Harvey memperhatikan Selena diam-diam. Dalam beberapa hari ini dia tidak melakukan hal-hal di luar ekspektasi.Beberapa hari yang lalu, Selena menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah sakit. Hal ini sama sekali terasa wajar karena Selena ingin menemani ayahnya yang kesehatannya makin lama makin memburuk.Selama beberapa hari ini, Selena tidak pergi ke mana pun selain turun ke kompleks perumahannya. Bahkan Olga pun tidak pernah datang.Selena mengenakan gaun renda dengan kesan Tiongkok berwarna krem. Angin sepoi-sepoi menyapu wajahnya dan bunga sakura beterbangan di sekitarnya. Dia terlihat sangat cantik.Ternyata setelah meninggalkan dirinya, Selena menjadi begitu tenang dan lembut.Mereka berdua saling bertatapan dari jarak yang cukup jauh. Selena hanya menganggukkan kepalanya memberi salam, lalu pergi tanpa menoleh.Harvey merasa hatinya terasa sesak. Padahal jelas-jelas dia sudah membuat keputusan dan berjanji kepadanya, tetapi dia malah berulang kali melanggar aturan-aturan ya
Orang yang berdiri di pintu adalah Maisha, orang yang pernah Selena pikirkan siang malam. Namun, sekarang hanya dengan melihatnya sekilas saja, Selena sudah merasa sakit hati.Harvey akan tunangan, tetapi mengapa semua orang yang tidak ingin dia temui malah datang menemuinya?"Selena, Ibu ingin bicara lima menit saja.""Lima detik pun aku nggak punya apa-apa yang bisa kukatakan padamu." Selena berkata dengan wajah dingin.Kebetulan tetangga sebelah rumahnya membuka pintu untuk keluar. Selena yang tidak ingin masalahnya menjadi tontonan orang-orang, akhirnya memilih membuka pintu lebih dulu dan Maisha mengikutinya masuk.Ini adalah pertama kalinya Maisha datang ke rumah Selena setelah kembali ke negaranya.Dulu, Selena pasti akan menyambutnya dengan sangat ramah. Namun, hari ini dia tidak bersikap seperti itu. Dia melepas sepatunya dengan dingin dan menuangkan segelas air hangat untuk melembabkan tenggorokannya."Ada perlu apa?"Maisha melihat-lihat sekeliling. Apartemen ini tidak terla
Entah pelet apa yang Calvin berikan kepada Maisha. Selena tidak paham, padahal jelas-jelas Maisha sudah berumur, tetapi dia masih begitu polos."Kenapa aku harus memberi ucapan selamat pada mereka? Agatha lah yang sudah membuatku jadi seperti sekarang. Sudah bagus aku nggak membuat perhitungan padanya, tapi sekarang aku malah harus memberinya ucapan selamat? Masuk akal dari mana semua ini?""Ibu juga sempat dengar beberapa cerita tentang kalian berdua. Selena, apa yang terjadi pada anakmu itu adalah sebuah kecelakaan. Agatha juga jatuh ke laut dan hampir saja nasibnya sama seperti kamu. Hanya saja dia sedang beruntung dan bisa melahirkan anaknya dengan selamat, kamu nggak bisa menyalahkannya."Selena tahu kalau Agatha memutarbalikkan fakta di depan ibunya, mengubah hitam menjadi putih dan menyalahkan orang lain.Hal yang paling menyedihkan adalah Maisha percaya pada apa pun yang Agatha katakan dan malah menyalahkan Selena."Nyonya Maisha, apakah Anda tahu kalau ada gunung di Manado yan
Akhir-akhir ini, Selena juga berpikir untuk mengajak Wilson keluar dan melanjutkan penyelidikan menggunakan caranya.Namun, Selena sendiri juga takut kalau caranya ini malah membuatnya terjebak dalam masalah. Itu sebabnya selama ini dia hanya diam saja.Tak disangka, ternyata Wilson malah datang sendiri padanya.Selena menekan tombol terima panggilan. "'Halo, Kak Wilson.""Kak Selena, sekarang kamu ada di mana? Aku sudah menemukan petunjuk tentang Kezia kayak yang kamu minta!"Suara Wilson sangat panik dan membuat orang yang mendengarnya percaya kalau yang dia katakan adalah asli.Selena bertanya dengan ragu, "Petunjuk apa?""Ponsel milik Kezia yang sudah pecah. Aku ingat kalau kamu sangat tertarik, makanya aku tanya padamu, perlu nggak aku memberikannya padamu.""Aku dengar rumahnya yang lama sudah disewakan ke orang lain dan mayatnya ditemukan di laut. Terus, dapat dari mana ponsel ini? Apa lagi ponselnya sudah rusak, tahu dari mana kalau itu punya Kezia?"Selena memiliki jalan pikir
Padahal tidak saling bertatap muka, tetapi Selena merasa kalau suasana di antara mereka terasa aneh dan menakutkan.Suara Harvey terdengar sangat kesal. "Jadi ini yang mau kamu katakan?"Hal ini sudah terlampau jauh, sudah terlambat bagi Selena kalau mau mengakui apa yang sebenarnya ingin dia katakan. Selena meyakinkan hatinya dan berkata, "Iya, bagaimanapun juga kita pernah saling kenal, jadi aku pikir aku perlu mengucapkan selamat padamu secara langsung."Harvey menggertakkan giginya. "Makasih atas doanya."Begitu selesai bicara, Selena mendengar kalau teleponnya diputus, sementara dia sendiri hanya bisa menghela napas putus asa.Padahal sudah jelas dia sendiri yang ingin tunangan, tetapi mengapa terlihat seolah-olah Selena lah yang memaksanya bertunangan? Dia merasa seperti tidak rela.Selena tidak mungkin memberitahu Harvey. Jika tidak, pesta pertunangannya bisa kacau balau. Jangankan Agatha, bahkan Maisha sendiri juga pasti akan kesal setengah mati padanya.Secara kebetulan, sebua
Selena perlahan tersadar dari pingsan dalam kondisi sakit kepala yang luar biasa. Ada orang menggunakan sapu tangan untuk menutup mulut dan hidungnya dengan erat di dalam lift.Sekarang efek obat bius belum hilang sepenuhnya, sehingga seluruh tubuh Selena masih lemas dan terasa sakit.Matanya ditutupi kain hitam, hingga dia sama sekali tidak bisa melihat cahaya.Pergelangan tangan dan kakinya juga diikat dengan erat. Kini Selena yang terikat kuat sama sekali tidak bisa bergerak.Tubuhnya terikat di ruangan sempit dan tercium aroma busuk yang menyengat hidung.Selena mencoba menyentuh sekitarnya dengan tubuh, lalu menyadari tubuhnya terjepit di area yang sangat sempit, hingga nyaris tanpa celah.Selena segera menyadari, kini posisinya berada di dalam bagasi mobil.Entah bagaimana, dia tiba-tiba teringat akan kondisi kematian Kezia.Setelah dicekik hingga mati, Kezia dibuang ke laut hingga mayatnya berubah bentuk akibat terendam air laut, barulah dikeluarkan dari dalam laut.Jadi, apakah
Udara yang dingin menghilangkan bau lembab di dalam bagasi, dan membuatnya berpikir sedikit jernih.Selena Bennett berteriak kencang dengan sengaja, "Siapa kalian? Lepaskan saya!"Dia merasa gelisah, tetapi dia memberitahu dirinya sendiri untuk tetap tenang, hanya dengan tenang dia bisa menemukan celah.Terdengar suara Wilson yang tidak asing, "Nona Selena, bukankah kamu selalu ingin mengetahui penyebab kematian Kezia Ferdiansyah? Apakah kamu ingin saya langsung memberitahumu?"Selena Bennett merasakan ada sebuah tali yang tiba-tiba bergoyang di lehernya. Suara Wilson tidak seperti seorang pria yang baru pertama kali bertemu, melainkan seperti ular berbisa yang mendesis di telinganya."Benar, dia meninggal dengan cara dicekik, dan ekspresi wajahnya sebelum meninggal sama seperti ekspresi wajahmu, tangan dan kaki tidak berhenti bergerak.""Dia berusaha untuk meminta pertolongan, tetapi tidak bisa mengucapkan satu kata dengan jelas, hanya bisa menatap saya dengan pandangan yang putus asa
Orang itu dengan sengaja menyamarkan suaranya, sehingga tidak ada petunjuk yang jelas tentang suara aslinya.Hanya saja, ujung jarinya yang mengangkat dagu Selena membuat Selena mencium aroma obat yang samar-samar.Selena belajar ilmu kedokteran Barat dan tidak terlalu mempelajari ilmu pengobatan tradisional Tiongkok, jadi dia tidak tahu bahan obat apa ini, atau apakah obat ini campuran dari banyak bahan obat."Kamu ingin membunuhku?" Selena langsung bertanya."Hidup dan matimu tidak di tanganku."Selena mengernyitkan kening, jelas-jelas tidak mengerti apa sebenarnya tujuan wanita ini yang bahkan sampai sudah mengikatnya seperti itu?"Apa maksudmu?"Lawan bicaranya tidak membunuhnya, dan malah membuat Selena semakin tidak tenang.Fakta bahwa wanita ini membiarkannya tetap hidup pasti ada hubungannya dengan Harvey Irwin."Aku dan Harvey sudah bercerai, sekarang aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Apa sebenarnya yang kamu inginkan dariku?"Jari yang memegang dagunya semakin kuat, Selena