"Nona Siska, nggak usah cemas. Kamu hanya perlu mengobati sakit yang diderita bos kami dengan baik. Bos memanggilmu dan menyuruhmu mengobatinya."Begitu melihat Markus, laki-laki ini baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengenakan handuk di pinggangnya. Tubuhnya yang kekar dan kakinya yang berotot jadi terlihat dengan jelas. Perban yang dibebatkan di lengannya semalam tadi jadi basah dan ada darah berwarna merah terlihat merembes dari sana.Orang ini benar-benar liar. Selena pernah mengenal berbagai macam laki-laki, tetapi baru pertama kalinya mengenal laki-laki kasar seperti Markus. Dia gila seperti seorang psikopat."Kamu tahu, 'kan kalau kamu terluka?" Selena menunjuk ke lengannya.Pria itu mengambil selembar handuk dan mengusap kepalanya dengan acuh. "Makanya aku memanggilmu ke sini untuk mengobatiku, 'kan? Memangnya ada yang salah?" jawabnya dengan wajah cuek.Terbuat dari apa otak pria ini sebenarnya?Markus benar-benar menguji batas kesabarannya.Selena terlihat emosi. Dia m
Selena tahu betul siapa Markus, tetapi sebagai seorang wanita lemah, apa yang bisa dia lakukan? Dia tidak bisa mengubah situasi apa pun.Andai kata dia berhasil membunuh Markus hari ini, serangan Negara Cena tidak akan berhenti.Negara Arama berperang dengan keadaan terpaksa dan menghentikan perang dengan perang bukanlah pilihan terbaik.Selena tidak tahu mengapa Markus bisa mengatakan kata-kata seperti itu dengan begitu santai. Dia menahan emosinya dan bertanya, "Siapa kamu sebenarnya?""Kamu cuma perlu mengobatiku, nggak usah kepo dengan hal lain."Selena tampak murung dan tidak ingin melanjutkan topik ini. "Aku ijin ke toilet sebentar ya, kamu rebahan saja dulu, sebentar lagi aku akan memeriksa nadimu. Penyakitmu nggak cuma sakit kepala saja," katanya dengan datar.Markus memberi isyarat dengan mengangkat dagunya. Selena langsung mengunci pintu begitu masuk ke dalam toilet.Semalam tidak terjadi apa-apa. Sepertinya saat ini Markus dan orang-orangnya tidak curiga sama sekali denganny
Laki-laki yang pada dasarnya memang lemah itu langsung tewas hanya dengan sekali tebas.Darah yang mengalir perlahan-lahan membasahi sol sepatu Selena.Selama ini, bukannya Selena tidak pernah membunuh orang, tetapi dia memiliki prinsip bahwa setiap orang yang mati di tangannya adalah orang yang pantas mati.Dilihat dari pakaian yang mereka kenakan, mereka hanya rakyat biasa yang mencintai negaranya. Sosoknya sebelum meninggal sangat mirip dengan Lian. Mereka semua adalah orang-orang tidak bersalah yang tewas karena dirinya.Entah selama apa lagi, dia masih belum bisa beradaptasi dengan keadaan seperti ini.Selena refleks menyentuh wajahnya, seolah-olah masih ingat dengan sensasi hangat saat darah Lian mengalir di wajahnya.Markus merasa puas saat melihat Selena membelalakkan matanya. Dia bangkit dan berjalan perlahan ke samping mayat pria yang sudah mati itu, kemudian membungkuk dan dengan mudah mencabut pisau belati dari dadanya.Markus memutar pisau belati yang ada di tangannya dan
Selena terlihat seperti kelinci putih kecil di bawah bayang-bayang tubuh Markus yang tinggi. Selena terduduk di tanah dengan tubuh gemetaran dengan kedua tangan terus menggeser tubuhnya ke belakang.Selena memerankan ketakutan dengan sangat baik.Benar, Selena memang sudah merencanakan dengan matang tentang pelariannya malam ini.Coba saja tanyakan kepada seorang perempuan normal yang sedang ditangkap, apalagi setelah melihat adegan sadis pembunuhan dengan mata kepalanya sendiri. Reaksi pertamanya pasti akan mencoba melarikan diri.Justru aneh kalau seorang wanita malah jadi patuh setelah melihat itu semua dan hal ini akan membuat Markus jadi curiga. Hal ini juga termasuk pertarungan strategi antar keduanya.Selena menjawab dengan suara gemetar, "Aku ... aku cuma mau jalan-jalan sebentar untuk cari angin, bukan ingin kabur, kok!"Markus melihat wanita di depannya dengan penuh keanggunan, senyum jahat terukir di sudut bibirnya, "Masa sih?"Selena menganggukkan kepalanya sekuat tenaga se
Untungnya ada dua lapis selimut di lantai sehingga Selena tidak akan terluka walaupun jatuh ke lantai.Dia benar-benar marah! Pria aneh macam apa sebenarnya orang di depannya ini!Dia sama sekali tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap wanita, tidak memahami konsep moral untuk menghormati orang tua ataupun melindungi wanita!Sebaliknya, Markus justru menatap Selena dengan mata melotot sambil berkata, "Matikan lampunya sebelum tidur."Seolah menuangkan minyak ke dalam api, Selena benar-benar tidak paham bagaimana mulut pria itu yang biasanya sangat pedas malah mengucapkan kata-kata dingin seperti tadi!Namun, dia hanya bisa menghela napas dalam-dalam dan mematikan lampu.Tiba-tiba, suara dingin Markus memecah keheningan di tengah malam. "Aku cukup sensitif, apalagi saat tidur. Kalau aku merasakan bahaya, maka aku tidak akan segan untuk mematahkan leher orang itu. Semoga aku masih bisa melihatmu hidup besok pagi," ucapnya.Selena balik menimpalinya dengan geram. "Sepertinya akan jadi
Kamar tempat mereka tidur tidaklah luas, udara di dalamnya terasa lembab. Selena mengalihkan pandangannya dan berkata, "Aku sudah memakai baju ini selama beberapa hari karena kamu membawaku pergi. Sekarang aku mau mandi.""Cuci saja," jawab Markus singkat.Selena mengerutkan keningnya dan menjawab, "Aku masih perlu baju ganti."Markus dengan santai membuka lemari yang sedari tadi sudah mencuri perhatian Selena. Terlihat hanya ada sebuah koper berisi beberapa baju harian milik pria itu."Ya Tuhan, apa pria ini benar-benar seorang pemimpin negara?" batin Selena bertanya-tanya.Selena teringat pada Rudy yang hidup seperti Markus. Dia makan dari nasi upeti, minum dari bir yang sudah berusia seabad. Bahkan kue teh yang diminumnya setiap hari juga berasal dari pohon teh merah tua yang sudah berusia seabad.Meskipun baju yang dipakainya tidak memiliki logo ataupun merek, tetapi semuanya sebenarnya dirancang oleh desainer terkenal dengan potongan yang sangat bagus.Selena melirik baju-baju yan
Tidak lama kemudian, Markus kembali masuk dan memanggil Selena, "Ayo, ganti perbanku."Hari ini Selena benar-benar bersikap patuh, dia bahkan sudah menyiapkan obat untuk mengganti perban Markus sejak pagi."Lepas bajumu," ucapnya."Lepaskan," balas Markus menyuruhnya."Dasar pemalas," gerutu Selena sambil membuka ritsleting jaket Markus.Selena langsung memperlambat gerakannya begitu luka yang ada di lengan Markus terlihat. Dia dengan lembut menarik lengan baju Markus.Markus memiliki kulit bewarna gandum yang terlihat sangat kontras dengan warna kulit Selena."Kenapa tangan wanita ini terlihat sangat kecil dan putih?" batin Markus bertanya-tanya.Sentuhan Selena yang lembut di lengannya membuat Markus ingin menepuk pantatnya yang sepertinya juga selembut kulit tangannya.Di sisi lain, Selena sama sekali tidak mengetahui pemikiran Markus. Dia mengganti perban dan mengobati lukanya seperti biasa.Tanpa Markus sadari, Selena ternyata sudah selesai membalut lukanya dengan perban.Dia masi
Markus sudah bangun sebelum matahari terbit. Selena yang teringat akan celana dalamnya yang masih tergantung di kamar mandi pun hendak bergegas mengambilnya. Namun, pintu kamar mandi ternyata sudah terkunci.Sial, Markus pasti melihatnya. Dia tidak menyangka pria itu akan bangun pagi-pagi buta.Meskipun dia adalah pria yang kasar, tetap saja Selena tidak mau mengungkapkan hal-hal pribadi seperti itu padanya.Markus yang baru saja menutup pintu pun berbalik dan mendapati satu set pakaian dalam berenda putih tergantung di atas rak. Bahan sutra dan rendanya yang tipis terlihat sangat halus.Ini adalah pertama kalinya Markus melihat pakaian dalam wanita. Sebenarnya, itu hanyalah hal sederhana. Namun, tidak bisa dipungkiri, dia justru terbayang bagaimana pakaian dalam itu terpasang di tubuh seorang wanita.Bayangan ketika Selena melepas tali branya malam itu kembali melintas di benaknya. Meski hanya melihat sekilas, tetap saja Markus dibuat bergairah karenanya.Tenggorokannya menjadi agak k