Mobil melaju ke tepi danau di pinggiran barat kota, terlihat pemandangan danau yang indah sebelum tiba di tempat tujuan.Angin sepoi-sepoi meniup rumput air, burung-burung air terbang bergerombol melewati beberapa daun teratai hijau di permukaan danau.Langit cerah berawan, air danau berombak lembut, kelopak bunga yang berguguran di pinggir danau mempercantik pemandangan."Pemandangan di sini indah sekali.""Iya, kesehatan Ibuku kurang bagus, dia cuma bisa beristirahat di tempat yang tenang. Dengan lingkungan yang asri di sini, suasana hati Ibuku juga bisa menjadi lebih baik."Sebelum turun dari mobil, sudah ada pembantu berseragam yang menunggu di luar.Saat mobil berhenti, seorang kepala pelayan paruh baya yang berpengalaman membukakan pintu dan menyambut dengan hormat, "Tuan Muda Steve, akhirnya Anda pulang," katanya.Sebenarnya, di sini bukanlah rumah mereka yang sebenarnya, namun hanya karena rumah lama keluarga Bennett berada di pusat kota dan tidak cocok untuk menjadi tempat ber
Selena memperhatikan wanita terhormat di depannya yang mengenakan gaun katun sederhana dengan rambut yang tergulung di belakang kepalanya.Tanpa adanya riasan sedikitpun, wajah wanita itu terlihat sangat muda. Dia sama sekali tidak terlihat tua, justru terlihat seperti seorang kakak yang berusia sekitar tiga puluh lima tahun.Namun, pupil matanya agak abu-abu, seperti mutiara yang berdebu."Setiap hari Nyonya mengkhawatirkan kalian, Nyonya terus menangis tersedu-sedu hingga merusak mata, tapi untungnya sekarang Tuan Muda Steve sudah membaik, jadi Nyonya bisa sedikit lebih bahagia.""Steve, biarkan Ibu melihatmu."Steve menarik-narik gaun Ibunya dan menjawab, "Ibu, aku di sini."Thalia membungkuk, seolah Steve masih kecil, lalu membelai wajahnya, "Anakku Steve sudah besar, sayangnya sekarang Ibu nggak bisa lihat dengan jelas," ujarnya.Dia hanya bisa melihat sedikit bentuknya, tetapi tidak bisa melihat objeknya dengan jelas."Kenapa nggak memberitahuku lebih awal?" tanya Steve yang begi
Selang berapa lama, Selena sedikit mengernyitkan keningnya."Gimana?" tanya Steve sembari menghampirinya.Selena menarik tangannya kembali dengan lembut dan berbisik, "Nyonya punya tubuh yang lemah, mungkin karena ada cedera saat melahirkan sebelumnya. Butuh waktu untuk memulihkannya.""Tubuhku ini nggak bakal bisa disembuhkan. Aku hanya bisa bertahan hari demi hari.""Ibu, ngomong apaan, sih!" tegur Steve, jelas tidak suka mendengar hal seperti itu."Sudahlah, nggak usah dibahas lagi. Anak-anak pasti sudah kelaparan, jadi jangan terus berbasa-basi di sini."Selena dengan sigap membantunya, "Kediaman Nyonya ini indah sekali. Tapi, apakah Nyonya nggak kesepian harus tinggal sendirian di sini bertahun-tahun?""Aku sebenarnya orang yang suka ketenangan, gak terlalu suka keramaian. Tapi, karena keluarga Bennett sangat kompak, anak cucu sering datang untuk mengunjungiku. Jadi, rasanya nggak terlalu sepi lagi."Selena mengiyakan, "Iya juga. Steve sudah merasa lega sekarang, dia bisa menghabi
Thalia yang tubuhnya lemah, biasanya akan tidur sejenak setiap harinya. Setelah Thalia terlelap, Steve pun menarik Selena ke tempat yang aman dan bertanya, "Dik, jujur saja padaku. Apa ada hal buruk?"Selena mengiyakan, "Nyonya juga kemungkinan terpapar racun, dan matanya juga gak menunjukkan tanda-tanda kebanyakan menangis. Diagnosis awalku adalah, dia terkena racun yang merusak retina matanya."Steve sangat murka, "Siapa yang berani melakukan hal ini! Bagaimana bisa mereka menyakiti ibuku seperti ini?""Kak Steve, meskipun saran ini mungkin tak masuk akal, tapi pertimbangkanlah. Laporan pemeriksaanmu dan Nyonya bisa diubah-ubah. Orang ini sangat berpengaruh di keluarga Bennett dan bisa melakukan apa saja.""Apa sebenarnya maksudmu, Dik?""Aku curiga kalau orangnya adalah ..."Selena belum menyelesaikan kalimatnya ketika Laila datang dengan tergesa-gesa, "Tuan Muda Steve, ada berita buruk. Barusan aku dapat telepon, Tuan Muda Shane kecelakaan di perjalanan pulang, dan Nona Shira sudah
Datanglah seseorang dari depan. Sosok itu mengenakan setelan jas putih, terlihat sangat sopan dan berkelas. Dia adalah Anthony Bennett."Kalau ngasih makannya kebanyakan, bukan hanya bisa membuat ikannya sakit perut, tapi juga mempengaruhi kualitas air kolamnya. Melakukan segala sesuatu itu harus ada takarannya. Kalau sampai kelewat batas, malah bisa jadi masalah."Sekilas, dia memang tampak baik dan hanya membahas tentang ikan. Namun, sebenarnya dia sedang memperingati Selena agar tidak terlalu ambisius dan tidak melewati batas.Selena menarik Winnie ke belakangnya sambil tersenyum dengan sopan, "Terima kasih sudah mengingatkan. Anak-anak kadang memang agak kelewatan kalau sedang main. Tuan ... ""Aku Anthony Bennet. Kudengar, hari ini Kak Steve membawa temannya yang seorang dokter ke sini. Sepertinya Dokter Shelyn itu kamu, ya. Nggak disangka, dokter semuda ini bisa menyembuhkan sakit kepala Kak Steve. Benar-benar lihai dalam dunia medis, ya!""Tuan Anthony terlalu memuji. Masalah St
Thalia pun menepuk punggung tangan Anthony, "Anthony, aku tahu kamu peduli padaku. Selama setengah tahun ini, kamu sudah mencarikan banyak dokter ternama untukku. Tapi, sayangnya hasilnya belum memuaskan. Takutnya, mataku ini ...""Bi, jangan bicara begitu, dong. Bibi pasti bisa sembuh, kok.""Bibi duduk saja dulu dan minum air."Thalia meraih segelas air dan berkata, "Terima kasih sudah sering datang menjengukku, Anthony. Tanpamu, aku gak tahu bagaimana lagi caranya menjalani hari-hari ini.""Bibi, bisa merawat dan menemanimu itu membawa kesenangan tersendiri untukku. Kumohon jangan berkata seperti itu lagi, itu malah membuatku jadi sedih."Selena berdiri di samping, diam-diam mengamati interaksi kedua orang itu. Entahlah apakah itu hanya bayangannya saja, tapi ...Meskipun Anthony terlihat agak mencurigakan, pandangan matanya terhadap Thalia terlihat tulus.Jika ini hanyalah sandiwaranya, maka dia adalah aktor yang sangat berbakat.Setelah menghabiskan airnya, barulah Thalia melihat
Setelah berkeliling sebentar, Selena pun mengambil kesempatan saat pergi ke kamar mandi untuk menelepon Steve."Kak Steve, gimana kondisinya?"Steve terdengar agak panik, "Situasinya kurang bagus. Begitu sampai, aku diberi tahu bahwa Kak Shane terluka parah di lengannya, dan Shira juga terluka parah dan nggak sadarkan diri."Selena mengerutkan kening, "Sayangnya, yang terkena malah tangannya, ya. Dia adalah seorang desainer. Kalau sampai dia kehilangan tangannya, dia pasti akan menggila."Steve tahu betul perasaan itu, karena dulu dia juga pernah terluka di kakinya."Aku sudah menyuruh orang untuk menyelidiki sopirnya. Sama seperti tahun itu, sopir yang menyebabkan kecelakaan itu adalah seorang pecandu yang miskin dan sendirian. Dia mengemudi dalam pengaruh narkoba. Setelah tertangkap, dia kemudian meninggal di kantor polisi tanpa meninggalkan bukti. Jelas sekali ini kasus yang nggak bisa dipecahkan."Selena bisa merasakan amarah terpendam dari Steve."Tenang dulu, Kak Steve. Gimana ka
"Nyonya, ada sedikit masalah di acara fashion show Tuan Muda Shane. Jadi, Nona Shira dan Steve pergi membantunya."Thalia heran, "Kalau ada masalah di fashion shownya, gak heran kalau Shira pergi membantunya. Tapi, ngapain Steve juga sampai ke sana?""Nyonya, sebenarnya Tuan Muda Shane merancangkan koleksi busana khusus untuk Steve. Dia ingin Steve berjalan di catwalk dengan kursi roda dalam fashion show miliknya sendiri. Ini juga untuk menunjukkan kepada dunia bahwa meskipun cacat, seseorang masih bisa menjalani hidup dengan semangat dan kebahagiaan. Dia melakukannya demi menyemangati Steve.""Anak ini niat sekali. Aku tahu dia bermimpi agar semua anggota keluarga kami bisa mengenakan pakaian yang dirancangnya di fashion show miliknya. Sayangnya, keluarga kami sudah terpecah belah sekarang ...""Semuanya pasti akan membaik, kok," ujar Selena sambil menepuk tangan Thalia, mencoba menghiburnya."Kalau gitu, kita tunggu mereka saja dulu."Laila merasa sedikit terjepit. Mereka masih di ru