Akhirnya, Selena tahu alasan mengapa Harvey begitu yakin bisa menemukannya. Walaupun Harvest tidak bisa bicara, tetapi dia tidak bodoh, dia pernah tinggal di pulau ini selama seminggu, jadi dia mengenal pulau ini!Karena itu, Harvey tidak perlu membuang-buang waktu untuk mencari pulaunya satu per satu, dia hanya perlu menemukan pulau yang paling membuat Harvest bersemangat.Seperti sekarang ini, sebelum turun dari helikopter, Harvest sudah mengayunkan lengan dan kaki kecilnya dengan penuh semangat sambil terus berteriak, "Ibu, Ibu, Kakak, kucing ... "Dia mengucapkan semua kata yang dia tahu.Sembari merangkul Harvest, Harvey tersenyum tipis dengan dingin, "Sepertinya, ini tempatnya," ucapnya.Semua orang sudah bersiap, bagaimanapun juga, lawannnya pernah menggunakan pistol, mereka tentu tidak boleh meremehkannya.Sementara itu, Alex juga menjadi serius, kemudian entah berbicara apa melalui protofon. Tak lama, muncul beberapa kapal perang yang mengepung pulau dari segala arah.Penembak
Harvey membuka pintu kayu, ruangan itu memiliki perabotan yang sederhana yang terbuat dari kayu.Selain sebuah tempat tidur kecil, di sampingnya ada sebuah papan gambar.Di papan gambar itu, terlukis pohon sakura di bawah sinar bulan, pulau itu terlihat sangat tenang di bawah sinar bulan.Pelukisnya sangat terampil, Harvey langsung tahu bahwa lukisan itu dibuat oleh Selena.Saat ini, dia merasa begitu gembira, akhirnya dia menemukannya.Di sebelahnya, ada setumpuk lukisan yang tebal, Harvey pun memeriksanya dengan tenang.Saat matahari terbenam, para pria yang memancing kembali pulang, sementara wanita dan anak-anak tersenyum semringah menyambutnya.Ada pemuda yang membuat belalang dari rumput, yang melukis di bawah sinar matahari pagi, dan ada juga seorang pria dengan topeng logam yang bersandar di bawah pohon sakura.Mungkin suasana hatinya sedang buruk saat melukis, tapi lukisan ini memiliki makna yang lebih dalam di mata Harvey.Pria itulah yang membawanya pergi.Aura dingin pun te
Selena mendongak menatapnya, sementara sinar matahari menyinari tubuhnya, namun tatapannya dingin.Di dalam tatapan itu ada kemarahan, ejekan, dan penghinaan."Harvey, sebenarnya kamu itu mau apa dariku? Apa aku ini nggak berhak punya kehidupan sendiri?"Walaupun keduanya sudah bercerai, pria ini malah semakin terobsesi padanya dibandingkan saat sebelum bercerai, bahkan sudah mencapai tingkat yang tidak wajar.Mata Harvey tertuju pada tangan besar yang menggenggam erat pergelangan tangan Selena, sementara George yang merasakan tatapan itu tanpa sadar menghalang di depan Selena.Saat keduanya bertatap mata, George tidak menunjukkan ketakutan dalam tatapannya, "Kalian sudah bercerai, dia nggak mau ikut denganmu," jelasnya.Tindakan dan perkataan ini sungguh membuat Harvey marah.Harvey menatap lekat-lekat mata George dan ketidakpuasan yang kuat pun muncul di wajahnya.Bahkan udara di sekitarnya juga terdengar bising, angin laut bertiup kencang, meniup rambut Selena yang agak lebih panjan
Suhu tubuhnya yang begitu panas seakan menyebar dari punggung tangannya ke seluruh bagian tubuhnya, membuat Selena merasa ketakutan."Harvey, semua orang di pulau ini sangat baik dan sangat menjagaku, bahkan Harvest dan yang lainnya juga nggak melukaiku sama sekali. Harvest suka sekali tempat ini ... lalu, masalah penculikan itu cuma salah paham, aku bisa menjelaskannya padamu ... ""Aku akan pulang bersamamu, tapi tolong lepaskan mereka, oke?" ucap Selena memohon tanpa memberontak."Seli, kenapa sih kamu selalu membuatku marah? Kalau dari dulu kamu nurut, kita 'kan nggak mungkin sampai seperti ini?" ujar Harvey dengan dingin seraya mengelus lembut kepala Seli dengan jari yang memegang rokok.Sembari menahan penghinaan, senyuman paksa muncul di wajah kecil Selena yang pucat, air mata pun juga hampir menetes."Baiklah, mulai sekarang aku nggak kabur, aku nggak akan kabur lagi.""Ini kamu yang mengatakan sendiri ya, tapi kalau sampai kamu kabur lagi, bagaimana?"Selena manatap Harvey dal
Selena sadar dia tidak bisa menghindari masalah hari ini, jadi dia bertekad untuk berhenti berhati-hati seperti dulu, dan menghadapi tatapan Harvey serta meninggikan suaranya.“Aku benci sikapmu yang selalu merasa paling benar, aku benci sikapmu yang berubah-ubah, jelas-jelas kamulah yang mengusirku, tapi sekarang kamu juga yang nggak melepaskanku. Kamu bilang ayahku berutang nyawa karena adikmu, keluarga Bennett bangkrut, ayahku berkali-kali kritis, dan aku sudah mengorbankan pernikahanku dan anakku, apa itu masih belum cukup? Kalau masih belum cukup, bunuh saja aku.Selesai bicara, tatapan Harvey menjadi semakin dingin, Selena pun menjadi gugup, dan jantungnya berdegup kencang di tengah emosinya yang semakin meluap-luap."Waktu kamu senang, kamu mengusirku dan memberiku uang sebanyak 2 triliun rupiah, tapi waktu kamu susah, kamu kembali mencariku. Harvey, aku ini manusia, bukan mainanmu. Tahu nggak kenapa aku lebih suka tinggal di pulau terpencil daripada kembali ke kota yang ramai?
George tentu menyadari bahwa orang gila seperti Harvey, kalau sekarang dia terlalu mengkhawatirkan Selena, itu hanya akan menyakiti Selena.Dengan segera, pintu kamar terbuka dan dia melihat Harvey menarik Selena keluar, padahal tubuh Selena sangat lemah, tetapi pria itu tidak merasa kasihan sama sekali.Tanpa sadar, George hendak menghampiri, namun Chandra mengingatkannya dengan dingin, "Diam."Melihat mulut Selena menganga tanpa berucap, George menjadi khawatir.Harvey memegang sebuah pistol di tangannya, seolah seperti dewa yang sangat berkuasa, yang dapat menentukan hidup dan mati seseorang."Seli, lihat baik-baik, dia mati karena kamu."Selena begitu ketakutan, entah apa yang harus dia lakukan untuk menghentikan Harvey.Karena semakin memohon, itu hanya akan semakin memicu niat Harvey untuk membunuh, tetapi kalau dia tidak memohon, Harvey juga akan bertindak.Bagaimana ini? Apa yang sebenarnya harus dia lakukan?Tepat pada saat ini, terdengar suara yang jelas dan nyaring, "Mati sa
Selena menggelengkan kepala sembari terus memohon, "Hanhan, aku ... "Satu tangan Harvey menggendong anak, dan satu tangannya lagi menyeka air mata Selena sembari berkata dengan dingin, "Seli, kalau kamu mengatakan hal baik tentangnya lagi, aku akan kembali menembaknya, kamu mau coba melihatnya?"Selena segera diam, psikopat ini bisa melakukan apa saja.Selena hanya bisa menangis dengan pasrah, lalu Harvey berkata dengan lembut, "Setiap tetes air mata yang kamu keluarkan untuknya akan menjadi darahnya."Selena merasa seperti ada batu besar yang mengganjal di hatinya. Ada ribuan kata-kata yang ingin dia utarakan, namun semuanya tidak bisa dia katakan.Dia hanya bisa terus menggelengkan kepalanya, Harvey mengulurkan tangannya untuk menutup matanya. "Patuhlah, jangan lihat. Setelah hari ini kita bisa bersama seperti dulu lagi."Jarren yang ditutup mulutnya mengumpat dan Yesa tiba-tiba muncul dan berkata, "Bunuh saja aku, jangan bunuh Kak George, dia hanya ingin memperbaiki kondisi pulau i
Semua orang merasa tegang, itu hanya suara yang keluar dari mulut Harvey, yang membuat pemuda itu mengerutkan kening.Harvey melepaskan pistolnya dengan tatapan memuji, "Bagus kamu seorang pria sejati. Hanya saja nyawanya nggak bisa ditukar."Dia mendekati George dan saat ini George segera menodongkan pistol ke kepalanya."Jangan bergerak!" Beberapa orang di sekitar menodongkan pistol ke arah George, ternyata sejak tadi dia sedang mencari waktu yang tepat untuk bertindak."Nyawa murahanku ini, nggak akan rugi kalau diganti dengan nyawa Tuan Harvey." George menyeringai di balik topengnya.Kemudian dia menatap Selena dengan dalam, seolah tatapannya sedang mengatakan 'mulai hari ini kamu bebas.'George tahu bahwa begitu dia menembak, peluru akan datang dari segala arah dan dia tidak bisa melarikan diri.Selena bodoh, tidak ada yang mengira akan terjadi perubahan mendadak ini.Dia baru mengenal George selama setengah bulan, bagaimana mungkin dia bisa mengorbankan nyawanya?"Jangan, jangan