Selena sadar dia tidak bisa menghindari masalah hari ini, jadi dia bertekad untuk berhenti berhati-hati seperti dulu, dan menghadapi tatapan Harvey serta meninggikan suaranya.“Aku benci sikapmu yang selalu merasa paling benar, aku benci sikapmu yang berubah-ubah, jelas-jelas kamulah yang mengusirku, tapi sekarang kamu juga yang nggak melepaskanku. Kamu bilang ayahku berutang nyawa karena adikmu, keluarga Bennett bangkrut, ayahku berkali-kali kritis, dan aku sudah mengorbankan pernikahanku dan anakku, apa itu masih belum cukup? Kalau masih belum cukup, bunuh saja aku.Selesai bicara, tatapan Harvey menjadi semakin dingin, Selena pun menjadi gugup, dan jantungnya berdegup kencang di tengah emosinya yang semakin meluap-luap."Waktu kamu senang, kamu mengusirku dan memberiku uang sebanyak 2 triliun rupiah, tapi waktu kamu susah, kamu kembali mencariku. Harvey, aku ini manusia, bukan mainanmu. Tahu nggak kenapa aku lebih suka tinggal di pulau terpencil daripada kembali ke kota yang ramai?
George tentu menyadari bahwa orang gila seperti Harvey, kalau sekarang dia terlalu mengkhawatirkan Selena, itu hanya akan menyakiti Selena.Dengan segera, pintu kamar terbuka dan dia melihat Harvey menarik Selena keluar, padahal tubuh Selena sangat lemah, tetapi pria itu tidak merasa kasihan sama sekali.Tanpa sadar, George hendak menghampiri, namun Chandra mengingatkannya dengan dingin, "Diam."Melihat mulut Selena menganga tanpa berucap, George menjadi khawatir.Harvey memegang sebuah pistol di tangannya, seolah seperti dewa yang sangat berkuasa, yang dapat menentukan hidup dan mati seseorang."Seli, lihat baik-baik, dia mati karena kamu."Selena begitu ketakutan, entah apa yang harus dia lakukan untuk menghentikan Harvey.Karena semakin memohon, itu hanya akan semakin memicu niat Harvey untuk membunuh, tetapi kalau dia tidak memohon, Harvey juga akan bertindak.Bagaimana ini? Apa yang sebenarnya harus dia lakukan?Tepat pada saat ini, terdengar suara yang jelas dan nyaring, "Mati sa
Selena menggelengkan kepala sembari terus memohon, "Hanhan, aku ... "Satu tangan Harvey menggendong anak, dan satu tangannya lagi menyeka air mata Selena sembari berkata dengan dingin, "Seli, kalau kamu mengatakan hal baik tentangnya lagi, aku akan kembali menembaknya, kamu mau coba melihatnya?"Selena segera diam, psikopat ini bisa melakukan apa saja.Selena hanya bisa menangis dengan pasrah, lalu Harvey berkata dengan lembut, "Setiap tetes air mata yang kamu keluarkan untuknya akan menjadi darahnya."Selena merasa seperti ada batu besar yang mengganjal di hatinya. Ada ribuan kata-kata yang ingin dia utarakan, namun semuanya tidak bisa dia katakan.Dia hanya bisa terus menggelengkan kepalanya, Harvey mengulurkan tangannya untuk menutup matanya. "Patuhlah, jangan lihat. Setelah hari ini kita bisa bersama seperti dulu lagi."Jarren yang ditutup mulutnya mengumpat dan Yesa tiba-tiba muncul dan berkata, "Bunuh saja aku, jangan bunuh Kak George, dia hanya ingin memperbaiki kondisi pulau i
Semua orang merasa tegang, itu hanya suara yang keluar dari mulut Harvey, yang membuat pemuda itu mengerutkan kening.Harvey melepaskan pistolnya dengan tatapan memuji, "Bagus kamu seorang pria sejati. Hanya saja nyawanya nggak bisa ditukar."Dia mendekati George dan saat ini George segera menodongkan pistol ke kepalanya."Jangan bergerak!" Beberapa orang di sekitar menodongkan pistol ke arah George, ternyata sejak tadi dia sedang mencari waktu yang tepat untuk bertindak."Nyawa murahanku ini, nggak akan rugi kalau diganti dengan nyawa Tuan Harvey." George menyeringai di balik topengnya.Kemudian dia menatap Selena dengan dalam, seolah tatapannya sedang mengatakan 'mulai hari ini kamu bebas.'George tahu bahwa begitu dia menembak, peluru akan datang dari segala arah dan dia tidak bisa melarikan diri.Selena bodoh, tidak ada yang mengira akan terjadi perubahan mendadak ini.Dia baru mengenal George selama setengah bulan, bagaimana mungkin dia bisa mengorbankan nyawanya?"Jangan, jangan
Setelah melewati Jarren dan Yesa, kedua anak ini menatap Selena dengan tatapan tak rela.Selena tersenyum untuk menghiburnya.George hanya terus menatap Selena yang menaiki helikopter tanpa mengatakan apa pun, dia tahu sekarang bukanlah kesempatan yang tepat.Harvey tidak boleh mati di sini, dia tidak boleh menyebabkan masalah bagi pulau ini.Namun begitu meninggalkan pulau ini ...Tatapan George memancarkan kekejaman, kebetulan Harvey menoleh karena merasakan sesuatu.Keduanya saling menatap di udara, bagaikan singa jantan dan harimau ganas, pandangan mereka bertemu dan terpisah seketika.Mereka mengerti bahwa hari ini bukanlah akhir dari segalanya.Selena meninggalkan pulau itu tanpa sempat berpamitan, dia melihat rumah kayu kecil itu, pohon sakura yang besar, Nenek, Bibi Cian, dan para anak yang di depan pintu sedang menatap kepergiannya.Dan burung hantu George yang tiba-tiba menghilang, sinar matahari hanya menangkap bayangannya, seperti serigala yang kesepian, perlahan-lahan menj
Selena membelalakkan matanya.Dalam beberapa hari ini, dia berulang kali membayangkan tindakan yang akan Harvey lakukan saat menangkapnya.Hanya saja, tidak seperti sekarang....Harvey seperti seorang musafir yang haus akan sumber air di tengah gurun, dengan susah payah dia menemukan mata air yang jernih. Dia mencium Selena dengan perlahan, seolah takut kehilangannya.Jantung Selena berdegup kencang.Selena melihat bulu mata pria yang panjang itu bergetar di bawah sinar matahari menutupi warna matanya, sehingga mustahil bagi Selena untuk mengetahui apa yang sedang dipikirkan pria itu saat ini.Kehangatan yang sudah lama tidak pernah ada, muncul dalam diri Harvey.Saat Selena sedang melamun, Harvey tiba-tiba menggigit bibirnya hingga timbul rasa sakit.Harvey berkata dengan dingin, "Kamu sedang memikirkannya lagi?"Hati dan pikiran Selena sudah dipenuhi dengan Harvey, mana ada tenaga memikirkan orang lain.Selena menjawab dengan dingin dan wajah tegas, "Nggak ada, sudah berapa kali kub
Harvey menghentikan langkahnya, lalu menunduk untuk menatap Selena yang hanya diam saja. Selain suara air yang mengalir, kamar mandi sangat hening.Tangan yang menggenggam pergelangan tangannya terasa hangat, kebuntuan melanda di antara mereka berdua.Selena hanya bisa mengatakan hal yang bertentangan dengan keinginannya, "Jangan pergi."Harvey memegang dagu Selena dan berkata dengan nada dingin, "Sudah sampai begini saja kamu masih memohon untuknya."Selena seperti berbicara dengan orang yang tidak bisa diajak berkomunikasi. Sekarang apa pun yang dia katakan, hanya ada satu hal di benak pria ini, 'kamu berselingkuh dan mengkhianatiku.'Padahal orang yang jelas-jelas mengkhianatinya adalah Harvey sendiri!Selena merasa makin gelisah lagi, begitu memikirkan Jarren dan Yesa, dia hanya bisa menghela napas pelan.Kemudian Selena berdiri dari bak mandi tanpa memedulikan tubuhnya yang basah dan langsung memeluk Harvey.Uap air perlahan-lahan menyebar di kemeja putihnya, tetapi Harvey tidak b
Dia sudah pergi begitu lama, secara logika harusnya Darren sudah membantu menemukan kebenarannya.Begitu mendengar suaranya lagi, Darren langsung mengkhawatirkan kondisi tubuhnya."Selena, bagaimana keadaanmu?"Sejak kejadian di kapal pesiar terakhir kali, Darren selalu memikirkannya, dia selalu meneleponnya tetapi tidak ada jawaban sama sekali."Maaf, membuatmu khawatir. Aku ada beberapa urusan jadi sementara waktu tidak bisa dihubungi, tetapi sekarang sudah baik-baik saja."Darren baru bisa tenang. "Baguslah kalau baik-baik saja. Hal yang kamu suruh aku selidiki sebelumnya sudah menemukan beberapa hasil, apa kamu bisa bertemu untuk membahasnya?"Selena menghela napas, memikirkan dirinya yang masih belum keluar dari pusaran George, lalu sekarang datang lagi Darren, entah apa yang akan dilakukan Harvey."Darren, sejujurnya aku takut akan diawasi. Aku curiga bahwa ada seseorang yang mengawasi setiap gerak-gerikku. Saat sedang menyelidikinya, kamu enggak menarik perhatian siapa pun, 'kan