Keluarga Wilson yang berdiri di dekat pintu langsung emosi saat melihat pemandangan ini, terutama Calvin yang mendekat dengan cepat.Sebelumnya Selena masih cukup lembut, tetapi saat ini sepasang mata hampir menembus tubuh Selena."Maisha, kamu sedang apa?" Calvin dengan perlahan membantu Maisha berdiri.Selena belum sempat bicara, tetapi Calvin langsung berkata dengan keras, "Nona Selena, tidak peduli apa pendapatmu tentangnya, dia tetap ibumu yang melahirkan dan membesarkanmu. Selama ini dia selalu memikirkanmu dengan penuh kekhawatiran dan karena itu dia menderita penyakit jantung. Kamu terus-terusan menyakiti perasaannya, kamu ingin membuatnya menderita agar hatimu merasa lega, bukan?""Suamiku, jangan bicara lagi," ucap Maisha memohon.Calvin Wilson menepuk punggung tangannya dan ekspresinya sangat serius, "Nona Selena, percaya atau tidak, saya sangat kasihan padamu dan sungguh ingin merawatmu seperti anak perempuan agar istriku dapat memenuhi tanggung jawabnya sebagai ibu. Namun,
Agatha jelas membalas dendam secara pribadi. Dia tidak pernah bisa melupakan adegan ketika Selena menindasnya dan menendangnya di tanah.Dia tidak buta, kenapa bisa dia tidak melihat ekpresi Selena yang sedang sakit?Namun, dia justru ingin memanfaatkan penyakitnya untuk bisa membunuhnya!Saat Selena tidak bisa bangkit, Agatha dengan keras menendang Selena. Dia melepaskan kemarahan di dalam hatinya dengan bebas."Agatha, jangan menendangnya." Maisha hendak meraih tangannya dan menariknya.Agatha biasanya tidak mempedulikan perkataannya, jadi kali ini dia juga tidak memperdulikannya, "Bukankah Ibu yang bilang kalau dia suka berpura-pura? Kalau kita nggak menendangnya sedikit, orang lain akan mengira kita menindasnya."Dia juga sempat menendang beberapa kali sambil berbicara. Dia bahkan menampar wajah Selena."Dasar wanita murahan, untuk apa kamu pura-pura!"Selena ingin membantah, tetapi tak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Dia merasa kesadarannya kabur dan semakin menjauh darinya.Da
Pandangan Selena perlahan-lahan kembali fokus, yang terlihat adalah kemeja putih murni. Pandangannya bergerak ke atas, dia melihat garis rahang yang tegas milik Harvey.Harapan di matanya seketika padam. Ya, Arya masih dalam keadaan koma di rumah sakit, bagaimana mungkin dia bisa muncul di sini?"Mengapa hidungmu berdarah sebelumnya?" Itulah pertanyaan yang diucapkan oleh Harvey.Tercium aroma sabun mandi yang asing dari tubuh Harvey. Selena teringat malam sebelumnya ketika dia tidur dengan Agatha. Selena segera melepaskan pelukannya."Hidungku terbentur. Saat ibuku menelepon, aku tidak sengaja menyentuh luka yang ada di dalamnya." Selena menjawab dengan tenang.Harvey menatap ekspresinya, mencoba mencari bukti bahwa dia sedang berbohong.Selena menatap balik dengan tegas, "Apa? Kau tidak percaya? Bukankah kau bilang tubuhku selalu sehat? Apa yang mungkin terjadi padaku?""Benar juga," ucap Harvey. Entah apakah itu untuk membuat dirinya percaya atau untuk meyakinkan Selena.Harvey tida
Saat pagi buta, Alex sudah menunggu di bawah. Selena sengaja memakai sedikit riasan agar terlihat lebih segar.Ketika sampai di perusahaan, Chandra sudah menunggu di depan mobil dengan sabar. Dia dengan sopan menyapa, "Nyonya."Selena menggelengkan kepalanya, "Sudah kubilang, panggilan itu ... ""Maaf, saya harus menjelaskan tentang pekerjaan. Tuan Harvey telah memindahkan Anda ke departemen penjualan."Selena mengerutkan keningnya, "Bukankah dia setuju jika aku menjadi asisten pribadinya?"Chandra tampak sedikit canggung, dia meredam batuk dengan bibirnya, "Tuan Harvey mempertimbangkan bahwa Nyonya Selena ingin mendapatkan pengalaman. Mungkin asisten pribadi tidak memiliki pengalaman pertempuran seperti di departemen penjualan, Tuan Harvey juga memikirkan Anda."Selena tahu betul jika Keluarga Wilson tidak akan tinggal diam jika dia berada di sini sebagai asisten pribadi.Padahal hal ini jelas hasil dari perbuatannya sendiri. Namun, ketika dia memilih untuk menghindari rasa curiga, Se
Selena akhirnya berpisah dari Harvey karena Keluarga Wilson.Meskipun bekerja di perusahaan yang sama, dia hanyalah bawahan di departemen penjualan dan tidak mungkin bertemu dengan Harvey.Satu-satunya penyesalan adalah dirinya yang dijauhkan dari posisi asisten pribadi, dia semakin jauh dari posisi itu. Posisi yang menjadi tujuannya sejak awal masuk perusahaan.Selena hanya berharap pada George. Berharap kepergiannya kali ini akan membawa beberapa informasi yang berguna.Saat Selena sedang berpikir, terdengar suara mengeluh di telinganya, "Ah, kenapa harus aku lagi yang mengirimkan rencana kerja?"Selena memalingkan kepalanya dan melihat sepasang mata besar yang bulat di sebelahnya. Dia adalah Lauren, sosok yang cukup ramah."Apa yang terjadi, Kak Lauren?"Rambutnya yang kusut di sekitar telingannya menunjukkan keputusasaan, "Tabel rencana kerja ini harus diserahkan. Kau juga tahu bahwa kita adalah Kelompok C. Kita berada di posisi terbawah bulan lalu dan aku bahkan tidak berani masuk
Meskipun dia mendekat dan meletakkan kotak di atas meja, "Kak Simon, ini hadiahku untukmu."Simon mendongakkan wajahnya, mendorong bingkai kacamata dengan tangannya, dan memasang ekspresi serius, "Kamu masuk ke Grup Irwin hanya untuk membuang-buang waktu dengan hal seperti ini?""Sudahlah, Selena. Jangan pedulikan dia. Itu memang sifatnya, jangan sampai kamu tertular juga."Luke mengedipkan matanya ke arah Selena, "Rencana kerja ini akan kuserahkan kepada Asisten Chandra, jangan khawatir.""Baiklah, terima kasih. Kami tidak akan mengganggu kalian lagi," Selena mengalihkan pandangannya dari simon ke arah lain.Simon kembali fokus bekerja, sepertinya dia hanya fokus pada pekerjaan.Karakter Luke dan Simon di kantor berbanding terbalik. Jika ada masalah, siapa yang akan menjadi biang keroknya?Selena yakin jika seseorang memang licik, maka sifatnya itu tidak akan bisa disembunyikan.Jika tidak bergerak sendiri, lawan juga tidak akan tahan.Selena menyematkan pelacak di brosnya. Kali ini,
Ini adalah masalah besar, biasanya Harvey hanya akan berkomunikasi dengan manajer penjualan, bukan malah mencari ketua tim.Seketika, ekspresi Lala yang sebelumnya tersenyum tiba-tiba berubah."Selena, aku sudah bilang kalau kamu masih kurang pengalaman, belajarlah di Kelompok C dengan baik. Kamu nggak fokus pada proyek dan hanya memikirkan hal yang tidak penting. Apa kamu yang membuat bos marah?""Ada orang yang mungkin berpikiran bahwa bisa melakukan apa saja dengan bermodalkan penampilan yang menarik, bukan? Kamu pikir Tuan Harvey itu siapa? Apa kamu tahu nasib pegawai wanita yang mencoba menggodanya sebelumnya?"Selena merasa sedang sial belakangan ini. Hal yang tidak menyenangkan selalu terjadi ke mana pun dia pergi.Dia hanya pergi ke ruang sekretaris sebentar dan rekan-rekan yang sebelumnya ramah langsung berdiri lalu menuduhnya dengan kata-kata yang sangat kasar.Selena menjawab dengan ekspresi tenang, "Aku nggak bertemu dengan direktur. Aku hanya menyerahkan rencana kerja ke r
Ini pertama kalinya Selena melihatnya dalam lingkungan kerja, ternyata Harvey tidak hanya kejam pada dirinya.Lina sudah ketakutan setengah mati dan segera menjawab, "Tuan Harvey, jangan marah. Rencana ini ... Selena, kamu yang jelaskan."Dia berbalik dan menatap Selena, tetapi dia menyadari bahwa gadis kecil ini tidak merasa takut sedikit pun. Punggungnya tegak lurus, ekspresinya tenang, dan berani bertatap muka dengan Harvey.Pemberani!Aduh, apa yang sebenarnya dipikirkannya? Lina segera menghilangkan pikiran yang aneh dari kepalanya.Selena pun membantu dan menjawab dengan nada mengancam, "Apa yang tidak Anda sukai dari rencana saya, Tuan Harvey?"Harvey mengernyitkan keningnya, "Apa yang kamu lakukan?"Dia hanya bekerja selama dua hari, biasanya rencana kerja yang sangat penting seperti ini, meskipun dia ingin ikut serta, ketua tim tidak mungkin mengizinkannya. Ini berkaitan dengan penilaian kuartal dan bonus tahunan.Sudah jelas, ketua tim pasti ikut agar bisa tampil paling menon