Harvey dan rombongannya mendarat di pulau, matanya terlihat sangat merah. "Cari Seli, jangan sampai dia mendonorkan ginjalnya!"Pulau itu tidak terlalu besar, Harvey bersama para profesional menobrak ke ruang operasi.Saat pintu ruang operasi terbuka, pinggang Selena sudah tersayat, tetapi untungnya belum terlalu dalam.Melihat darah itu membuat Harvey langsung marah. "Mati kamu!"Chandra memimpin orang-orang masuk sambil berbaris. "Letakkan pisau itu!"Selena memandang Harvey dengan marah. "Mau apa kamu ke sini?"Harvey sibuk menghentikan pendarahan Selena sambil menjawab, "Aku ke sini buat menghentikanmu bertindak bodoh!"Tidak lama kemudian, pendarahan di pinggang Selena sudah berhenti. Tanpa basa-basi Harvey langsung menggendongnya ke helikopter dengan kasar seperti perampok.Selena berseru dengan berang, "Bedebah, lepasin aku!"Dia menggunakan satu tangannya untuk mencakar Harvey, sedangkan tangan satunya hanya dapat terkulai.Harvey melihatnya dengan penuh kesedihan sambil membia
Harvey merasa sangat bersalah, dia tahu Selena sangat membencinya, tetapi dia telah memilih jalan ini, meski pilihannya salah, dia tidak boleh mundur."Seli, aku minta maaf."Harvey dengan yakin membawanya pergi. Selena seperti ikan di talenan, pasrah dengan nasibnya.Harvey membawanya kembali ke Vila Mawar, tempat dia membuat taman mawar untuk menyenangkan Selena.Selama dua tahun Selena tidak berkunjung, taman mawar sudah tumbuh subur dengan berbagai mawar yang wanginya lembut diterpa angin malam."Seli, kamu dan ayahmu bakal tinggal di sini. Aku sudah cari dokter yang terbaik buat Paman Arya, pasti paman bakal segera pulih."Saat Harvey menyebutkan nama Arya, Selena langsung gelisah."Harvey, kamu boleh membunuhku, tapi tolong lepasin ayah. Dia baru aja bangun dari koma, aku nggak punya siapa-siapa selain ayah!"Harvey dengan lembut menyentuh pipinya. "Seli, aku bersumpah nggak bakal melukai kalian lagi, beri aku kesempatan buat merawat kalian."Selena menepis tangan Harvey dengan t
Perbuatan Harvey bukan pura-pura, melainkan kesadaran atas utang budinya pada Arya dan putrinya. Itulah sebabnya dia melakukan yang terbaik untuk membantu Arya.Sepanjang hidupnya Harvey tidak pernah melakukan pekerjaan remeh, tetapi saat merawat Arya, dia melakukannya sepenuh hati dan tanpa kenal lelah.Selama seminggu berturut-turut, dia bekerja dari rumah dan hampir sepanjang hari dihabiskan untuk merawat Arya.Arya yang sebelumnya gagap, sekarang bisa mengucap dengan jelas. Kendati kecepatan bicaranya lambat, setidaknya tidak ada masalah dalam berkomunikasi.Lalu, cekungan pada pipinya juga mulai terisi sedikit demi sedikit, warna kulitnya terlihat cerah kembali dengan cepat.Arya menggandeng tangan Harvey sambil berkata, "Harvey, jangan cuma mengurusku, kamu harus lebih perhatiin Selena, jangan mengabaikannya.""Ayah tenang aja. Aku nggak berat sebelah, aku menjaga Ayah dan Seli."Setiap kali Harvey mengatakan hal seperti itu Selena merasa mual.Harvey tidak memperhatikan ekspresi
Menghadapi kebencian Selena, Harvey terus memeluk tubuhnya erat. "Seli, gimana kalau kita rujuk?""Rujuk? Kenapa aku harus menikah lagi denganmu? Melihat wajahmu aja bikin perutku mual."Selena pikir Harvey sudah gila. Bisa-bisanya dia mengajaknya rujuk."Apa kamu sudah nggak mau sama Agatha karena dia sekarang lumpuh setengah badan? Kamu beneran pria hina."Harvey mengerutkan kening. "Bukan gitu, aku punya alasan buat Agatha, sebenarnya dia ..."Harvey sudah tidak berniat menyembunyikan apa pun dari Selena. Bagaimanapun juga, pertentangan antara mereka sudah terlalu dalam.Harvey tidak ingin kehilangan Selena lagi, dia ingin mengatakan kebenaran.Sebelum bisa menyelesaikan ucapannya, suara pelayan terdengar dari luar pintu. "Tuan Muda, Antono datang."Harvey melepaskan Selena. "Seli, kamu istirahat dulu."Melihat punggungnya dari jauh, Selena sangat kesal sampai giginya berderak.Setelah melewatkan kesempatan bagus terakhir kali, mungkin untuk sementara Selena tidak punya kesempatan u
Setelah Agatha kehilangan orang tua dan dirawat akibat patah tulang, dia menyesali perbuatannya dan ketakutan.Dia menangis sampai napasnya tersengal-sengal. "Aku tahu aku telah berbuat banyak kesalahan dulu. Aku janji nggak bakal mengulanginya lagi. Aku bakal berusaha jadi istri yang baik dan nggak pernah bikin masalah. Aku cuma mau kamu menikah denganku," ujarnya dengan suara bergetar.Harvey tetap diam untuk waktu yang lama.Karena tidak mendengar jawaban, Agatha melanjutkan. "Kamu janji sama Kavin buat menjagaku seumur hidup, kamu nggak bisa tinggalin aku."Karena dia telah mengeluarkan senjata pemungkas, Harvey tidak bisa mengelak lagi.Harvey menutup mata, wajah Selena terus terbayang dalam pikirannya."Baiklah, aku janji," jawabnya lemah.Setelah Harvey menyanggupi permintaan Agatha, barulah dia berhenti menangis, lalu tersenyum. "Aku tahu kamu nggak bakal menolakku."Harvey menutup telepon, Antono juga merasa lega."Syukurlah, kamu bukan orang yang lupa balas budi. Melihat kead
Kabar pernikahan Harvey dan Agatha langsung menjadi perbincangan para pelayan."Sudah dengar belum? Tuan Muda bakal menikahi Nona Agatha bulan ini. Kali ini beneran, katanya sudah pesan hotel sejak lama.""Gimana reaksi Nona Selena? Aku lihat Tuan Muda sangat perhatian padanya, setiap hari selalu menemaninya.""Asal tahu aja, Nona Selena itu mantan istri Tuan Muda Harvey. Awalnya kupikir mereka bakal rujuk karena mereka cerai gara-gara Nona Agatha. Kayaknya cinta lama nggak sekuat daya tarik Nona Agatha. Saat ini Nona Agatha lagi terluka parah dan Tuan Muda Harvey bersedia menikahinya. Beneran cinta sejati.""Kalau Tuan Muda Harvey menikahi Nona Agatha, gimana nasib Nona Selena? Apa dia bakal jadi gundik?"Sejumlah pelayan asyik bergosip, sebelum tiba-tiba mendapati Selena sedang membaca di teras kebun mawar, membuat wajah mereka seketika memucat. "No- Nona Selena."Ekspresi Selena terlihat tenang saat menatap para pelayan. "Nggak masalah kalau mau bergosip, tapi seenggaknya carilah te
Ucapan "Kamu punya ayah" membuat mata Selena berkaca-kaca.Selena punya banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan pada Arya. Dia ingin tahu apa ayahnya mengetahui asal-usulnya.Namun, ketika melihat wajah ayahnya yang penuh dengan kecemasan, Selena mengurungkan niatnya.Dia tidak boleh buru-buru. Saraf ayahnya belum sepenuhnya pulih, jangan sampai dibebani pikiran berlebihan."Ayah, aku baik-baik aja. Aku sudah dewasa, bukan anak-anak lagi.""Syukurlah. Harvey masih baik padamu seperti biasa, aku lega."Arya merentangkan tangan dan membelai rambutnya. "Kata Dokter West, aku bisa jalan sendiri seminggu lagi."Sebenarnya, selama beberapa hari terakhir Arya sudah bisa berjalan beberapa langkah menggunakan alat bantu. Meski proses pemulihannya panjang, dia tetap pantang menyerah.Dia ingin dapat berjalan lagi secepatnya sehingga tidak membebani Selena dan mencemaskannya."Syukurlah, Ayah harus selalu semangat."Melihat Selena tersenyum, perasaan Arya makin membaik. "Omong-omong, badanku tera
Harvey tersenyum lemah. "Ayah, aku berbuat salah, jadi Seli marah. Tapi jangan khawatir, aku pasti bakal berusaha agar dia memaafkanku.""Nak, aku tahu perasaanmu padanya nggak pernah berubah."Setelah memastikan perkataan Harvey, Arya merasa lega. "Dalam kehidupan, sulit menemukan orang yang sama-sama saling mencintai dan tetap bertahan melewati berbagai rintangan. Kamu dan Selena sudah jodoh, jangan sia-siakan.""Aku mengerti, Ayah, aku janji nggak bakal kecewain Seli."Arya tersenyum lembut. "Sudah kubilang kamu nggak usah melakukan perbuatan sepele sampai harus memijat kakiku. Kamu pemimpin perusahaan besar, orang-orang pasti bakal mentertawakanmu kalau melihatmu begini.""Berbakti pada orang tua adalah yang utama. Aku sedang merawat ayahku, siapa yang tega mentertawakan? Ayah istirahat yang tenang di sini. Urusan lain serahin padaku. Kalau nggak suka karena banyak mawar, biar kuminta ditanamkan anggrek berkualitas. Nanti aku temani Ayah berkeliling setelah kakimu sembuh.""Ya suda