Harvey jelas merasakan dinginnya di tubuhnya. Dulu, dia bisa dengan mudah memaksa wanita itu pergi bersamanya.Namun, setelah begitu banyak peristiwa yang terjadi, jangankan mengajaknya bicara, Selena bahkan menatapnya dengan acuh tak acuh. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Harvey berharap bisa memperbaiki situasi di antara mereka."Seli, aku tahu belakangan ini banyak hal yang membuatmu merasa sedih. Tenang saja, aku akan segera menyelamatkan ayahmu. Dia pasti akan baik-baik saja."Selena yang berdiri membelakanginya, sama sekali tidak bergeming. Kemudian, dia menyahutinya dengan ketus, "Apa menemukan informasinya saja sudah cukup? Kalau kita nggak menemukan dalang di balik semua ini, dia bisa saja dibunuh orang lain lagi. Waktu itu kamu berjanji untuk memberiku penjelasan, kapan kamu bakal menepatinya?"Di masa lalu, Harvey masih bisa memberitahunya dengan gamblang. Namun, saat ini, dia sama sekali tidak yakin untuk melakukannya.Bagaimana bisa dia memberi tahu Selena bahwa or
Jika pada malam itu hanya sebatas dugaan, sekarang dia sudah sepenuhnya yakin dengan identitas asli Lanny dan memahami apa yang telah terjadi. Menurut logika, seharusnya Selena yang menjadi korban juga memiliki hak untuk mengetahui kebenaran.Harvey hanya bisa memejamkan matanya. "Aku nggak bisa mengatakannya sekarang. Sepertinya, Lanny sudah mengalami beberapa hal selama beberapa tahun terakhir."Chandra melihat pria yang ada di kursi penumpang itu dengan tatapan prihatin, kemudian dia menghela napas ringan. "Tuan Harvey, saya paham kalau ada beberapa hal yang nggak seharusnya saya katakan. Tapi, selama dua tahun terakhir, hubungan Anda dan Nyonya semakin memburuk, entah itu karena pengkhianatan atau cuma salah paham. Saya mengerti kalau Anda pasti merasa kasihan pada Nona yang sudah sangat menderita di luar sana, tapi itu bukanlah alasan yang tepat untuk menyakiti Nyonya. Ini semua merupakan tanggung jawab yang harus dihadapi oleh keluarga Irwin."Harvey tiba-tiba membuka matanya leb
Erna menikmati ekspresi di wajah pria itu dengan senyum mengembang di sudut bibirnya. "Apa kamu nggak pernah berpikir kalau aku mungkin saja meminum obat palsu?""Kenapa?"Ada sedikit rasa kecewa pada mata Calvin. "Kenapa kamu pura-pura mati? Di mana kamu selama ini? Kenapa kamu bisa terlibat dengan Poison Bug?"Erna tersenyum tipis melihat pria yang penuh kejujuran ini. "Kamu memang benar-benar mudah ditipu, sudah bertahun-tahun tapi masih saja nggak ada kemajuan.""Apa maksudmu?"Erna bangkit perlahan dari duduknya, mengulurkan tangannya untuk mengelus lembut pipi Calvin, "Calvin, oh, Calvin. Apa kamu tahu berapa lama aku menunggu untuk momen ini?"Makin dia berbicara, Calvin terlihat makin bingung. Dia tidak pernah membayangkan bagaimana wanita yang lembut dan anggun di masa lalu itu bisa berubah menjadi seperti ini."Aku nggak mengerti apa yang kamu bicarakan. Biar kutanya, apa kamu yang mengatur kecelakaan mobil Agatha? Kenapa kamu melakukan ini padanya? Dia adalah putri kandungmu
"Aku nggak masalah kalau kamu memang nggak mencintaiku. Aku selalu berpikir kalau suatu saat nanti, kamu akan melupakan segalanya dan membalas cintaku.""Aku juga nggak masalah kalau kamu cuek padaku. Aku tetap akan membesarkan anak kita dengan baik. Toh, kita itu keluarga, kamu pasti akan menyayangi anak ini.""Tapi, begitu aku melihat anak itu perlahan kehilangan napasnya, sejak saat itu aku sangat membencimu! Kenapa kamu sangat kejam?! Kamu lebih memilih memberikan seluruh cintamu kepada orang itu daripada memberikannya sedikit untukku dan anakmu sendiri. Itu sebabnya, aku bersumpah, aku akan membuatmu menyesal seumur hidup!"Dia mengatakan hal itu seraya menatap pria di hadapannya dengan tajam, "Saat aku baru saja kehilangan anakku, Maisha hamil. Kenapa dia bisa memiliki anak dan keluarga yang mencintainya? Jadi, aku merancang skenario untuk menculik anaknya setelah dia melahirkan."Bibir Calvin bergetar, "'Anak itu ... adalah Agatha!""Benar, bukannya kamu sangat mencintai wanita
Erna mengungkapkan kebenaran itu secara tiba-tiba. Kekejaman dari realita itu langsung menghantam Calvin, membuatnya mematung saking terkejutnya.Dia sama sekali tidak siap untuk menerima kenyataan itu. Amarah di dalam dadanya meluap, seperti balon udara yang sedang dipompa dan hampir meledak."Kenapa kamu sampai bertindak sejauh ini?" tanya Calvin dengan mata yang memerah, suaranya terdengar sangat dingin."Tentu saja itu belum cukup, aku bahkan sudah menyiapkan hadiah besar kedua untukmu. Nikmatilah dengan baik."Erna mengatakan itu dengan ekspresi yang sangat menakutkan. "Apa kamu tahu berapa lama aku menunggu momen ini datang? Setiap malam, hatiku rasanya seperti ditusuk-tusuk, kebahagiaan kalian membuatku sangat menderita! Ya, silakan nikmati penderitaan seperti yang pernah kualami dulu!"Begitu mengakhiri kata-katanya, dia tiba-tiba mengangkat kakinya dan melayangkan tendangan keras ke arah perut Calvin, membuatnya bisa melepaskan diri dari cengkeramanan pria itu dengan mudah.Ke
Selena yang belum masuk dan masih berdiri di depan pintu, melihat semua itu dengan ekspresi sinis di matanya. Keluarga seperti apa yang dinikahi ibunya?Tidak ada satu pun orang yang benar-benar peduli padanya selain Calvin.Dulu, dia melayani kakeknya dengan sepenuh hati, tetapi kakeknya tidak pernah menganggapnya sebagai keluarga.Sebenarnya yang paling menderita adalah Calvin. Kalaupun dia memilih untuk menyelamatkan Maisha dengan mengorbankan Agatha, Maisha pasti tidak akan memaafkannya ketika dia sudah sadar.Apalagi, dia sudah membesarkan Agatha sejak kecil dan menganggapnya seperti anak perempuannya sendiri.Bagaiamana bisa dia memilih di antara keduanya?Pilihan apa pun yang dia ambil, pasti akan membuatnya hancur berkeping-keping.Sampai akhirnya, seorang perawat bertubuh mungil berlari menghampiri. "Dengan keluarga pasien? Saat ini, pasien sudah bangun dan dia ingin bertemu dengan kalian."Calvin tiba-tiba membalikkan badannya dan mengikuti perawat itu. Melihat hal itu, Selen
Akhirnya, Calvin mengurus administrasi dan proses keluar Maisha dari rumah sakit. Setelah itu, mereka bersama-sama memasak makan malam di rumah. Maisha duduk di kursi roda, tubuhnya terlihat sangat lemah.Dia mencoba menelepon Agatha berkali-kali, kerinduannya sudah tidak terbendung.Untuk mencegahnya terluka, Calvin sengaja tidak memberitahunya tentang keadaan yang sebenarnya.Maisha sudah memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu selama hidupnya, Calvin tidak ingin istrinya itu meninggalkan dunia ini dengan penuh penyesalan."Jangan terlalu mememikirkannya, dari dulu dia selalu semaunya sendiri. Siapa tahu, beberapa hari lagi dia akan pulang ke rumah.""Baiklah."Maisha menganggap Agatha masih membencinya seperti biasa, jadi dia tidak memaksakan keinginannya lagi.Sepanjang makan malam, Maisha terus mengingatkan supaya Harvey selalu memperlakukan Agatha dengan baik di masa depan dan tidak menyakitinya karena dia adalah wanita yang baik.Harvey pun menahan sikap dinginnya dan men
Agatha tiba-tiba kehilangan kedua orang tuanya dalam semalam. Meskipun merasa sangat sedih, dia tidak dapat menghadiri pemakaman mereka karena kondisi fisiknya.Seluruh Kota Arama tampak diselimuti kabut hitam yang kelam.Kakek sangat terpukul ketika mengetahui kematian putra dan menantunya. Dia segera dilarikan ke rumah sakit, sehingga pemakaman Calvin dilaksanakan dengan terburu-buru.Pada hari yang kelabu itu, Selena melihat seorang wanita yang mengenakan baju hitam. Wanita itu berdiri lama di depan batu nisan sembari memegang payung hitam.Wajah cantik itu terlihat suram, dia tak pernah menyangka bahwa Calvin akhirnya akan memilih bunuh diri bersama Maisha.Semua hal yang sudah dia rencanakan selama bertahun-tahun berakhir dengan sia-sia.Daripada berlutut dan memohon belas kasihan darinya, Calvin lebih memilih untuk mati.Pada akhirnya, permintaan Erna tidak terkabul, cintanya tidak berbalas.Selena berjalan mendekatinya dan berkata, "Inikah akhir yang kamu inginkan?"Erna menoleh