkan sampai membuatnya berhalusinasi.Setelah lama berusaha, dia tetap tidak bisa tidur. Dia kemudian mengeluarkan pistol pemberian George enam bulan lalu. Mungkin benda ini bisa melindungi dari kejahatan.Dua bayi di perutnya mungkin sudah lelah bergerak, mereka menjadi diam sekarang.Gemuruh guntur dan deburan ombak yang menghantam bebatuan terdengar silih berganti.Angin berembus
Seseorang sedang mengejarnya. Orang itu mengenakan pakaian tahan air dan kaca mata pelindung. Meski hanya rahangnya yang terlihat jelas, dia dapat dikenali seketika.Itu Lewis!Saat ini, Lian sangat ingin bertanya kenapa Lewis melakukan ini, siapa dia sebenarnya?Detik berikutnya, Lewis mengangkat pistol, lalu mengacungkan tepat ke arah Selena.Tanpa basa-basi, tanpa ada peringatan apa pun, dia datang mengincar Selena.Ini bukan Lewis yang Lian kenal. Pria ini tampak seperti malaikat maut yang keluar dari neraka.Seluruh tubuhnya basah kuyup, air hujan menetes dari pemukaan bajunya hingga membasahi karpet wol di koridor.Begitu pelatuk ditarik, tanpa pikir panjang, Lian langsung berdiri di depan Selena.Peluru meluncur menembus tubuh Lian, Selena pun mengerang ketakutan.Selena memandang cipratan darah dari tubuh Lian dengan mata membulat. Sedetik kemudian, tubuh yang melindunginya tersebut perlahan luruh ke lantai."Lian!"Penembak itu tak berhenti sama sekali. Dia mendekati Selena se
Suara tangisan sedih Selena terdengar hingga seluruh penjuru vila. Nolan baru saja membunuh pria yang kabur dari kamar Selena, dia terlambat datang.Jantungnya seakan berhenti berdetak untuk sesaat kala melihat cipratan darah dari dada Lian.Bagaimanapun, dia sudah terlatih secara profesional. Dia harus tetap melanjutkan tugas walau orang yang dia cintai tergeletak di depan matanya.Melihat Lewis yang bahkan tidak terluka karena memakai rompi anti peluru, Nolan bergegas maju untuk mulai pertarungan mereka.Selena meletakkan pistol di tangannya, kepalanya berdengung. Saat ini, pandangannya hanya dipenuhi genangan darah Lian.Sementara itu, tubuh Lian tergeletak tak berdaya. Perlahan, darahnya mulai membasahi gelang yang dipakainya.Liontin kepala tikus kesayangannya itu kini telah berlumuran darah dan bersama tubuhnya, akan terbaring di tanah selamanya.Selena masih duduk bersimpuh di tanah, air matanya mengalir deras. Dia berusaha menutup luka Lian menggunakan tangannya sendiri. Namun,
Selena tahu betul soal itu, tetapi bagaimana dia bisa tenang setelah mengalami kejadian seperti tadi?Dokter Mona menepuk-nepuk punggungnya untuk menenangkan, seraya berkata lembut, "Jangan khawatir, Tuan Arya sudah diamankan. Dia baik-baik saja, Anda juga. Kita sudah cukup beruntung."Beruntung?Dia baru saja kehilangan seorang teman baik.Mobil melaju kencang, mereka hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk menuruni gunung dan memasuki jalan raya.Hujan turun deras. Penyeka kaca mobil bergerak cepat, tetapi masih tidak mampu menyapu bersih tetesan air hujan yang terus berjatuhan.Kabut tebal menyelimuti gunung, ditambah hujan deras dan angin kencang, sulit untuk mengemudi dalam keadaan seperti ini.Jantung semua orang berdegap kencang, bayi dalam kandungan Selena sudah rewel sejak beberapa saat lalu.Selena mengusap perutnya berulang kali untuk menenangkan kedua anaknya, dia berujar dengan suara serak, "Anak-anak, tenanglah, jangan rewel. Ibu di sini, Ibu akan melindungi kalian.
Mendengar kata-kata ini, Dokter Mona yang berada di belakangnya pun panik. "Nyonya, jangan buat saya takut.""Aku juga pernah melahirkan prematur di laut sebelumnya, rasanya sama seperti dulu.""Nyonya, pegangan yang erat."Jonathan tidak berani lengah sama sekali dan buru-buru membawa Selena berenang ke tepi pantai.Dia membawa naik Selena ke atas dengan susah payah dan mengeluarkan lampu darurat.Seluruh tubuh Selena basah kuyup, tidak bisa dibedakan apakah itu air laut atau air ketuban. "Biar saya periksa dulu," kata Dokter Mona dengan suara serius.Selain air ketuban, darah juga ikut keluar. Ekspresi di wajah Dokter Mona langsung berubah. "Gawat, ketuban Nyonya beneran pecah. Ada pendarahan juga."Hanya pecah ketuban saja menunjukkan bayinya lahir prematur, tetapi karena dibarengi pendarahan, situasinya menjadi rumit.Dia tidak bisa memastikan apakah darah ini berasal dari tepi selaput ketuban yang pecah sehingga pembuluh darah kapiler ikut pecah atau bukan. Jika darah itu berasal