Meskipun beberapa tahun yang lalu Selena banyak mengalami penderitaan, tetapi baru kali ini dia dihina seperti ini.Saat ini dia sudah tidak peduli dengan identitas orang yang ada di hadapannya dan langsung menampar Markus saat dia masih terpaku."Plak!"Suara tamparan yang cukup keras menggema di seluruh ruangan. Markus langsung mengamuk dan mengangkat kedua tangan Selena ke atas kepalanya.Markus yang dari awal sudah bertelanjang dada, membuat pemandangan ini jadi terlihat makin mesra.Pria muda berpakaian hitam batuk-batuk kecil sambil menutupi mulutnya untuk menyembunyikan rasa canggung.Sepasang mata Markus terlihat berapi-api dan berkata dengan gigi bergemeretak, "Berani-beraninya kamu mukul aku?""Aku memang memukulmu, dasar bajingan! Lepaskan aku, dasar mesum!" Selena mengamuk. Kedua tangannya memang ditahan, tetapi dia masih bisa bergerak dan menghantamkan kepalanya sendiri ke kepala Markus."Buk!" Kepala mereka berdua bertabrakan dan membuatnya merasa pusing. Markus tidak lag
Setelah Selena mengingatkannya, lawan bicaranya bersikap seolah-olah baru teringat akan sesuatu. "Oh, iya ya ... duh, aku ini memang pelupa, benar, maksudku kambing gunung. Oh, ya, di sana juga ada bunga yang hanya tumbuh di musim dingin, berwarna putih kebiruan, apa ya namanya?""Molan, termasuk tanaman herbal yang bisa digunakan untuk mengobati insomnia," tambah Selena dengan tenang. "Kalau ada yang mau ditanyakan, silakan tanya saja," katanya lagi dengan tatapan berbinar-binar.Pasha menyadari kalau niatnya sudah terbongkar. Dia mengangkat tangan dan menggosok hidungnya untuk meredakan suasana canggung. "Oke, aku langsung tanya saja. Kamu bilang lagi cari tanaman obat, 'kan? Tanaman apa memangnya?""Nepenthes, tubuhnya seperti kantung dan hanya mekar pada malam yang memiliki terang bulan. Kelopak bunganya indah dan bisa menarik kunang-kunang yang bercahaya."Pasha terus melemparkan pertanyaan dan langsung dijawab dengan lancar oleh Selena, membuat dia tidak menemukan celah untuk men
"Nona Siska, nggak usah cemas. Kamu hanya perlu mengobati sakit yang diderita bos kami dengan baik. Bos memanggilmu dan menyuruhmu mengobatinya."Begitu melihat Markus, laki-laki ini baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengenakan handuk di pinggangnya. Tubuhnya yang kekar dan kakinya yang berotot jadi terlihat dengan jelas. Perban yang dibebatkan di lengannya semalam tadi jadi basah dan ada darah berwarna merah terlihat merembes dari sana.Orang ini benar-benar liar. Selena pernah mengenal berbagai macam laki-laki, tetapi baru pertama kalinya mengenal laki-laki kasar seperti Markus. Dia gila seperti seorang psikopat."Kamu tahu, 'kan kalau kamu terluka?" Selena menunjuk ke lengannya.Pria itu mengambil selembar handuk dan mengusap kepalanya dengan acuh. "Makanya aku memanggilmu ke sini untuk mengobatiku, 'kan? Memangnya ada yang salah?" jawabnya dengan wajah cuek.Terbuat dari apa otak pria ini sebenarnya?Markus benar-benar menguji batas kesabarannya.Selena terlihat emosi. Dia m
Selena tahu betul siapa Markus, tetapi sebagai seorang wanita lemah, apa yang bisa dia lakukan? Dia tidak bisa mengubah situasi apa pun.Andai kata dia berhasil membunuh Markus hari ini, serangan Negara Cena tidak akan berhenti.Negara Arama berperang dengan keadaan terpaksa dan menghentikan perang dengan perang bukanlah pilihan terbaik.Selena tidak tahu mengapa Markus bisa mengatakan kata-kata seperti itu dengan begitu santai. Dia menahan emosinya dan bertanya, "Siapa kamu sebenarnya?""Kamu cuma perlu mengobatiku, nggak usah kepo dengan hal lain."Selena tampak murung dan tidak ingin melanjutkan topik ini. "Aku ijin ke toilet sebentar ya, kamu rebahan saja dulu, sebentar lagi aku akan memeriksa nadimu. Penyakitmu nggak cuma sakit kepala saja," katanya dengan datar.Markus memberi isyarat dengan mengangkat dagunya. Selena langsung mengunci pintu begitu masuk ke dalam toilet.Semalam tidak terjadi apa-apa. Sepertinya saat ini Markus dan orang-orangnya tidak curiga sama sekali denganny
Laki-laki yang pada dasarnya memang lemah itu langsung tewas hanya dengan sekali tebas.Darah yang mengalir perlahan-lahan membasahi sol sepatu Selena.Selama ini, bukannya Selena tidak pernah membunuh orang, tetapi dia memiliki prinsip bahwa setiap orang yang mati di tangannya adalah orang yang pantas mati.Dilihat dari pakaian yang mereka kenakan, mereka hanya rakyat biasa yang mencintai negaranya. Sosoknya sebelum meninggal sangat mirip dengan Lian. Mereka semua adalah orang-orang tidak bersalah yang tewas karena dirinya.Entah selama apa lagi, dia masih belum bisa beradaptasi dengan keadaan seperti ini.Selena refleks menyentuh wajahnya, seolah-olah masih ingat dengan sensasi hangat saat darah Lian mengalir di wajahnya.Markus merasa puas saat melihat Selena membelalakkan matanya. Dia bangkit dan berjalan perlahan ke samping mayat pria yang sudah mati itu, kemudian membungkuk dan dengan mudah mencabut pisau belati dari dadanya.Markus memutar pisau belati yang ada di tangannya dan
Selena terlihat seperti kelinci putih kecil di bawah bayang-bayang tubuh Markus yang tinggi. Selena terduduk di tanah dengan tubuh gemetaran dengan kedua tangan terus menggeser tubuhnya ke belakang.Selena memerankan ketakutan dengan sangat baik.Benar, Selena memang sudah merencanakan dengan matang tentang pelariannya malam ini.Coba saja tanyakan kepada seorang perempuan normal yang sedang ditangkap, apalagi setelah melihat adegan sadis pembunuhan dengan mata kepalanya sendiri. Reaksi pertamanya pasti akan mencoba melarikan diri.Justru aneh kalau seorang wanita malah jadi patuh setelah melihat itu semua dan hal ini akan membuat Markus jadi curiga. Hal ini juga termasuk pertarungan strategi antar keduanya.Selena menjawab dengan suara gemetar, "Aku ... aku cuma mau jalan-jalan sebentar untuk cari angin, bukan ingin kabur, kok!"Markus melihat wanita di depannya dengan penuh keanggunan, senyum jahat terukir di sudut bibirnya, "Masa sih?"Selena menganggukkan kepalanya sekuat tenaga se
Untungnya ada dua lapis selimut di lantai sehingga Selena tidak akan terluka walaupun jatuh ke lantai.Dia benar-benar marah! Pria aneh macam apa sebenarnya orang di depannya ini!Dia sama sekali tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap wanita, tidak memahami konsep moral untuk menghormati orang tua ataupun melindungi wanita!Sebaliknya, Markus justru menatap Selena dengan mata melotot sambil berkata, "Matikan lampunya sebelum tidur."Seolah menuangkan minyak ke dalam api, Selena benar-benar tidak paham bagaimana mulut pria itu yang biasanya sangat pedas malah mengucapkan kata-kata dingin seperti tadi!Namun, dia hanya bisa menghela napas dalam-dalam dan mematikan lampu.Tiba-tiba, suara dingin Markus memecah keheningan di tengah malam. "Aku cukup sensitif, apalagi saat tidur. Kalau aku merasakan bahaya, maka aku tidak akan segan untuk mematahkan leher orang itu. Semoga aku masih bisa melihatmu hidup besok pagi," ucapnya.Selena balik menimpalinya dengan geram. "Sepertinya akan jadi
Kamar tempat mereka tidur tidaklah luas, udara di dalamnya terasa lembab. Selena mengalihkan pandangannya dan berkata, "Aku sudah memakai baju ini selama beberapa hari karena kamu membawaku pergi. Sekarang aku mau mandi.""Cuci saja," jawab Markus singkat.Selena mengerutkan keningnya dan menjawab, "Aku masih perlu baju ganti."Markus dengan santai membuka lemari yang sedari tadi sudah mencuri perhatian Selena. Terlihat hanya ada sebuah koper berisi beberapa baju harian milik pria itu."Ya Tuhan, apa pria ini benar-benar seorang pemimpin negara?" batin Selena bertanya-tanya.Selena teringat pada Rudy yang hidup seperti Markus. Dia makan dari nasi upeti, minum dari bir yang sudah berusia seabad. Bahkan kue teh yang diminumnya setiap hari juga berasal dari pohon teh merah tua yang sudah berusia seabad.Meskipun baju yang dipakainya tidak memiliki logo ataupun merek, tetapi semuanya sebenarnya dirancang oleh desainer terkenal dengan potongan yang sangat bagus.Selena melirik baju-baju yan