Selena mempercepat langkah kakinya. Makin dekat dengan gua ular, makin gelisah hatinya. Orang normal sekalipun kesulitan untuk keluar dari tempat semacam itu, apalagi orang buta.Jika Harvey jatuh ke dalam gua ular itu, dia pasti akan mati dimakan oleh puluhan ribu ular.Selena tidak berani membayangkan adegan seperti itu.Angin dingin membawa aroma amis ular. Tubuh Selena menggigil tak terkendali.Selena seperti seekor binatang pemburu. Satu-satunya hal yang dipikirkannya adalah berlari sekuat tenaga.Selena tidak bisa mendengar suara lain. Hanya suara desiran angin yang membuatnya panik.Terdengar suara "gedebuk". Selena jatuh ke tanah karena terlalu gugup. Nolan buru-buru berhenti dan membantunya berdiri. "Kamu baik-baik saja?"Akan tetapi, Nolan mendapati seluruh tubuh Selena gemetar dengan hebat."Cepat, lari! Di depan sana sarang ular!"Selena tidak peduli pada lututnya yang terluka. Dia bergegas berdiri dan berlari dengan sekuat tenaga.Pada titik ini, Selena tidak merasakan sak
"Bos, aku nggak bisa diam saja.""Jangan mendekat. Ini perintah! Tetap di tempat dan jangan bergerak!"Nolan menengadah ke langit, untuk mencegah agar air matanya tidak menetes. Dia sudah melihat banyak saudaranya yang gugur di medan perang. Mereka sudah lama tidak peduli pada hidup dan matinya sendiri.Kematian Lian pada tahun itu meninggalkan trauma pada diri Nolan. Kakinya seharusnya lumpuh, tetapi Nolan berusaha keras untuk melakukan rehabilitasi. Nolan hanya berharap dia masih bisa berdiri di sisi Harvey dan melindungi Harvey, agar tidak terjadi tragedi lainnya.Namun, sekarang, sesuatu yang menakutkan telah terjadi.Sama seperti malam berhujan waktu itu. Nolan hanya bisa menyaksikan Lian mati ditembak orang lain tanpa daya.Selena memanfaatkan kesempatan ketika Isaac lengah. Dia menjatuhkan Isaac dengan keras ke tanah, dengan cara membantingnya melewati bahu. Kemudian, Selena berlari melewati Nolan dan menuju gua ular.Selena tidak peduli lagi dengan akal sehat maupun konsekuensi
Harvey bertanya dengan hati-hati. Dia takut jika suaranya terlalu keras, Selena akan menghilang seperti mimpi.Selena mengulurkan tinjunya dan memukul dada Harvey. "Dasar bajingan, apa kamu tahu ini tempat apa?"Harvey tersadar dari rasa terkejutnya. Dia langsung meraih tangan Selena dan berkata, "Seli, ada banyak ular di sini. Cepat pergi dan tinggalkan tempat ini!"Meskipun Nolan tidak begitu mengerti kenapa Harvey memanggil orang lain dengan nama Selena, Nolan tetap berbaik hati memberi tahu Harvey, "Bos, ularnya sudah diusir semua. Kalian aman."Di bawah sinar rembulan, Winnie menunggangi rusa kecil sambil memegang pikolo di tangannya. Dia bagaikan peri kecil yang berlari di hutan dan memainkan lagu-lagu yang indah.Melihat Selena dan Harvey saling berpelukan sambil menangis, hati Winnie yang kecil juga merasakan kehangatan di dalamnya.Ternyata, Ibu tidak pernah melupakan Ayah.Winnie melihat ke arah Isaac yang ada di sampingnya. Namun, Isaac tidak memilih untuk tetap tinggal dan
Di luar pintu, Winnie berdiri di belakangnya. Selena menyentuh kepala Winnie dan berkata, "Sayang, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Ibu akan mengobatinya. Kembalilah dan istirahatlah. Kamu juga lelah malam ini."Winnie menganggukkan kepalanya.Selena menatap punggung Winnie dan berpikir keras. Dia bertanya-tanya apakah Harvey akan menjadi gila dan melakukan apa pun pada Winnie, saat dia mengetahui jika Winnie bukanlah putrinya.Wajah dingin Harvey di masa lalu muncul di benak Selena. Harvey pernah mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah membiarkan Selena berkhianat.Sekalipun Harvey memaafkan dirinya dan Gio pada waktu itu, hal tersebut tidak berarti Harvey bisa menerima jika Selena melahirkan anak orang lain.Kehadiran Winnie akan selalu menjadi duri di hati Harvey.Saat Selena tiba, Harvey sudah telanjang bulat dan berendam di dalam air. Setelah mengetahui bahwa dia adalah Selena, Nolan pun menjadi lebih bijak. Dia segera mencari kesempatan untuk pergi dan meninggalkan
Setelah Harvey kembali dibersihkan dan berendam dalam mata air obat, luka-luka di tubuhnya berhenti mengeluarkan darah. Selena mengeluarkan yodium untuk dioleskan, guna melakukan disinfeksi.Kulit Harvey yang bagaikan batu pualam ini penuh dengan bekas luka. Hampir tidak ada bagian yang utuh. Di mana-mana terdapat bekas luka dengan panjang yang berbeda-beda.Harvey takut membuat Selena marah. Itu sebabnya, dia tidak lagi berani mengatakan apa pun.Jika Selena tahu bahwa sejak awal dirinya sudah jatuh ke dalam perangkap Harvey, Selena pasti akan sangat marah dan melarikan diri dalam semalam.Harvey mempertaruhkan nyawanya untuk mengetahui kebenarannya. Saat Selena berlari ke arahnya tanpa memedulikan bahaya, Harvey tahu jika dia sudah memenangkan taruhan.Selena masih mencintainya.Namun, masa lalu mereka masih terasa seperti duri di tenggorokan. Meskipun itu adalah Palung Mariana, Harvey akan berusaha untuk menjembatani masa lalu mereka dan kembali ke hadapan Selena.Semua itu masih me
Satu kaki Harvey menjejak udara. Suara percikan air membasahi wajah Selena."Ada penyergapan?" Selena melihat sekeliling dengan hati-hati. Namun, dia hanya melihat Harvey yang jatuh telentang.Selena ingin menggodanya.Harvey tidak bisa melihat apa-apa. Namun, dia meraba-raba di dalam air dengan panik. Wajahnya tampak khawatir."Seli, kamu di mana? Seli, apa kamu baik-baik saja?"Melihat keadaan Harvey yang begitu menyedihkan, tiba-tiba saja Selena kehilangan minat untuk menggodanya."Aku baik-baik saja, Harvey."Mendengar suara Selena, Harvey pun buru-buru berlari ke arahnya, memeluk Selena erat-erat, dan berkata dengan panik, "Seli, dari mana saja kamu? Jangan menakut-nakutiku. Aku susah payah mencarimu."Di dalam gua, selain beberapa lampu tenaga surya kecil yang dibawa Selena, yang memancarkan cahaya tidak terlalu terang itu, hanya ada cahaya rembulan yang masuk melalui celah sempit di atas.Selena menatap wajah Harvey yang penuh kekhawatiran itu. Untuk sesaat, tenggorokan Selena t
Dua orang yang basah kuyup itu berguling-guling bagaikan bola. Harvey terlihat kacau. Dia berusaha untuk berdiri dengan terburu-buru, sehingga malah membuat dirinya makin kacau.Harvey sebenarnya adalah pria yang tenang dan selalu mengendalikan diri. Namun, setelah bertemu Selena, semua ketenangan dan kendali dirinya itu langsung terlupakan.Makin Harvey berhati-hati, keadaan menjadi makin buruk karenanya."Jangan bergerak. Biar aku saja yang melakukannya," kata Selena dengan putus asa.Selena juga bisa memahaminya. Sama seperti ketika Selena mengalami depresi selama beberapa waktu setelah mengetahui jika dirinya tidak akan hidup lebih lama lagi. Selena bahkan juga berpikir untuk mati saja.Seseorang yang baik-baik saja tiba-tiba menghadapi hal seperti ini, bagaimana mungkin dia bisa menerimanya dengan tenang?Untuk mencegah Harvey memperburuk keadaan, Selena menenangkan Harvey, mengambil pakaian bersih dan meletakkannya di tangan Harvey."Ini baju dan celananya. Bisakah kamu mengganti
Harvey menempel pada tubuh yang familier tetapi asing itu. Berkali-kali, Harvey menariknya ke dalam pelukannya, seakan-akan ingin mengukirnya ke dalam jiwanya, hingga mereka tidak perlu berpisah lagi.Sebelumnya, Selena tidak memiliki aroma obat semacam ini di tubuhnya. Jadi, ada sesuatu yang baru di tengah rasa yang familier ini.Ditambah lagi, sekarang Harvey tidak bisa melihat. Oleh karena itu, seluruh indra di tubuhnya menjadi jauh lebih kuat.Awalnya, Harvey hanya ingin menciumnya sekilas. Dia tidak berani bertindak terlalu lancang.Namun, beberapa hal, seperti contohnya banjir, sekali terjadi tidak bisa dihentikan lagi.Jari-jari Harvey menyentuh jepit rambut di belakang kepala Selena dan menariknya dengan lembut. Rambut hitam yang tebal itu langsung terurai dan melewati celah di antara jari-jari Harvey. Begitu ringan, lembut dan halus, dengan aromanya yang samar-samar.Mungkin karena suasana yang begitu pas dan sempurna, hingga Selena juga lupa untuk menolaknya.Tangan Harvey se