Share

Ide Konyol

Author: Yani
last update Last Updated: 2021-06-22 08:44:57

Beberapa hari berikutnya, mereka kembali bertemu. Tidak mudah bagi seorang Maya bisa lolos dari pengawal pribadinya. Pria yang seumuran dengan kakak keduanya, sudah berkerja selama dua tahun, dan bertugas mengikuti ke mana pun dirinya pergi. Hal yang semakin membuat Maya terkekang. Dia perlu mengelabui sang pengawal agar bisa kembali menemui Mulan di tempat yang mereka sepakati.

“Maaf, kamu sudah lama datang?” Maya datang dengan napas memburu. Dia bernapas lega setelah bisa sampai di sini dengan aman, tanpa mengundang kecurigaan orang rumah.

Mulan menatapnya dengan datar. “Cukup lama sampai menghabiskan tiga gelas minuman,” jawabnya dengan tatapan mengarah pada tiga gelas di depannya.  

Maya meringis. Dia ikut menatap sisa gelas kosong itu dengan rasa bersalah. Mulan terlalu jujur dan tidak suka basa-basi, cukup mampu membuat Maya merasa tidak nyaman. “Maaf, ya. Tadi aku ada sedikit kendala karena pengawalku. Ish, Bruce terlalu mengekang sam—”

“Langsung saja,” potong Mulan yang menghentikan ocehan Maya tentang pengawalnya.

Maya duduk dengan kikuk. “Baiklah. Kita langsung saja.”

“Kamu benar-benar yakin?” Mulan bertanya entah sudah keberapa kalinya. Kedua tangannya bersidekap di depan dada, menatap Maya seakan meminta sebuah keputusan final saat ini juga.

Maya mengangguk mantap. Tidak ada keraguan dalam kedua netranya yang cokelat. Maya membuka topinya, memperlihatkan penampilan barunya yang meniru gaya Mulan. Tidak perlu banyak berubah, dia hanya mengubah warna rambut saja. Selebihnya, mereka memang memiliki kemiripan yang sangat besar.

Kali ini mereka bertukar penampilan. Mulan yang memiliki surai hitam legam, sedikit mewarnai ujung rambutnya menjadi pirang. Dia juga sudah memakai gaun selutut yang sempat Maya berikan padanya. Penampilan berubah 180 derajat. Sedikit risih juga, apalagi saat bagian bawah gaunnya berkibar seperti bendera yang tertiup angina. Benar-benar merepotkan sekali.

“Kita terlihat seperti kembar identik,” ujar Maya seraya menatap Mulan, merasa dia sedang berkaca di hadapan cermin. “Memang benar ada 7 orang dengan wajah serupa di dunia, dan aku menemukan salah satunya!”

Berbeda dengan Maya yang bersemangat, Mulan terlihat ragu. “Aku malah makin ragu sekarang. Kita terlalu mirip, dan aku kahwatir kamu akan menyesal setelah ini.”

Maya menolak pendapat Mulan dengan gelengan tegas. Ekspresinya masih tetap antusias dengan senyum lebar. “Kita sudah memulainya hari ini. Hitung mundur sampai tiga bulan ke depan.”

“Apa ada ketentuan atau semacamnya?”

Maya berpikir sesaat, mengetuk kepalanya pelan. “Tidak ada, tuh. Kita cukup menjalani hidup masing-masing sampai waktunya tiba. Dan oh, ya. Aku sudah menuliskan semua tentang kehidupanku. Mulai dari anggota keluarga sampai kebiasan di rumah. Kamu harus membacanya dengan teliti, jangan ada yang terlewat satu pun.”

Maya mengeluarkan sebuah buku kecil yang berisi rangkuman hidupnya. Bahkan Maya sengaja begadang untuk menulis itu. Dia memberikan buku itu pada Mulan yang hanya diterima tanpa berniat membukanya.

“Ingat, kamu harus mempelajarinya,” kata Maya, menekan perintahnya seperti seorang dosen pada mahasiswanya.

Mulan bergumam malas. Dia melirik buku itu tanpa minat. Seumur hidup, dia sangat membenci buku, apa pun bentuknya. Dia mengangguk hanya untuk membuat Maya senang.

“Sekarang, giliran kamu. Apa kamu sudah menulis semua tentang kehidupan kamu?”

Alis Mulan bertaut. “Kamu tidak menyuruhku menulis, tuh.”

Maya membuka mulutnya lebar, kemudian terkatup dengan wajah tertekuk. “Memang tidak. Tapi bagaimana aku tahu tentang kehidupan kamu. Bagaimana jika nanti aku bertemu dengan temanmu dan aku tidak mengenalnya?”

“Aku tidak punya teman,” pungkas Mulan pendek. Sama sekali tidak berbohong. Dia tidak memiliki banyak waktu untuk berteman, sedangkan hidupnya saja terancam tidak makan bila tidak berkerja.

Maya membuka mulut membentuk huruf O. Dia mengerjap dan bertanya dengan suara rendah. “Ayah bagaimana? Katanya kamu hanya punya ayah.”

“Dia tidak akan datang. Dan aku berharap dia tidak akan datang selama kita bertukar posisi.”

Hal itu jelas mengundang rasa penasaran pada Maya. “Kenapa?”

Mulan menatapnya dengan lekat, meski tidak ada yang tahu ada sesuatu yang tersembunyi dalam tatapan itu. “Tidak apa.”

Maya mengangguk pelan. Sepertiya Mulan tidak akan bercerita dan Maya tidak akan memaksanya. Dia sudah cukup berpuas sampai di sini.

Mereka melanjutkan percakapan ringan tentang kehidupan masing-masing. Mungkin Maya takut Mulan tidak akan membaca catatan yang susah payah dibuatnya. Maka tanpa disuruh, dia bercerita panjang lebar dan penuh keantusiasan yang tinggi. Dia seperti tidak sabar keluar dari sangkar emas yang dibuat keluarganya sendiri. Sedangkan Mulan menompang kepala dan mendengar rentetan cerita Maya bagaikan dongeng pengantar tidur. Dia sampai menguap lebar yang sekaligus mengundang desahan panjang dari gadis di depannya. Maya menghentikan ceritanya dan tersenyum kecil.

“Baiklah. Sepertinya itu saja sudah cukup.”

Mulan mengangguk. Namun masih ada sesuatu yang janggal dalam hatinya. “Ingat, jangan mendekati ayahku. Jika dia datang, sebaiknya kamu kabur.”

Euy, mana boleh seperti itu,” Maya mencebikkan bibirnya tak terima. “Itu tidak sopan namanya.”

Namun, Mulan masih memasang wajah seriusnya. Memberikan penegasan dan tidak mau dibantahnya.  “Demi keselamatanmu,” katanya singkat.

Maya mau tak mau mengangguk. “Baiklah.”

“Kamu harus berjanji akan baik-baik saja sampai waktunya tiba!” Itu bukan sebuah permintaan, tapi perintah mutlak. Mulan belum bisa menghilangkan kekhawatirannya pada Maya setelah ini. Dia tidak mau Maya terluka akibat idenya sendiri.

“Janji.” Maya mengangguk yakin. Mengaitkan kelingkingnya dengan Mulan, sebuah senyum lebar tersungging. “Ayo kita mulai sandiwaranya.”

Related chapters

  • Antara Dendam dan Cinta   Hari yang Berat

    Baru pertama kali ini Mulan menginjakkan kaki di sebuah mansion yang lebih menyerupai istana. Bagaimana tidak? Arsitektur yang kental dengan bangunan bergaya Eropa modern yang cukup elegan. Perpaduan warna gold and white semakin menambah kesan mewah pada mansion yang memiliki luas berhektar-hektar itu. Mulan berusaha mengingat setiap detail bangunan mansion ini dengan otak pintarnya. Meski sangat luas, tapi cukup tertata hingga mudah diingat. Para pelayan yang berjumlah puluhan tidak pernah absen dalam pandangannya. Mereka sibuk hilir mudik dengan kegiatan masing-masing. Sedangan di bagian luar, ada sekitar 20 pengawal berbadan kekar yang setia berdiri dengan wajah tanpa eskpresi. Mereka hanya menuduk sopan saat Mulan melewatinya begitu saja. Sepertinya sampai detik ini tidak ada yang sadar tentang penyamarannya. Hal yang cukup melegakan sebenarnya. “Maaf, Nona.” Seseorang datang menyapanya. Mulan menghentikan langkahnya dan menoleh pada pria itu. Al

    Last Updated : 2021-06-22
  • Antara Dendam dan Cinta   Perasaan Tabu

    Pagi menjelang, Mulan sudah berpenampilan cantik. Dia duduk di depan cermin dan memandang pantulan dirinya di sana. Rambutnya yang sengaja dicat belum luntur dan tergerai dengan indah. Meski gerah, dia harus bertahan. Katanya, Maya tidak suka mengikat rambutnya sendiri dan Mulan harus terbiasa mengikuti gayanya. Sedangkan bagian wajah, dia hanya sedikit memolesnya agar warna kulit aslinya tersamarkan. Gaun selutut dengan warna pink cukup memberi kesan manis pada penampilannya yang terbiasa tomboy. Style Maya memang cukup girly. Bahkan di bagian walk in closet, hampir semua gaun bermotif bunga dengan warna soft. “Akhirnya.” Mulan mendesah panjang. Dia segera berdiri dan beranjak dari sana. Tujuannya kali ini ruang tengah. Dia ingin sedikit berkeliling lagi sebelum ke ruang makan. Menurut cerita dari Maya, ritual sarapan adalah kegiatan wajib bagi seluruh anggota keluarga di sini. Tidak ada yang boleh melewatinya begit

    Last Updated : 2021-06-22
  • Antara Dendam dan Cinta   Hampir Saja!

    Juan menutup berkas pekerjaannya dengan kasar. Dia menghempaskan punggungnya di sandaran kursi. Beberapa Minggu ini dia terlalu lelah. Lelah dengan pekerjaan yang menumpuk, dan lelah menghindar dari adik perempuannya. Beberapa kali dia seperti bermain kucing-kucingan. Berangkat pagi dan pulang larut agar tidak bersitatap dengan Maya. Bahkan sikapnya juga berubah menjadi dingin dan tak tersentuh pada sang adik.Juan belum menyiapkan diri berhadapan dengan sang adik setelah kejadian beberapa minggu lalu. Kaget? Jelas. Dia tidak percaya Maya mampu mengungkapkan hal yang tak pernah dibayangkannya.“Aku cinta kakak. Bukan sebagai seorang adik, tapi sebagai perempuan yang mencintai prianya.”Ungkapan Maya malam itu masih membekas di otaknya. Juan hanya mematung tanpa merespon apa pun. Tangannya yang berada di kepala sang adik, perlahan turun. Terlalu syok dengan keadaan yang menurutnya sangat buruk.Juan hanya memberikan tatapan datar, sebe

    Last Updated : 2021-06-22
  • Antara Dendam dan Cinta   Seperti Biasa

    Pagi ini Mulan berniat jalan-jalan sebentar. Beberapa hari di sini dirinya malah terasa dikurung dalam sangkar emas. Memang semua kebutuhannya terpenuhi dengan sangat lengkap, bahkan apa pun yang dimintanya selalu dipenuhi dengan mudah. Namun, tetap saja dia bosan di dalam mansion ini terus. Belum pernah sekalipun dirinya menginjakkan kaki di luar. Setelah acara sarapan, ketiga kakaknya sudah menjalani aktivitas masing-masing. Tadi dia pun sempat melihat Joe dan Julian yang sudah pergi dengan mobil masing-masing. Sedangkan Juan? Mulan mengedikkan bahu pelan. Tidak peduli pada si datar itu. Dia belum melihat batang hidungnya lagi. Mereka bahkan jarang bertegur sapa setelah kejadian di perpustakaan tempo itu. Mulan tak ambil pusing. Dia hanya ingin menjalani harinya dengan damai selama di sini. Saat dirinya baru membuka pintu kamar, sudah ada sosok pria yang berdiri di depan sana. Mulan memutar bola mata jengah melihatnya. Satu penghalang yang selalu merepotkan. Dia ti

    Last Updated : 2021-06-22
  • Antara Dendam dan Cinta   Mulai Penasaran

    Joe menatap bergantian pada adik dan kakak pertamanya. Sejak pulangnya dari kampus siang ini, suasana di ruang tengah terasa menegangkan. Dia seperti berada di tengah-tengah perang dunia yang siap meledak kapan saja. Joe menatap kakak pertamanya, Juan. Beberapa waktu belakangan sikap sang kakak menjadi semakin dingin. Bahkan Juan yang biasanya lembut pada Maya, tampak semakin tak tersentuh. Ini jelas tak seperti biasanya. Joe sampai bingung dengan perubahan tersebut. Sepertinya ada hal yang disembunyikan Juan dari mereka semua. Lalu dengan Maya? Sang adik berubah menjadi perempuan dengan sifat yang berkebalikan dari sebelumnya. Mulai dari tutur kata sampai gesture tubuh. Entah dirinya yang terlalu berlebihan atau yang lain memang tidak peka. “Uhuk.” Joe pura-pura terbatuk. Namun baik sang adik maupun kakaknya hanya melirik sekilas. Tak ada yang berniat membantunya. “Uhuk ... Uhuk.” Joe semakin mengeraskan batuknya. Dia semakin kesal saja melihat resp

    Last Updated : 2021-06-22
  • Antara Dendam dan Cinta   Tidak Semudah Itu ...

    Maya menghela napas panjang. Seharian ini dia benar-benar suntuk, bosan, dan tidak ada kerjaan sama sekali. Dia sudah berhenti dari tempat kerjanya kemarin. Dia tidak bisa terus di sana dan beresiko bertemu dengan sang kakak suatu hari nanti. Itu hanya akan membahayakan rencana yang sedang dijalani. Namun setelah berhenti, sekarang dia malah tidak memiliki aktivitas apa pun. Mencari pekerjaan baru pun tidak semudah bayangannya selama ini. Dia banyak mendapatkan penolakan bahkan saat pertama kali melamar. Kemarin sempat pula dia bekerja di sebuah restoran sebagai pelayan ganti. Namun baru dua jam, dia sudah berhasil memecahkan lima piring dan tiga gelas mahal. Maya jelas dimarahi habis-habisan sampai dia pulang dalam keadaan menangis. Sedikit keberuntungannya, dia tidak dituntut ganti rugi. Padahal bisa saja pihak restoran menagih ganti rugi dari barang mahal yang dipecahkannya. Maya merasa tidak cocok berkerja di restoran itu. Bahkan luka di tangannya belum juga semb

    Last Updated : 2021-06-22
  • Antara Dendam dan Cinta   Pria Misterius

    “Kamu mau ke mana?” Julian yang baru datang menatap heran dengan penampilan Joe. Adiknya itu tampak sangat rapi, seakan mau pergi saja. Biasanya Joe tidak pernah berpenampilan serapi ini bila hanya mau pergi ke kampus atau bermain. “Pesta.” “Dengan Maya?” tebak Julian yang memang benar sepenuhnya. Joe memberikan senyum lebar dengan anggukan mantap, Julian mendengus melihatnya. “Cari pasanganlah. Jangan selalu membawa Maya sebagai pasangan ke pesta begini.” “Malas. Selama ada Maya, untuk apa wanita lain?” jawabnya santai. “Masalahnya kamu terlalu mendominasi. Aku jadi tidak punya waktu membawa dia,” tukas Julian dengan jengkel. Joe berdecih, sangat paham dengan maksud sang kakak. Julian juga butuh Maya untuk menjadi pasangannya. Memang ketiga pria Walter tidak pernah terlibat skandal dengan wanita mana pun. Mereka single dan bahagia. Sampai detik ini, wanita tidak masuk ke dalam pikiran mereka. Terlalu banyak urusan dan ta

    Last Updated : 2021-06-22
  • Antara Dendam dan Cinta   Penekanan

    Juan tidak bisa tenang. Sejak tadi yang dilakukannya hanya melihat pergerakan jam dinding yang sangat lambat. Entah baterainya yang akan habis, apa memang kesabarannya yang mulai menipis. Rasanya dia ingin memutar jam secepat mungkin dan menunggu kedatangan sang adik. Sudah dua jam sejak kepergian Maya dan Joe, sampai saat ini belum ada tanda-tanda kepulangan keduanya. Juan makin gusar sendiri. Dia jelas melihat penampilan gadis itu yang sangat cantik luar biasa. Padahal dia sering melihat penampilan Maya yang sejak lahir memang cantik, tapi kenapa malm ini terasa sangat berbeda. Maya memang bakat membuat orang terpikat, terjerumus pada pesona yang tidak mudah ditampik. Semakin Juan berusaha menghindar, jiwanya malah makin terikat tanpa sadar. Entah kenapa Juan baru menyadari beberapa hari ini. “Sialan! Kenapa mereka lama sekali.” Juan makin gusar. Dia tidak bisa tinggal diam saja sedangkan perasaannya makin resah begini. Ingin sekali dia menjemput Maya dan memaksany

    Last Updated : 2021-06-22

Latest chapter

  • Antara Dendam dan Cinta   Pergi

    Maya menatap minumannya dengan tatapan kosong. Tangannya menari di sekitar pinggiran gelas yang masih penuh. Baru seteguk, dan dia sudah merasa tidak berselera.Lagi, Maya beralih menatap sekitar, melihat hilir mudik orang-orang dengan koper besarnya. Suara mendayu resepsionis yang memberitahukan penerbangan menjadi pengisi suasana malam ini. Dirinya hanya duduk dan menikmati semua yang tertangkap matanya.Ya, Maya sudah membulatkan tekadnya untuk mengikuti Bruce ke Inggris. Selain untuk memulai hidup baru, tidak salahnya juga dia bersama pria itu. Sudah terbukti, hanya Bruce yang bisa menjaganya dan memberi rasa aman. Pria itu seakan menjamin sesuatu yang Maya cari; tempat berpulang.Keluarganya pun tidak ada yang melarang. Mereka seakan memasrahkan dirinya pada Bruce. Bahkan ayahnya berharap dirinya mau membuka hati segera. Kriss selalu menegaskan bahwa apa yang Bruce lakukan sejak dulu adalah ketulusan, bukti kesungguhan pria itu padanya. Maya hanya menjawab dengan senyuman kaku.D

  • Antara Dendam dan Cinta   Bisakah Berbaikan?

    Sedangkan di kamarnya, Mulan juga tak kalah sedih. Meski awalnya dia berusaha kuat, berpura-pura tidak peduli. Nyatanya dia sangat terpukul dengan kepergian Maya. Ada semacam beban di hatinya yang tidak terangkat, dan malah membuatnya terluka dari dalam. Bahkan mereka belum berbaikan. Mereka masih terlibat banyak masalah dan belum diselesaikan. Keduanya memiliki ego yang sama-sama tinggi tanpa ada satupun yang berniat mengalah."Sayang, jangan terlalu bersedih. Ingat anak kita," bujuk Juan yang mulai cemas dengan keadaan Mulan. Apalagi perempuan itu sampai terisak keras, bahunya bahkan bergetar hebat. Juan mulai khawatir berlebihan. Dia bukannya tidak ingin memahami kesedihan Mulan, tapi dia tidak ingin kesedihan wanita itu malah berakibat fatal pada calon buah hati mereka. "Aku hanya merasa bersalah pada Maya. Bagaimanapun secara tidak langsung aku yang sudah membuat hidupnya hancur. Andai dulu kami tidak pernah bertemu, mungkin Maya masih hidup bahagia. Maya tidak akan mengalami k

  • Antara Dendam dan Cinta   Pergilah, Sayang

    Saat mendengar Kriss sudah pulang, Bruce segera menemui lelaki itu di ruang kerjanya. Setibanya di sana ternyata sudah ada Juan yang tengah berbincang dengan Kriss."Ada apa?" Kriss langsung bertanya dengan sebelah alis yang dinaikkan.Bruce menatap Juan sekilas sebelum memusatkan pandangannya pada Kriss. "Saya akan membawa Maya segera," katanya mantap.Kriss dan Juan yang mendengarnya menampilkan ekspresi berbeda. Mereka menatap Bruce yang tampaknya tak masalah dengan pandangan mereka."Kenapa cepat sekali?" tanya Kriss yang masih belum rela jika Maya pergi. Padahal baru beberapa waktu mereka berkumpul, dan sekarang sudah ada yang harus pergi lagi."Ini demi kesehatan Maya juga. Dia membutuhkan tempat dan suasana baru untuk kesehatannya. Di sini dia selalu merasa tertekan dan itu tidak baik untuk kesehatan bayinya.""Tunggu! Apa yang kamu bicarak

  • Antara Dendam dan Cinta   Mari Bersama

    Dengan telaten, Bruce menguapi Maya. Bubur yang awalnya ditolak mentah kini sudah habis tanpa sisa. Lelaki itu tersenyum tipis, merasa bangga karena berhasil membujuk wanita itu. Setelah selesai, beberapa pelayan masuk dan mengambil piring kotor. Sementara Bruce membantu Maya minum."Sudah?" tanyanya dengan suara yang berusaha lembut. Meski Bruce merasa geli sendiri. Dia tidak terbiasa bersikap demikian, tapi demi Maya, dia akan belajar.Maya mengangguk pelan. Dia membetulkan posisi bersandarnya yang langsung dibantu oleh Bruce. Lelaki itu sangat sigap dan teliti pada hal kecil yang Maya butuhkan."Sudah nyaman, kan?""Iya."Setelah itu kepada hening. Maya hanya diam dengan tatapan lurus ke arah tembok. Suasana yang terlalu hening membuat keduanya mendengar deru napas masing-masing. Maya tidak berani menoleh saat merasakan tatapan intens dari sampingnya. D

  • Antara Dendam dan Cinta   Kegalauan Maya

    Dengan sekali dobrak, Bruce berhasil masuk. Dia langsung berlari ke dalam dan mencari keberadaan Maya. Ranjang dalam keadaan kosong, langkah kakinya makin terburu. Kali ini dia masuk ke dalam kamar mandi. Tanpa permisi membukanya dan menemukan Maya yang tergeletak di sana. Bruce melotot kaget.“Maya!” serunya dan segera berjongkok di dekat wanita itu. Wajah wanita itu pucat dengan penampilan yang basah kuyub. Entah berapa lama wanita itu berada dalam keadaan tersebut.Maya masih setengah sadar. Dia menatap Bruce dengan sayu dan tak bertenaga. “Bruce?” panggilnya dengn suara lirih.“Maya, kamu bisa mendengar saya?”Maya mengangguk lemah. Bruce segera membopong wanita itu keluar dari sana. Dia membawa Maya ke ranjang dan meletakkannya dengan hati-hati. Setelah itu dia mencari baju hangat untuk wanita itu dan memakaikannya tanppa malu. Beruntung Maya tidak melakukan pemberontakan. Mungkin karena tenaganya sudah sangat lema

  • Antara Dendam dan Cinta   Kecemasan Semua Orang

    Maya mengurung diri. Sejak pertengkarannya dengan Juan, wanita itu menolak orang yang ingin menjenguknya. Bahkan dengan sengaja mengunci pintu dan menutup semua akses masuk ke kamarnya. Makannya bahkan tidak teratur, Maya seakan tidak memikirkan kandungannya. Semua orang khawatir, tidak terkecuali Mulan dan Juan. Keduanya cemas dan merasa bersalah. “Jadi, bagaimana ini?” Mulan bergerak gelisah. Dia terus menatap ke arah kamar yang masih tertutup rapat. Juan segera merengkuh Mulan dan memeluknya dengan erat. “Jangan berdiri terus. Tidak baik pada baby kita,” tegurnya dan menggiring Mulan agar kembali duduk di sofa panjang bersama yang lain. Julian dan Joe pun hanya bisa diam tanpa tahu harus melakukan apa. Mereka sudah bergantian membujuk Maya, meminta wanita itu membuka pintu dan menyelesaikan masalah baik-baik. Namun bukannya menurut, Maya malah berteriak dan marah pada mereka. Empat orang di ruang tengah itu duduk dengan pikiran masing-masi

  • Antara Dendam dan Cinta   Nasehat Joe

    “Ada apa?” tanya Juan tak mau basa-basi.Kini mereka berada di ruang pribadi Joe. Ruangan yang berada di paling ujung dan tersendiri. Tempat yang biasanya digunakan hanya untuk sekadar berdiam dan menenangkan pikiran. Tidak banyak yang menginjakkan kaki di sini, karena sejak awal pun, Joe sudah memberi larangan keras.“Setelah kamu tahu semuanya, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Joe dengan tatapan lurus pada sang kakak. Dia mengamati bagaimana setiap eskpresi lelaki itu yang tampak bingung dan frutasi sendiri. Kurang lebihnya, dia tahu apa yang dirasakan lelaki di depannya ini.Juan menarik napas panjangnya sebelum menjawab. “Yang jelas aku harus bertanggung jawab pada Mulan. Karena bayi dalam kandungannya adalah milikku,” jawabnya tegas.“Lalu Maya?”Kali ini Juan membalas tatapan Joe dengan lebih rumit. Tentang Maya, jelas dia belum berpikir lebih.“Kamu tahu kan dia juga sedang menga

  • Antara Dendam dan Cinta   Wanita Sebenarnya

    Kali ini Juan bangun lebih dulu. Dia merasakan sebuah beban di dadanya. Sata dia menoleh, seulas senyum terbit di pagi ini melihat siapa yang tengah memeluknya dengan erat, tak lupa kepala yang bersandar di dadanya.Jika kemarin dia sempat kecolongan, saat ini dia sengaja terbangun lebih dulu. Sekadar memastikan bahwa wanita itu tidak pergi seperti sebelumnya. Masih di sisinya, masih berada dalam pelukannya. Juan tidak akan membiarkannya lepas meski hanya sedetik pun. Mengingat dari pengalaman, wanita-wanita di sekitarnya terlalu cerdik membuat bualan yang membuatnya bingung sendiri.Saat ini Juan sudah tidak lagi bimbang. Dia sudah mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya kemarin. Tentang perasaannya yang dipermainkan sedemikian rupa. Semalam adalah buktinya. Rasa wanita itu tidak pernah berubah. Masih sama, nikmat dan panas secara bersamaan.Juan merubah posisinya menjadi serong, agar makin leluasa menatap Mulan yang masih tertidur. Dia menyingkap anak rambu

  • Antara Dendam dan Cinta   I Got You, Again (21+)

    Mulan yang ingin masuk ke dalam kamar, terpaksa menghentikan langkahnya. Dia menatap Juan yang tiba-tiba berdiri di samping pintu tanpa disadarinya. Entah sejak kapan pria itu di sana. Mungkin Mulan terlalu asyik melamun sampai tak menyadari hal tersebut. “Bisa bicara?” Mendengar pertanyaan pria itu, Mulan mengangguk. Kembali melanjutkan langkah dan membuka pintu kamar. “Di dalam saja,” katanya, sekaligus mempersilahkan Juan masuk. Juan mengikuti Mulan ke dalam. Duduk di single sofa panjang yang membawa mereka dalam kebisuan. Belum ada yang angkat bicara. Juan masih mengamati seluruh ruangan, menghapal setiap sisi kamar wanita itu dalam kepalanya. Sedangkan Mulan memilih diam dan menunggu apa yang akan pria itu katakan. Jujur saja dia masih sedikit canggung berdua dengan Juan. Sisi jalangnya selalu meronta, apalagi dengan hormon sialan ini. Rasanya Mulan ingin mengulang kejadian terakhir mereka. Saling menyentuh, saling memuaskan. Buru-buru Mulan meng

DMCA.com Protection Status