Rudy sama sekali tidak pernah terpikir menjadikan Selena sebagai menantunya, dia hanya merasa familiar dengan sosok Selena.Akan tetapi, penolakan keras dari Mira seolah-olah Selena tidak ada artinya seperti ini membuat Rudy benar-benar tidak senang."Apa yang kurang dari Vanessa? Dia itu seorang dokter hebat yang terkenal!""Kamu nggak dengar Michel bilang dia sudah punya anak? Mana pupil mata anaknya berwarna kehijauan pula! Itu 'kan berarti bisa saja suaminya orang asing? Pokoknya, nggak akan kuizinkan putraku menikah dengan wanita yang sudah nggak perawan lagi!""Jaga ucapanmu, Mira!" bentak Rudy sambil menggebrak meja. "Aku sama sekali nggak punya niat kayak gitu! Bagiku, dia itu penyelamat hidupku dan seorang anak malang yang hidup tanpa keluarganya! Lagi pula, dia juga bukan orang miskin! Lihat saja betapa terkenalnya dia! Sesuai ucapannya, orang kaya saja pasti akan sakit dan dialah yang berhak menentukan mau mengoperasi pasiennya atau nggak! Dia berhak menentukan mau menerima
"Pesta apa?""Mungkin pesta pemilihan calon jodoh," sahut Harvey asal bicara sambil menatap Selena dengan penuh cinta. "Aku sudah nggak sabar banget mau ketemu denganmu."Selena pun menutup teleponnya. Dia jadi penasaran bagaimana Mira dan Michelle akan melalui malam ini?Dia awalnya benar-benar mengira Rudy hanya bercanda.Sementara itu, Michelle dan Mira mulai merasa tidak nyaman setelah pemanas kamar Michelle dimatikan. "Ayah gila, ya? Masa Ayah tega membuat kita kedinginan demi si jalang itu?""Ibu nggak tahu ayahmu begini karena wanita jalang itu atau bukan, yang jelas ayahmu itu nggak bisa terima kalau ada yang membantah keputusannya. Ibu benar-benar nggak terpikirkan hal ini. Nggak Ibu sangka wanita jalang itu berani memperbesar masalah."Mira menjawab sambil mengepalkan tangannya dengan erat. Sebenarnya, dia hanya ingin diam-diam menindas Selena.Masalah ini sepele, tetapi Selena langsung melibatkan Rudy. Sudah pasti Selena bermaksud meminta Rudy menghukum Mira.Sebagai kepala
Selena mimpi indah malam itu di dalam kamar yang sangat cantik itu. Jendelanya disetel pada sudut 270 derajat yang bisa dibuka secara otomatis. Selena menatap pemandangan di luar sana dan entah kenapa merasa seperti bernostalgia.Selena segera mandi, lalu mengenakan topengnya dan membuka pintu kamar untuk menyiapkan sarapan Rudy.Begitu keluar dari kamar, embusan angin dingin pun mengenai wajahnya. Selena yang sontak merasa kedinginan pun langsung bersin. Makin lama udaranya makin dingin.Selena menatap ke kejauhan sambil memikirkan Harvest.Harvey bilang Harvest sedang dikirim ke sebuah pulau untuk menjalani pelatihan, jadi Selena tidak bisa melihat anak itu untuk sementara waktu.Namun, sekitar awal tahun depan, Harvest akan mendapatkan satu bulan libur.Anak itu pasti sudah tumbuh tinggi."Pagi."Jasper sedang melakukan gerakan aerobik, kaus pendeknya yang tipis memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya yang berotot. Wajah tampannya juga basah oleh keringat."Tuan Jasper bangunnya pagi s
Malam pun tiba. Polisi sibuk membukakan jalan, sementara koki yang terkenal menangani pesta kenegaraan pun mulai bersiap memasak.Selena sama sekali tidak menyangka akan ada momen dia bisa mencicipi hidangan resmi negara.Dia jadi teringat saat divonis menderita kanker tujuh tahun yang lalu. Waktu itu, Selena selalu beranggapan bahwa hidupnya tidak lama lagi.Selena berdiri di dalam aula yang tampak kuno dan megah itu sambil menatap para tamu yang hadir dengan mengenakan pakaian formal, rasanya seperti sedang bermimpi.Bukan hanya pada akhirnya Selena berhasil bertahan hidup, tetapi dia juga dikaruniai anak-anak yang menggemaskan.Walaupun Selena bukan tokoh utamanya hari ini, tetap saja dia langsung mencuri perhatian begitu melangkah masuk.Di sisi lain, gaun Michelle tampak begitu berkilauan, anggun dan mewah. Dia benar-benar terlihat seperti seorang putri.Sebaliknya, Selena datang dari ujung lorong yang semula gelap menjadi terang. Selena muncul dengan gaun hitam yang Michelle beri
Michelle memperlakukan Hayden sebagaimana Harvey memperlakukannya, yaitu tidak tertarik pada mereka yang bersikap menjilat.Michelle hanya melirik Hayden dengan cuek, lalu menjawab dengan singkat, '"erima kasih."Setelah itu, Michelle langsung berjalan menghampiri Harvey. Hayden yang diabaikan begitu saja refleks mengepalkan tangannya dengan erat.Harvey terlihat rapi dengan setelan jasnya. Ditambah dengan topeng setengah yang dia gunakan, dia jadi terlihat begitu tampan dan misterius. Benar-benar menggelitik rasa penasaran kaum hawa."Kak Owen!" pekik Michelle dengan gembira sambil mengangkat ujung gaunnya dan berlari menghampiri Harvey.Selena menatap adegan yang mirip cuplikan dongeng ini sambil tersenyum dan menggoyang-goyangkan gelas sampanyenya.Karena Michelle terlahir dengan tubuh yang tinggi, jadi dia hanya mengenakan sepatu hak setinggi lima cm. Saat berlari menghampiri Harvey, dia tersandung dan nyaris jatuh menimpa tubuh Harvey.Jika Michelle sampai jatuh, dia pasti akan me
Jasper menyadari respons tegang Selena, jadi dia segera menarik tangannya kembali. "Maaf, tadi ada terlalu banyak orang di sekitarmu."Selena pun langsung melangkah mundur untuk menjaga jarak dengan Jasper. "Iya, nggak masalah, Tuan Jasper. Silakan ladeni para tamunya, nggak usah memikirkanku.""Kalau gitu, kamu juga hati-hati ya. Kalau ada apa-apa, langsung cari aku," kata Jasper sambil menatap Selena dengan saksama sebelum beranjak pergi.Jasper menggerak-gerakkan jemarinya. Ternyata kulit wanita sehalus dan semulus itu?Rasanya ada seperti kobaran api yang mendadak muncul dalam diri Jasper.Semua orang pun akhirnya duduk, kira-kira total yang datang hari ini ada sekitar 30 orang. Mereka semua saling mengobrol dengan gaya yang berkelas.Beberapa dari mereka juga menyapa Rudy, lalu langsung duduk.Mira yang berada di samping Rudy pun selalu menunjukkan senyuman yang terlihat lembut dan ramah.Selena juga tidak mungkin menyadari sifatnya yang sebenarnya jika bukan karena insiden dengan
"Vanessa sudah merawatku cukup lama waktu kami tinggal bareng, jadi aku tahu kebiasannya," sahut Harvey sambil tersenyum dengan sinis.Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan jawaban Harvey. Hanya saja, Jasper salah fokus dengan istilah "tinggal bareng" yang Harvey gunakan.Setelah berkata seperti itu, Harvey pun mengalihkan pandangannya seolah-olah dia tidak habis bicara.Selena juga berusaha untuk tidak mengajak Harvey bicara karena tidak mau sampai menarik perhatian orang lain.Bagaimanapun juga, level acara ini sudah setara seperti jamuan negara. Suasana di dalam aula sangat tenang, yang terdengar hanyalah lantunan musik.Selena menatap setiap hidangan yang secantik karya seni. Bahkan sayur sawi rebus saja dibentuk menyerupai bunga.Setelah makan malam, Rudy meninggalkan aula dengan mengatakan akan membiarkan yang muda-muda saling berinteraksi.Sudah dapat dipastikan acara malam ini adalah sebuah kencan buta besar-besaran. Mira pun menatap Jasper. Para tamu wanita yang diundang ada
Selena mengerutkan kening dan menatap Harvey dengan kesal. Kenapa dia begitu gila?Harvey juga tidak banyak bicara. Dia duduk di samping Selena.Michelle mendekat dan menatap Harvey dengan penuh harap. "Kak Owen, bisa nggak kamu nanti menjadi pasangan dansaku?""Nggak bisa. Aku sudah menemukan pasangan dansa." Harvey menunjuk ke arah Selena.Raut wajah Michelle langsung berubah. "Dia?""Memangnya kenapa kalau dia?" Harvey menoleh ke arah Selena. "Vanessa, ayo kita berdansa!""Oke."Harvey berdiri. Satu tangannya di belakang punggung dan tangan yang lainnya dia ulurkan ke arah Selena dengan isyarat mengundang. Benar-benar sikap seorang pria sejati.Selena menempelkan ujung jarinya di telapak tangan Harvey. Tangan yang besar itu bagaikan bungan yang menguncup dan membungkus tangan Selena dengan lembut.Di balik topeng, wajah mungil Selena itu agak tersipu. Seakan-akan, ini pertama kalinya mereka berdansa.Harvey memeluk pinggang Selena secara terang-terangan. Sementara Selena sendiri ber