Maisha langsung menjawab tanpa pikir panjang, "Bukankah begitu? Aku dengar kalian masih tinggal bersama, Selena, sebenarnya kamu tahu nggak apa itu cerai? Kamu masih muda, jika begini terus, nggak hanya kamu yang akan mendapat masalah, tetapi itu juga akan membuat Harvey dan Agatha menjadi bahan pembicaraan orang lain. Satu set sumpit hanya ada dua batang sumpit, bagaimana mungkin satu pernikahan bisa bahagia dengan tiga orang?"Selena sudah tidak bisa membedakan dia sedang sakit hati atau sakit maag, dia merasa organ tubuhnya digigit oleh semut kecil ganas yang membuatnya merasa sangat sakit.Selena menahan rasa sakit yang kuat, ribuan kata yang ingin dia katakan hanya berubah menjadi senyuman, "Ternyata bagimu aku adalah orang seperti itu.""Ibu jangan berbicara seperti itu kepada adik, dia masih kecil, sangat wajar jika dia nggak mengerti, karena kita adalah keluarga, maka kita harus saling toleransi, aku nggak apa-apa kok."Pada saat ini, Agatha berubah menjadi murah hati, sementar
Namun, kenyataannya dia keluar pagi-pagi hanya untuk melakukan perawatan kecantikan, minum teh sore, dan mendengarkan konser musik.Pelayan menelepon Maisha, tetapi Maisha menjawab dengan dingin, "Untuk apa kamu memberitahuku? Aku bukan dokter, jika dia sakit, cari saja dokter."Selena tidak sadarkan diri karena demam tinggi, dia terus menyebut kue dalam mimpinya.Dia sudah menyebut kue beruang itu hingga seharian, ketika demamnya sudah menurun, dia melihat salju yang turun di luar sana, dia tertawa bahagia ketika melihat pelayan membawa kue krim berbentuk beruang."Ini kue buatan Ibu, 'kan?""Uhm."Selena kemudian tahu bahwa kue itu dibuat oleh koki, ibunya tidak menjaganya, bahkan tidak menanyai kondisinya.Waktu sudah berlalu begitu lama, Selena melihat wajah Maisha di depannya dan membayangkan wajah Maisha yang di dalam ingatannya.Sejujurnya, wajah dingin Maisha masih memiliki rasa benci dengannya.Selena mendengar teman-temannya berkata bahwa setiap orang tua menyukai anak-anak y
Selena memejamkan matanya, dia terus membayangkan Selena kecil yang terus mengejar di belakang Maisha.Saat itu dia masih kecil, dia tidak mengerti mengapa ibunya selalu merasa tidak bahagia. Selena selalu berpikir bahwa jika dia menjadi anak yang lebih baik, maka hidup ibunya akan lebih bahagia.Setelah Maisha meninggalkannya hingga bertahun-tahun, Selena tetap selalu membelanya ketika dia merindukan Maisha, ibunya hanya meninggalkannya karena tidak mencintai ayahnya.Dia adalah putrinya, jadi pasti ada alasan di balik semua ini.Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu, kesannya terhadap ibunya masih terpatri di sosok yang lembut dan baik hati, dia pikir ibunya akan merindukannya seperti dirinya yang merindukan ibunya.Sekarang tampaknya kesedihan dan kebahagiaan antara manusia itu tidak saling terhubung.Selena mengambil napas dalam-dalam, dia menelan lagi darah yang kembali naik ke tenggorokannya.Ketika dia membuka matanya lagi, matanya sudah menjadi jernih, Selena berkata satu d
Harvey terus berdiri di depan pintu kamar mandi, alisnya yang tampan terus mengerut, baru saja dia memerintahkan orang untuk melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh pada Selena, seharusnya dia baik-baik saja.Jumlah darah yang keluar dari hidung Selena jelas melebihi darah mimisan biasa, darahnya mengalir dengan ganas, itu terlihat sangat menakutkan.Melihat ekspresinya yang cemas, Maisha juga tersadar kembali dan berkata, "Jangan khawatir, anak ini sudah suka pura-pura sakit sejak kecil."Agatha juga berkata dengan kompak, "Ibu, aku nggak menyangka adik begitu licik, dia mencoba mendapatkan perhatian dengan cara seperti ini.""Benar, anak ini sejak kecil sudah memiliki sifat pembohong, karena ayahnya terlalu memanjakannya, akhirnya dia menjadi seperti ini hari ini!"Maisha melihat Harvey lagi, "Harvey, kamu jangan sampai dibohong dia, tubuhnya selalu sehat, bagaimana mungkin dia langsung mimisan padahal aku hanya menyentuh wajahnya dengan pelan, aku bahkan enggak memukul hidungnya."Ca
Harvey tidak leluasa untuk menolak di depan semua orang, matanya terpaku pada Selena, tetapi dia berkata, "Aku nggak berencana untuk membatalkan pertunangan ini."Agatha gugup, menelan ludah, dan segera melihat ke arahnya, "Harvey, jadi maksudmu ... kamu memilihku?"Harvey mengangguk.Agatha merasa lega ketika beban berat di hatinya seketika menghilang. Dia berlari ke arah Harvey dengan penuh semangat dan memeluk lengannya."Harvey, aku tahu kau memikirkan aku. Ayah, kakek, kalian juga mendengarnya, 'kan?"Antono merasa agak lega, "Aku berharap kamu bisa memenuhi janji layaknya pria sejati.""Putriku akan kuserahkan padamu saat sudah waktunya," ucap Antono sambil menepuk pundak Calvin.Hasil ini sesuai dengan harapan Selena, meskipun sebenarnya dia sudah tahu pilihan Harvey sejak dulu.Ketika momen ini tiba, hatinya yang kosong dan sepi terasa seperti diterpa angin yang sejuk.Dia menarik tangannya dari genggaman Harvey dan berkata, "Harvey, aku menghormati pilihanmu."Harvey melihatny
Selena sungguh berpikir bahwa dirinya pasti akan mati kali ini. Lagi pula, tubuhnya memang sedikit melemah setelah kemoterapi. Namun, kondisi perutnya membaik.Keseharian di pulau terasa baik dan dia merasa bahwa penyembuhannya lancar. Dia juga tidak muntah darah dalam beberapa waktu terakhir.Hari ini, dia saja tidak tahu bahwa telah terpicu, meskipun sebelumnya pendarahannya tidak separah ini.Warna merah yang sangat terang nyaris menusuk matanya. Dia pingsan dengan perasaan mengganjal.Ketika dia tersadar, bau cairan disinfektan memenuhi hidungnya dan dinding pun seputih salju.Perutnya agak membaik dan tidak terlalu sakit lagi."Selena, kamu sudah bangun! Apakah kondisimu sudah agak membaik?" Suara pria yang familiar terdengar dan Selena segera menoleh ke arah suara itu.Bukankah itu Isaac yang dia temui di kapal pesiar sebelumnya? Wajah tampan pemuda itu sangat cemas.Selena yang baru saja bangun bicara dengan suara yang masih lemah, "Apakah kamu yang menyelamatkanku?""Iya, aku b
Ketika Selena melihat Maisha, dia hanya memiliki satu pemikiran, yakni mereka yang terikat oleh sedikit takdir.Saat Selena berbalik dan pergi, Maisha segera mengejarnya, "Selena, tunggu sebentar. Ada yang benar-benar ingin kukatakan padamu."Bukannya berhenti, Selena malah melangkah semakin cepat. Dia sampai mendengar suara perawat lain yang mengejarnya dengan tergesa-gesa dari belakang, "Nyonya, tolong pelan-pelan. Jantung Anda tidak sanggup jika dipacu seperti itu!"Selena mendengar ucapan ini dan berhenti berjalan. Maisha dengan cepat menggapai tangannya sambil terengah-engah, "Selena, tunggu sebentar."Tanpa riasan, wajahnya jelas terlihat pucat dan lemah, bibirnya bahkan agak memerah."Nyonya Maisha, saya pikir kita sudah selesai bicara.""Selena, lima menit saja, lima menit ya?" ucap Maisha memohon.Perawat mungil di samping sibuk menasihati, "Nyonya, jantung Nyonya sedang tidak stabil, jangan sampai memicunya."Selena dipaksa untuk berada dalam situasi ini, dia pun menyetujuiny
Maisha berkata sambil menangis dan hidungnya beringus. Dia mengungkapkan kesedihan serta penyesalan yang sangat menyedihkan antara dirinya dengan Calvin..Setelah dipermainkan oleh Selena, dia sedikit bingung dan air matanya tertahan di kelopak mata. Dia terlihat lucu karena tidak jelas hendak menangis atau tidak.Sepertinya dia berpikiran bahwa dirinya sangat malang. Mengapa Selena tidak menujukkan sedikit pun empati padanya?Apakah dia tidak punya hati?"Nyonya Wilson, mungkin hal terberat yang akan Anda alami dalam hidup ini adalah kehilangan Calvin. Apakah Anda tahu apa itu kehancuran keluarga dan kematian orang yang dicintai? Apakah Anda tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang dicintai satu per satu tanpa bisa berbuat apa-apa? Apakah Anda tahu betapa sakitnya ketika saya yang dulu begitu manja bisa ditendang berulang kali oleh orang asing?"Selena tertawa dingin, "Di dunia Anda, mungkin digigit nyamuk saja harus segera menghubungi nomor darurat. Bagaimana Anda bisa mengerti b