"Seli, aku hanya ... ""Aku jijik. Jangan sentuh aku."Di bawah sinar bulan, wajah Selena berlinang air mata. Seolah-olah pisau tajam menusuk hati Harvey.Dia berpikir Selena mungkin juga merasakan sedikit kegembiraan dalam percintaan barusan, tetapi dia hanya melihat rasa jijik di wajah wanita itu.Tangan Harvey yang awalnya ingin menenangkan wanita itu tampak tergantung di udara, pria itu hanya bisa menatapnya."Harvey, kenapa kamu pikir kamu bisa masuk dan pergi dari hidupku sesuka hatimu? Kamu anggap aku itu apa?""Kita sudah lama bercerai, perlu aku ceritakan apa arti bercerai? Itu berarti suami dan istri sudah nggak ada hubungan lagi, sekarang apa yang kamu lakukan?"Harvey menundukkan kepalanya dan berkata, "Aku mengakui kesalahan yang sudah kubuat, tapi bisakah kamu memberiku kesempatan untuk menebusmu dan anak-anak?""Nggak perlu, kami baik-baik saja tanpa dirimu. Harvey, asalkan kamu pergi jauh-jauh, itu sudah termasuk penebusan terbesar bagiku.""Seli, apa kamu begitu memben
Selena langsung membuka mata dan melompat dari tempat tidur. Dia buru-buru membuka pintu, bahkan tanpa mengenakan alas kaki, "Apa yang kamu katakan?"Nolan terlihat panik, "Ini aku temukan di kamar Bos."Selembar kertas yang ditinggalkan untuknya. Di atasnya tertulis agar Selena tetap tinggal di sini dengan tenang hingga penyakitnya sembuh.Selain itu, ada juga sebuah amplop yang tebal."Bos menulis surat wasiat ini saat dia mengira dirinya tidak bisa bertahan hidup lagi. Surat ini untukmu."Selena mengambil surat yang tebal itu dan kembali ke kamar untuk membacanya.Yang menarik perhatiannya tetaplah tulisan yang tak asing itu, tidak seperti tanda tangannya yang asal-asalan, tetapi tulisan pria itu sangat rapi. Setiap goresan sama halusnya seperti orangnya."Seli, saat kamu membaca surat ini, aku mungkin sudah menghilang dari dunia ini.Saat mengetahui kabar ini, kamu akan senang atau sedih? Di saat-saat terakhir, aku baru menyadari ini tidak menakutkan seperti yang kubayangkan, bahka
Tetesan air mata jatuh membasahi kertas. Tangan Selena yang memegang surat itu terkepal erat, seakan tidak bisa mengendalikan emosinya."Nyonya, selama ini kami menjadi saksi bisu perjalanan cinta Bos denganmu. Tanpa perlu kukatakan, kamu pasti tahu Bos sangat mencintaimu. Kamu mungkin nggak tahu bagaimana dia menjalani hidup selama beberapa tahun ini, berapa banyak penderitaan yang dia alami demi mencarimu. Insiden keracunan kali ini bukanlah yang pertama kali dan bukan juga yang terakhir. Dia hampir kehilangan nyawanya berkali-kali.""Dulu dia memang melakukan hal-hal yang nggak baik. Bukan berarti aku membelanya, tapi dia sendiri juga korban, 'kan? Dia ditipu oleh Nona, apalagi Nona membuat perangkap yang begitu rapi.""Keluarga Bos telah hancur sejak dia masih kecil. Dia nggak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, satu-satunya yang dia andalkan adalah Nona. Dengan polosnya, dia berpikir Nona adalah segalanya. Dia mencari Nona selama bertahun-tahun ini dan terakhir mend
Berdiri di tepi tebing, rambut Selena berkibar-kibar akibat ditiup angin. Kabut menyelimuti bawah tebing dan dia sama sekali tidak bisa melihat dengan jelas.Selena juga bisa mengerti mengapa Harvey memilih jalan ini. Meskipun berbahaya, asalkan tidak hujan, setidaknya masih bisa dikendalikan.Ini satu-satunya jalan yang tidak memiliki racun dan binatang buas, hanya memiliki bahaya alam, tetapi Harvey memiliki pengalaman dalam panjat tebing.Namun, terlalu berbahaya jika dia turun begitu saja tanpa menggunakan alat. Jika tidak berhati-hati, dia bisa jatuh dan hancur remuk!"Nyonya, apa Bos akan lewat jalan ini?"Selena mengangguk, "Baunya ada di sini. Lihat ada tali di sini, harusnya dia menggunakannya sebelum pergi.""Kalau begitu, aku akan pergi mencarinya.""Jangan. Aku lebih mengenal gunung ini daripada kamu, apalagi kakimu harus disuntik setiap hari dan kamu juga nggak bisa bergerak sembarangan. Kamu nggak ingin menjadi cacat seumur hidup, 'kan?""Maksud Nyonya ... "Selena menepu
Meskipun Selena sangat mengenal medan tempat ini, dia terlalu buru-buru pergi dan tidak membawa semua perlengkapannya. Dengan tidak adanya sinyal di pegunungan ini, sekarang dia terjebak dalam dilema dan tidak ada jalan kembali.Bebatuan di sini sangat licin, dia sudah beberapa kali tergelincir dan jatuh. Untungnya dengan pengalaman yang dimilikinya, dia berhasil berpegangan pada beberapa cabang pohon saat jatuh.Saat menarik cabang-cabang tersebut dengan keras, kedua tangannya sudah bersimbah darah. Pemandangan yang sangat mengerikan untuk dilihat.Dapat dikatakan hari ini dia sangat sial. Sudah jatuh tertimpa tangga.Selena berdiri di atas pohon kecil sambil bernapas terengah-engah. Dia membuka telapak tangannya yang berdarah, tentu saja rasanya sakit. Namun dia tidak punya waktu untuk meratapi kesakitannya. Saat ini, yang paling penting adalah segera turun dari tebing dan menemukan Harvey.Makin lama waktu yang terbuang, isi hutan pun menjadi lebih rumit. Dia dan Harvey akan makin t
Ketika mata mereka bertemu, Selena tiba-tiba melompat dari tanah dan memeluk erat Harvey seperti yang dilakukannya di gua ular."Dasar bodoh, siapa yang menyuruhmu pergi? Apa kamu tahu seberapa aku mengkhawatirkanmu?"Harvey berlutut dengan satu kaki. Pupilnya tiba-tiba membesar, matanya penuh dengan keheranan.Tadi malam Selena dengan keras mengatakan bahwa dia membencinya, bahkan mengatakan bahwa dirinya menjijikkan.Harvey pikir dia tidak memiliki kesempatan lagi. Dia pun memilih untuk pergi, supaya dia tidak mengganggu dan membuat Selena menangis.Namun pelukan Selena seperti bara api yang menyala kembali di dalam perapian, membuat jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. Perasaan yang terpendam pun sedikit demi sedikit mulai pulih."Seli, kamu bilang apa ... "Selena melepaskan pelukannya, dia menggertakkan giginya dan berkata, "Aku bilang aku sangat mengkhawatirkanmu, apakah kamu mendengarkanku?"Dia menarik kerah baju Harvey, lalu mendongak dan mencium bibirnya.Isi kepala Harvey
Harvey pun seolah-olah terbangun dari mimpi, sadar bahwa dia terlalu terbawa oleh kegembiraan dan nafsunya. Selena baru saja mendaki turun di bawah hujan deras, wanita ini pasti terluka."Seli, kamu terluka di mana?"Sampai sekarang, pikiran Selena masih agak kabur. Sebelumnya dia telah mengejar Havey dengan gegabah, tetapi ketika dia benar-benar bertemu dengan Harvey, dia merasa sangat malu.Perlu diketahui bahwa semalam dia telah mengeluarkan kata-kata kasar kepada Harvey, tetapi karma datang terlalu cepat.Dia tidak tahu bagaimana dia harus berinteraksi dengan Harvey, pikirannya kacau dan hatinya jauh lebih kacau."A-Aku baik-baik saja."Di dalam gua tidak ada alat penerangan, sementara cahaya di luar sangat buruk.Meskipun masih siang hari, rasanya hampir sama seperti malam.Untungnya, Harvey memiliki pengalaman bertahan hidup di alam liar. Dia telah mengumpulkan banyak kayu bakar sebelum hujan turun. Dia belum menggunakan kayu-kayu itu, Selena datang tepat pada waktunya.Dia menge
Selena menemukan kemeja besar milik Harvey, lalu segera berbaring di dalam kantong tidur.Harvey dengan cepat kembali. Selena menyembulkan kepala kecilnya, membuatnya merasa seperti saat mereka baru menikah.Meskipun pakaian Harvey tahan air, tetapi pakaiannya masih tetap basah. Dia melepas jaketnya dan menggantungkannya di rak, sementara dia masih memakai kaos putih.Karena basah, garis otot tubuh yang menempel pada kaosnya terlihat jelas.Harvey berbisik, "Seli ... bolehkah aku melepas kaosku?"Setelah kejadian semalam, dia tidak berani lagi mengganggu Selena.Selena memalingkan kepalanya. "Hm."Harvey melepas bajunya dan menggantungkannya di rak. Melihat Selena berbalik, dia tersenyum seperti orang bodoh.Situasi ini benar-benar seperti mimpi, Selena bahkan berani mempertaruhkan nyawa untuk mencarinya. Jika ini bukan cinta, maka apa lagi?Harvey tiba-tiba merasa bahwa racun kali ini tidak sia-sia. Jika tidak, bagaimana mungkin dia melihat Selena yang dia rindukan?Dengan susah payah