Calvin menggenggam tangan Maisha dan menghiburnya. "Jangan menangis. Aku akan membantumu menemukan putri kandungmu. Kamu dan Selena pasti masih banyak yang ingin dibicarakan, jadi aku tidak akan mengganggu kalian."Hanya dua orang yang tersisa di ruangan itu. Selena dan Maisha saling berpandangan. Untuk sesaat, mereka berdua belum bisa beradaptasi dengan identitas mereka saat ini.Maisha yang pertama kali memecah suasana yang aneh ini. Dia memegang tangan Selena dan berkata, "Tidak peduli apakah kita adalah ibu dan anak kandung atau bukan, pada akhirnya aku yang berutang padamu. Sekarang aku menderita penyakit yang tak bisa disembuhkan, ini adalah pembalasan bagiku.""Bibi Maisha, jangan bilang begitu. Sumsum tulang yang cocok pasti akan ditemukan, kamu harus istirahat dengan baik.""Bagaimana kabar ayahmu?""Dia ... "Selena menggelengkan kepalanya. "Masih seperti biasa."Kejadian di rumah sakit telah ditutupi oleh pihak atas, orang biasa tidak tahu apa yang terjadi.Bahkan Selena pun
Rencana Selena berantakan karena kejadian yang tiba-tiba itu, dan dia tidak bisa begitu saja meninggalkan pria tersebut.Selena baru pergi dengan tergesa-gesa setelah dokter UGD memastikan bahwa pasien tidak dalam bahaya dan akan segera bangun.Pria itu sadar dan mengetahui bahwa dirinya telah dibawa oleh orang yang baik hati. Dia segera ingin berterima kasih dengan baik."Wah, sayang sekali. Gadis itu baru saja membayar biayamu dan langsung pergi.""Sudah berapa lama dia pergi?""Baru saja."Pria itu membalikkan badannya dan turun dari tempat tidur, mengabaikan teriakan perawat di belakangnya, "Kamu tidak boleh pergi, kamu masih harus menjalani pemeriksaan!"Pria itu tidak menghiraukan dan terus berjalan dengan cepat mengejar orang yang menolongnya.Di pinggir jalan, dia hanya melihat sosok ramping Selena, dan sebelum dia sempat memanggilnya, Selena sudah naik taksi.Selena naik taksi ke pemakaman, saat melewati toko bunga dia membeli bunga favorit Nyonya Tua.Kali ini dia pergi ke ma
Kamar sangat gelap, tirai kedap cahaya ditarik rapat untuk membantunya tidur nyenyak. Dia dengan hati-hati membuka sedikit celah, membiarkan secercah cahaya masuk ke ruangan.Selena melangkah dengan hati-hati menuju tempat tidur. Jika dia masih memiliki kewaspadaan seperti dulu, dia mungkin sudah terbangun sejak tadi.Sekarang matanya tertutup rapat, dengan infus yang sudah habis disampingnya.Selena mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi pria itu. Dahinya terasa panas sekali, dan benar saja, demamnya belum turun.Kondisi fisik Harvey selalu baik, jarang sakit seperti ini.Kelihatannya, masalah Lanny harus menunggu dia bangun nanti baru bisa dibicarakan.Selena baru saja menarik tangannya, tetapi pergelangan tangannya langsung ditangkap oleh seseorang.Detik berikutnya, pria itu menariknya dengan keras, dan Selena jatuh ke pelukan pria itu.Dia mengerutkan kening, tanpa sadar ingin mendorongnya menjauh, tetapi mendengar suaranya yang serak dan tertahan, "Jangan pergi."Selena menat
Wajah Selena penuh dengan kebingungan, bahkan sebelumnya saat di kapal Harvey hanya mencium sekilas saja.Saat Selena menyadari ada yang tidak beres, dirinya sudah jatuh dalam perangkapnya dan tidak bisa melepaskan diri.Harvey mengepungnya rapat tanpa memberi Selena ruang untuk bernapas.Mungkin dalam keadaan sadar, Harvey merasa bersalah terhadap Selena. Ada banyak kekhawatiran yang melanda pikirannya sehingga sekarang pikirannya keruh dan bertindak berdasarkan naluri.Selena mencoba untuk melawan, tetapi sia-sia.Harvey baru tenang saat mencium aroma yang tidak asing dari Selena."Harvey, cukup! Sadar nggak sih, kamu ngapain?"Harvey dengan santainya mengangkat tangan ke atas kepala untuk menghindari serangannya.Keringat menetes dari dahinya dan tenggorokannya terasa seperti teriris pisau, membuat suaranya terdengar serak. "Seli, aku belum pernah sesadar ini, seperti yang ku katakan, kita bakal punya anak lagi."Anak ...Selena tidak tahu mengapa Harvey begitu terobsesi dengan topi
Harvey tertidur lama sekali dan baru bangun saat hari sudah gelap.Saat membuka mata, dia langsung mengamati sekeliling, tetapi tidak menemukan siapa pun di sekitar.Dia mengangkat selimut dan melihat dirinya yang berpakaian rapi.Hatinya penuh dengan kekecewaan. Sepertinya Harvey terlalu merindukan Selena dan terlalu takut kehilangannya, sampai-sampai bermimpi seperti itu.Andai waktu dalam mimpi dia sungguh berbuat begitu, Selena pasti akan lebih membencinya.Harvey memegangi kepalanya yang pusing, setelah tidur rasa lelah sirna, demamnya menurun, dan semangatnya meningkat.Setelah segar mandi, Benita sibuk keluar masuk dari dapur sambil mengenakan celemek.Begitu melihat Harvey turun dari kamar, ekspresinya seketika menghangat."Tuan Muda Harvey, akhirnya bangun juga. Anda pasti lapar setelah tidur lama. Jangan khawatir, aku bakal masak banyak makanan yang Anda dan Nyonya suka."Harvey mengerutkan kening. "Siapa kamu bilang?""Nyonya. Oh ya, saat dia datang menjenguk, Anda masih dem
Selena bermimpi tentang masa lalu saat dia diperlakukan dengan penuh kasih sayang oleh Harvey.Harvey membuatkan kebun mawar khusus untuknya hanya karena dia mengatakan betapa indahnya mawar.Di dalamnya terdapat puluhan jenis mawar dengan bentuk dan warna yang berbeda-beda yang dirawat dengan baik oleh tukang kebun.Harvey menghabiskan setahun penuh untuk membuat taman mawar yang berjenis lengkap dan hari itu adalah hari ulang tahun Selena.Namun, saat itu Harvey bilang bahwa dia punya janji dan tidak bisa makan malam bersama Selena.Selena mengedipkan mata setelah menerima telepon, meski merasa agak kecewa, tetapi dia tidak menyalahkannya.Keluarga Irwin memberikan seluruh kekuasaan pada Harvey, Grup Irwin juga menangani banyak industri besar dan kecil, jadi wajar kalau dia sibuk.Lagi pula, Harvey hanya lupa ulang tahun Selena. Dia masih muda, jadi masih banyak ulang tahun yang bisa dirayakan.Pada siang itu, Selena memanggang kue kecil untuk dirinya. Namun, karena suasana hatinya b
Harvey hendak melanjutkan perkataannya, tiba-tiba terdengar teriakan Benita dari lantai bawah. "Tuan Muda Harvey, Nyonya sudah bangun?"Teriakan perempuan paruh baya bersuara dalam terdengar dari lantai bawah dan mencapai telinga Selena.Suara itu seperti air yang menyiram Selena, membuatnya basah kuyup dari kepala hingga kaki dan dinginnya sampai merasuki tulang.Selena berhenti bergerak, dalam kegelapan dia hanya bisa melihat bayangan Harvey tanpa melihat wajahnya yang tersamarkan kegelapan.Ini bukan mimpi!Apa yang dia lakukan?Selena melihat piama yang dilepaskan sendiri.Selena akan meledak!Dia buru-buru sembunyi dalam selimut.Harvey merasa kecewa, lalu tersenyum untuk mengatasi perasaan ini sambil berkata dengan suara rendah, "Makanan sudah siap, bangun dan turun buat makan."Kemudian, dia beranjak keluar dan menutup pintu dengan perlahan.Wajah kecil Selena yang bersembunyi di balik selimut merah padam. Hal bodoh apa yang dilakukannya! Dia hampir menelan Harvey hidup-hidup.S
Harvey tidak menyangka Selena bisa mengenali Lanny hanya dari sepasang matanya.Situasi saat ini seperti mengeluarkan jantung dan menggorengnya di atas panci.Selena tampaknya takut Harvey tidak percaya, lalu dia meneguk sedikit lemon untuk melembapkan tenggorokan dan melanjutkan. "Aku tahu kebenarannya sangat nggak masuk akal, tapi aku yakin itu dia. Asal kita ambil tulang Kezia buat dites, kebenaran bakal terungkap."Harvey menggenggam gagang pisau erat-erat dan menjawab dengan suara rendah. "Nggak bisa.""Kenapa?""Dia sudah dikremasi dan suhu panas yang tinggi bisa merusak sel DNA. Andai aku setuju buat buka petinya, isinya juga cuma abu."Tubuh Selena jatuh lunglai di sandaran kursi, suaranya agak gemetar. "Gimana bisa gini? Tapi tadi pagi aku pergi ke makamnya, terus aku lihat banyak tanah yang digali, seolah ditutup buru-buru. Mungkinkah ada orang yang gali makamnya sebelum kita?"Punggung Harvey terlihat tegang, tidak menyangka kalau Selena pergi ke sana."Aku bakal minta orang