Menghadapi kebencian Selena, Harvey terus memeluk tubuhnya erat. "Seli, gimana kalau kita rujuk?""Rujuk? Kenapa aku harus menikah lagi denganmu? Melihat wajahmu aja bikin perutku mual."Selena pikir Harvey sudah gila. Bisa-bisanya dia mengajaknya rujuk."Apa kamu sudah nggak mau sama Agatha karena dia sekarang lumpuh setengah badan? Kamu beneran pria hina."Harvey mengerutkan kening. "Bukan gitu, aku punya alasan buat Agatha, sebenarnya dia ..."Harvey sudah tidak berniat menyembunyikan apa pun dari Selena. Bagaimanapun juga, pertentangan antara mereka sudah terlalu dalam.Harvey tidak ingin kehilangan Selena lagi, dia ingin mengatakan kebenaran.Sebelum bisa menyelesaikan ucapannya, suara pelayan terdengar dari luar pintu. "Tuan Muda, Antono datang."Harvey melepaskan Selena. "Seli, kamu istirahat dulu."Melihat punggungnya dari jauh, Selena sangat kesal sampai giginya berderak.Setelah melewatkan kesempatan bagus terakhir kali, mungkin untuk sementara Selena tidak punya kesempatan u
Setelah Agatha kehilangan orang tua dan dirawat akibat patah tulang, dia menyesali perbuatannya dan ketakutan.Dia menangis sampai napasnya tersengal-sengal. "Aku tahu aku telah berbuat banyak kesalahan dulu. Aku janji nggak bakal mengulanginya lagi. Aku bakal berusaha jadi istri yang baik dan nggak pernah bikin masalah. Aku cuma mau kamu menikah denganku," ujarnya dengan suara bergetar.Harvey tetap diam untuk waktu yang lama.Karena tidak mendengar jawaban, Agatha melanjutkan. "Kamu janji sama Kavin buat menjagaku seumur hidup, kamu nggak bisa tinggalin aku."Karena dia telah mengeluarkan senjata pemungkas, Harvey tidak bisa mengelak lagi.Harvey menutup mata, wajah Selena terus terbayang dalam pikirannya."Baiklah, aku janji," jawabnya lemah.Setelah Harvey menyanggupi permintaan Agatha, barulah dia berhenti menangis, lalu tersenyum. "Aku tahu kamu nggak bakal menolakku."Harvey menutup telepon, Antono juga merasa lega."Syukurlah, kamu bukan orang yang lupa balas budi. Melihat kead
Kabar pernikahan Harvey dan Agatha langsung menjadi perbincangan para pelayan."Sudah dengar belum? Tuan Muda bakal menikahi Nona Agatha bulan ini. Kali ini beneran, katanya sudah pesan hotel sejak lama.""Gimana reaksi Nona Selena? Aku lihat Tuan Muda sangat perhatian padanya, setiap hari selalu menemaninya.""Asal tahu aja, Nona Selena itu mantan istri Tuan Muda Harvey. Awalnya kupikir mereka bakal rujuk karena mereka cerai gara-gara Nona Agatha. Kayaknya cinta lama nggak sekuat daya tarik Nona Agatha. Saat ini Nona Agatha lagi terluka parah dan Tuan Muda Harvey bersedia menikahinya. Beneran cinta sejati.""Kalau Tuan Muda Harvey menikahi Nona Agatha, gimana nasib Nona Selena? Apa dia bakal jadi gundik?"Sejumlah pelayan asyik bergosip, sebelum tiba-tiba mendapati Selena sedang membaca di teras kebun mawar, membuat wajah mereka seketika memucat. "No- Nona Selena."Ekspresi Selena terlihat tenang saat menatap para pelayan. "Nggak masalah kalau mau bergosip, tapi seenggaknya carilah te
Ucapan "Kamu punya ayah" membuat mata Selena berkaca-kaca.Selena punya banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan pada Arya. Dia ingin tahu apa ayahnya mengetahui asal-usulnya.Namun, ketika melihat wajah ayahnya yang penuh dengan kecemasan, Selena mengurungkan niatnya.Dia tidak boleh buru-buru. Saraf ayahnya belum sepenuhnya pulih, jangan sampai dibebani pikiran berlebihan."Ayah, aku baik-baik aja. Aku sudah dewasa, bukan anak-anak lagi.""Syukurlah. Harvey masih baik padamu seperti biasa, aku lega."Arya merentangkan tangan dan membelai rambutnya. "Kata Dokter West, aku bisa jalan sendiri seminggu lagi."Sebenarnya, selama beberapa hari terakhir Arya sudah bisa berjalan beberapa langkah menggunakan alat bantu. Meski proses pemulihannya panjang, dia tetap pantang menyerah.Dia ingin dapat berjalan lagi secepatnya sehingga tidak membebani Selena dan mencemaskannya."Syukurlah, Ayah harus selalu semangat."Melihat Selena tersenyum, perasaan Arya makin membaik. "Omong-omong, badanku tera
Harvey tersenyum lemah. "Ayah, aku berbuat salah, jadi Seli marah. Tapi jangan khawatir, aku pasti bakal berusaha agar dia memaafkanku.""Nak, aku tahu perasaanmu padanya nggak pernah berubah."Setelah memastikan perkataan Harvey, Arya merasa lega. "Dalam kehidupan, sulit menemukan orang yang sama-sama saling mencintai dan tetap bertahan melewati berbagai rintangan. Kamu dan Selena sudah jodoh, jangan sia-siakan.""Aku mengerti, Ayah, aku janji nggak bakal kecewain Seli."Arya tersenyum lembut. "Sudah kubilang kamu nggak usah melakukan perbuatan sepele sampai harus memijat kakiku. Kamu pemimpin perusahaan besar, orang-orang pasti bakal mentertawakanmu kalau melihatmu begini.""Berbakti pada orang tua adalah yang utama. Aku sedang merawat ayahku, siapa yang tega mentertawakan? Ayah istirahat yang tenang di sini. Urusan lain serahin padaku. Kalau nggak suka karena banyak mawar, biar kuminta ditanamkan anggrek berkualitas. Nanti aku temani Ayah berkeliling setelah kakimu sembuh.""Ya suda
Selena tidak mengambil pusing masalah mualnya sampai beberapa hari kemudian, saat dia melihat minyak di piring dan tidak bisa menahan rasa mualnya.Setelah rasa mualnya bertambah parah hingga benar-benar muntah, dia mulai gelisah.Sekembalinya dari pulau, dia tidak lagi mengonsumsi obat dan perutnya juga sudah lama tidak sakit.Awalnya Selena mengira penyakit lamanya kambuh, tetapi beberapa hari ini mualnya makin parah. Bukan seperti penyakit lambung, malah agak mirip dengan kondisi awal kehamilan.Menyadari hal ini, Selena merasa kepalanya diguyur air dingin.Saat mengalami pendarahan hebat setelah melahirkan bayi prematur, dokter mengatakan bahwa organ reproduksinya mengalami kerusakan sehingga kemungkinan untuk hamil selanjutnya cukup kecil.Selena juga tidak merawat tubuhnya selama dua tahun ini. Pada hari saat Harvey sakit dan dengan pikiran yang kurang jernih, mereka melakukannya sekali.Saat itu masa amannya, jadi dia tidak minum pil kontrasepsi karena teringat kata-kata dokter.
Selena cepat-cepat mengisyaratkan diam dan pelayan itu pun segera menutup mulut."Siapa namamu?""Lian Galendra, panggil saja Lian," jawab pelayan itu patuh."Apa pekerjaanmu?"Lian menjawab. "Saya kuliah jurusan budidaya tanaman. Setelah lulus, saya ke sini untuk mengurus taman mawar."Sorot matanya sangat jernih. Selena bisa menebak kepribadian pelayan taman mawar ini. Setidaknya saat pelayan lain bergosip, gadis ini tetap fokus pada pekerjaannya dan tidak ikut dalam obrolan kosong."Bisakah kamu membantuku?""Nona Selena nggak perlu tanya. Nona adalah pemilik taman mawar ini, apa pun permintaan Nona, saya nggak bakal menolak.""Jangan kasih tahu hal ini sama orang lain. Bisa, 'kan?" bisik Selena."Bisa, tapi ... saya boleh tahu kenapa? Tuan Muda Harvey kelihatannya sangat baik sama Nona. Kalau beneran hamil, bukannya kabar baik."Selena menjawab dengan tenang. "Kamu tahu, 'kan? Dia sebentar lagi menikah. Apa kamu mau anakku jadi seperti aku, tertutup dari dunia luar?"Lian menatap S
Dua garis merah terlihat jelas pada persegi panjang putih. Satu garis berwarna gelap dan satunya lebih terang.Melihat dua garis itu, napas Selena seakan terhenti. Pikirannya juga seakan mati rasa.Selena benar-benar sedang mengandung!Berbagai emosi campur aduk dalam hatinya, tetapi yang pertama kali dia rasakan adalah kegembiraan.Dia menengadah ke cermin, melihat wajahnya sudah berderai air mata.Selena butuh waktu satu setengah tahun untuk bangkit dari penderitaan kehilangan anak dan sekarang ternyata dia hamil lagi.Selena menangis bahagia.Namun, dia langsung menyadari kehamilannya saat ini mungkin bukan hal yang baik. Meskipun dia masih hidup selama setengah tahun.Selama tubuhnya masih memiliki sel kanker, tubuhnya juga masih menyimpan bom waktu. Jika bom itu meledak, bukan hanya Selena, melainkan bayinya juga mati.Kendati demikian, saat Selena memikirkan kehidupan kecil dalam perutnya, wajahnya samar-samar memancarkan cahaya keibuan.Dia meletakkan tangan kiri di perut keciln