Share

CEO Baru

Penulis: Jeon Juliet
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-18 05:28:24

Sejak pagi Zarea sibuk berkutat dengan dokumen-dokumen yang bertumpuk di atas meja. Karena sudah memasuki akhir bulan, seperti biasa pekerjaannya sama sekali tidak bisa diajak bercanda. Di tengah kesibukannya yang tidak ada celah istirahat, Zarea harus menghentikannya lantaran mendengar suara ketukan pintu ruangannya. Lia, sekretaris CEO memanggil untuk meeting.

"Bu Zarea, sudah ditunggu Pak Baskoro di ruang meeting."

Zarea menutup laptopnya dan bergegas menuju ruang meeting dengan berjalan cepat. Makhlum saja, dia perempuan penganut 'time is money'. Sedetik saja waktunya terbuang sia-sia, dia bisa kehilangan peluang emas.

Di ruangan meeting itu sudah penuh dengan jajaran-jajaran tinggi Retro yang duduk melingkari sebuah meja besar.

Pandangan pertama Zarea tertuju pada sosok laki-laki berusia dua puluh lima tahunan yang duduk di sebelah Pak Baskoro dengan memakai setelan jas abu-abu tua. Dia yakin laki-laki itulah yang akan menggantikan Pak Baskoro menjadi CEO Retro.

Wajahnya memang tampan, tapi terlihat angkuh. Sangat berbanding terbalik dengan Pak Baskoro yang selalu terlihat ramah.

"Perkenalkan, di sebelah saya adalah anak semata wayang saya, Edward Stevan. Dia baru saja menyelesaikan S2 di Melbourne dan akan menggantikan saya memimpin Retro mulai hari ini. Saya harap Edward bisa bekerja sama dengan kalian."

Begitulah cuplikan meeting yang disampaikan Pak Baskoro sebagai CEO Retro.

Seperti dugaan Zarea, laki-laki yang memakai setelan abu-abu tua itu adalah anak Pak Baskoro yang akan menjadi CEO baru di Retro. Dia berharap CEO barunya tidak menyebalkan.

Setelah meeting itu selesai, atensi Pak Baskoro tiba-tiba tertuju pada Zarea. Pria paruh baya itu menatapnya dengan ramah.

"Zarea," panggil Pak Baskoro ketika akan beranjak dari kursi.

"Iya, Pak?"

"Setelah ini kamu ke ruangan saya!"

"Baik, Pak," jawab Zarea dengan senyum ramahnya. 

Setelah Pak Baskoro dan putarnya berlalu dari ruang meeting, Tania tiba-tiba membisikkan sesuatu padanya. "Tuh, kan... apa gue bilang, anaknya Pak Baskoro pasti ganteng banget. Mana lulusan luar negeri lagi."

Dahi Zarea seketika berkerut. "Terus kalau ganteng emangnya kenapa?" 

"Ya nggak apa-apa sih. Kan jadi ada bahan buat cuci mata tiap hari."

"Ketahuan Rangga tahu rasa lo!" Zarea seraya bersiap untuk meninggalkan ruangan.

"Yang penting dia nggak tahu."

Capek mendengar celotehan Tania, Zarea memutar matanya dan beranjak dari kursi. "Bentar lagi juga tahu."

"Pokoknya kalau Rangga sampai tahu, berarti lo yang ngadu!"

Enggan menanggapi ocehan Tania lagi, Zarea bergegas keluar dari ruangan itu.

***

Di ruangan Baskoro, Zarea melihat ayah dan anak yang tengah berbincang dengan tegang. Namun, kehadirannya langsung memecah antusias Pak Baskoro . 

"Zarea. Karyawan andalan Retro. Silakan duduk!" Dengan ramahnya Baskoro mempersilakan Zarea untuk duduk bersebelahan dengan Edward.

Zarea sebenarnya sudah malas melihat wajah suram Edward. Namun, demi profesionalitas kerjanya, dia tersenyum ramah pada laki-laki itu meskipun dalam hati sebenarnya tak berhenti mengumpat.

"Ada perlu apa Pak Baskoro memanggil saya?" tanya Zarea dengan wajah yang dibuat seramah mungkin. 

Dia pikir dengan lengsernya Pak Baskoro sebagai CEO membuatnya terbebas dari pekerjaan di luar job desk. Tapi, ternyata pikirannya salah besar.

"Tidak ada apa-apa, Zarea... hanya saja saya ingin kamu lebih mengenal putra saya. Kamu sudah tahu, Edward menggantikan saya mulai hari ini. Saya harap kalian cepat mengakrabkan diri karena kamu yang paling tahu seluk beluk perusahaan mulai dari vendor sampai customer. Saya yakin Edward akan kesulitan menghandle semua masalah perusahaan tanpa kamu."

Harapan Zarea benar-benar meleset 180 derajat. Bukannya meringankan pekerjaannya, lengsernya Pak Baskoro justru menambah beban karena harus mengawal Edward mulai di nol. Sekali lagi, Zarea adalah karyawan teladan. Apa pun perintah atasan selalu 'siap laksanakan'. Dia pun tersenyum manis dan menganggukkan kepala. 

"Baik, Pak Baskoro. Saya akan berusaha sebaik mungkin membantu Pak Edward."

Edward sangat terlihat tidak tertarik dengan perbincangan antara Zarea dan ayahnya. Dia bersikap tak acuh dengan pandangan menatap arah jendela.

"Bagaimana kamu, Edward? Sudah siap dengan tugas-tugas perusahaan? Kamu harus banyak belajar dari Zarea. Meskipun dalam segi pendidikan kamu lebih unggul tapi secara pengalaman Zarea lebih matang," ucap Baskoro dengan sedikit nada meremehkan.

"Nggak ada yang perlu dikhawatirkan, Pa."

Baskoro justru terkekeh mendengar jawaban Edward. "Papa percaya kamu, Edward... hanya saja Papa yakin kamu akan kesulitan mengimbangi kerja Zarea yang cekatan."

Zarea tersenyum canggung ketika Baskoro mengadu kemampuannya dengan Edward. Itu sangat berlebihan. Ditambah lagi mengatakannya di depan putranya sendiri.

Sedangkan Edward menarik sebelah ujung bibirnya."Papa lihat saja hasilnya nanti."

Baskoro tetap percaya pada Edward. Tapi, Atensinya tetap tak pernah lepas dari Zarea. "Oh iya, bagaimana menurut kamu, Zarea? Apakah Edward tampan?"

Pertanyaan macam apa itu? Zarea bingung harus menjawab apa. Tiba-tiba saja Baskoro mengubah arah pembicaraan.

"Tentu saja yang namanya laki-laki pasti tampan, Pak."

Baskoro sudah bisa menebak jawaban Zarea. Gadis itu selalu mencari aman. "Bagaimana tawaran untuk menjadi menantu saya? Bisa kamu pertimbangkan?"

Zarea dan Edward sama-sama terbatuk mendengar ucapan Baskoro. Semakin canggunglah Zarea di depan bos barunya itu. Tapi, lagi-lagi Zarea hanya tertawa menutupi rasa canggungnya.

"Ah, Pak Baskoro jangan begitu. Pak Edward pasti punya selera yang lebih tinggi dari saya."

"Level kamu sudah terlalu tinggi, Zarea... Laki-laki bodoh yang tidak bisa melihat itu. Kamu cantik, bertalenta, pekerja keras dan yang paling penting dewasa."

Zarea semakin bingung dengan pujian yang dilontarkan Pak Baskoro. "Maaf, Pak Baskoro. Saya rasa Bapak berlebihan memuji saya."

"No no no no! itu bukan pujian, Zarea... Tapi, memang faktanya seperti itu. Kalau saja kamu menolak tawaran saya untuk menjadi general manager waktu itu, Retro belum tentu berkembang sepesat ini. Bahkan sekarang, tanpa saya harus bekerja keras semua sudah beres di tanganmu."

Bibir Zarea tersenyum manis. "Retro besar bukan hanya karena saya, Pak Baskoro... tapi, kerja sama teman-teman semua divisi yang turut andil besar. Dan yang paling berpengaruh adalah kepemimpinan Pak Baskoro."

Pak Baskoro justru tertawa nyaring. "Kamu selalu konsisten dengan jawabanmu, Zarea." 

Edward semakin tidak nyaman mendengar pembicaraan antara ayahnya dan Zarea. Pikirannya sudah menganalisa kalau Zarea tipe karyawan penjilat yang bekerja mengandalkan keramahannya hingga membuat orang lain bersimpati.

Pembicaraan mereka akhirnya terpotong oleh dering ponsel Pak Baskoro. "Sebentar, Zarea. Saya angkat telepon dari istri saya dulu."

“Hallo.. ada apa, Ma?

“Oh, iya, Papa segera pulang.”

Setelah Baskoro menutup telepon, atensinya kembali pada Zarea. “Maaf Zarea, saya tidak bisa berbincang-bincang lama denganmu. Istri saya meminta saya yang mengantar check-up hari ini.”

Dalam hati Zarea bernapas lega akhirnya basa-basinya dengan Pak Baskoro selesai. “Iya Pak Baskoro. Bisa kita lanjutkan lain waktu. Kebetulan saya juga ingin melanjutkan pekerjaan saya.”

“Oh iya, maafkan saya sudah menyita waktumu. Pasti pekerjaanmu sudah menumpuk ya. Saya selalu betah kalau ngobrol denganmu, makanya saya ingin sekali punya menantu sepertimu.”

“Uhuk uhuk.” Marvel tersedak mendengar ucapan dari Bramantio.

Zarea tidak bereaksi apa-apa. Dia hanya tersenyum ramah menjawabnya. Memang kata-kata itu sudah menjadi makanannya sehari-hari. "Kalau begitu saya permisi dulu, Pak."

“Iya, selamat bekerja Zarea.”

Setelah Zarea meninggalkan ruangan itu, Edward yang dari tadi dam mulai mengeluarkan suara. “Jangan-jangan Papa sendiri yang ingin menjadikan perempuan itu istri Papa?” tanyanya dengan nada dingin.

Pak Baskoro menggeleng-gelengkan kepalanya. "Edward... Edward.... Lihat saja kalau kamu sudah mengenalnya, jangankan ketus, jauh-jauh dari dia saja pasti tidak bisa."

Edward masih tak habis pikir dengan ucapan ayahnya. “Apa yang membuat Papa seyakin itu dengan perempuan penjilat sepertinya?"

Baskoro terkekeh dengan pertanyaan Edward. “Zarea itu gadis yang luar biasa. Bahkan, pacar-pacarmu dari luar negeri itu tidak ada yang bisa mengalahkan kehebatannya.” Pujian tentang Zarea semakin tinggi karena Baskoro sudah benar-benar percaya pada gadis itu.

“Terserah Papa aja.” Edward terpaksa mengalah dengan ayahnya meskipun tetap belum bisa mempercayai Zarea.

To be continue....

Bab terkait

  • Antara Bos dan Calon Suami   Hari Pertama

    Yang paling disukai Zarea dari pekerjaannya adalah jam pulang. Dengan semangat wanita karir itu membereskan dokumen-dokumenya di atas meja dan bergegas keluar ruangan seraya menenteng tas jinjingnya yang berwarna hitam. Kaki jenjangnya yang berbalut sepatu high heels itu melangkah memasuki lift, lantas mengetuk-ngetuk lantai menunggu pintu lift terbuka di lantai dasar.Wajah semangatnya perlahan memudar ketika berpapasan dengan Edward di lobi kantor. Wajah datar pria itu terkesan angkuh hingga membuat Zarea ragu untuk menyapa. Tapi, karena sudah kebiasaannya selalu bersikap ramah pada semua orang, Zarea mengenyahkan segala pemikiran buruk tentang atasannya itu.“Sore, Pak Edward,” Senyum manis Zarea ketika menyapa Edward tak mendapat respon dengan baik.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-14
  • Antara Bos dan Calon Suami   Hubungan Jarah Jauh

    Pagi-pagi sekali bel rumah Zarea sudah berbunyi. Sementara itu, dua pemilik rumahnya tengah menikmati sarapan pagi mereka. Zarea seketika menghentikan gerakan tangannya dan menatap Aslan dengan tajam."Tuh, bukain!"Tentu saja permintaan Zarea membuat Aslan memutar mata."Ogah! Buka aja sendiri. Lagian siapa suruh pagi-pagi ke rumah orang."Menyuruh Aslan hanya membuat Zarea menghela napas jenuh dan terpaksa angkat kaki dari meja makan. "Ck, emang susah nyuruh bocil!"Aslan tak peduli dengan sindiran Zarea dan tetap menikmati makan paginya dengan santai."Pagi, Sayang...."

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-14
  • Antara Bos dan Calon Suami   Tidak Seburuk Itu

    Seperti biasa Zarea berkutat dengan dokumennya setiap jam kantor dimulai hingga selesai. Namun, seketika suara telepon membuatnya berhenti sejenak."Zarea, ke ruangan saya sekarang!" Dari suaranya Zarea cukup hafal. Itu suara Edward yang berucap dengan dingin."Baik, Pak," jawab Zarea semanis mungkin untuk berpura-pura baik di depan bos barunya. Dan yang lebih menyebalkan lagi, Edward menutup teleponnya tiba-tiba membuat Zarena menahan geramannya. Untung saja bos.***Di dalam ruangan Edward, Zarea duduk berhadapan dengan bos barunya yang sedang serius membaca dokumen di tangannya. Tiba-tiba saja menyunggingkan senyum tipis."Ternyata benar kata P

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • Antara Bos dan Calon Suami   Diantar Pulang

    Setelah menghubungi dokter perusahaan, Edward melihat Zarea yang masih mengaduh kesakitan. Penasaran sekali, hanya terkilir saja terlihat sesakit itu. Pria itu mencoba memegang kaki Zarea dan membuat empunya spontan memekik. "Aw!" teriak Zarea seraya menangkis tangan Edward."Oh maaf. Sakit ya?" tanya Edward dengan wajah polos. Hanya melihat bengkak di kaki Zarea saja seharusnya Edward tahu kalau itu sangat sakit."Sepertinya saya nggak perlu menjawab, Pak Edward sudah tahu jawabnnya. Ya Sakit lah, Pak!" bentak Zarea dengan nada sedikit kesal. Sudah tahu sakit, pakai di tanya.Keberanian Zarea membuat Edward terbelalak. Berani-beraninya general manager membentk CEO. "Ehem!" Tidak mau terlihat kalah darI Zarea, Edward berdeham untuk menunjukkan wibawanya kembali.Zarea peka dengan kode yang di tunjukkan E

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • Antara Bos dan Calon Suami   Prolog

    Malam itu hujan turun sangat deras seiring air mata Zarea yang berjatuhan membasahi pipi. Dia menangis di bawah guyuran hujan bersama Regan yang berlutut di hadapannya.“Zarea, aku mohon. Jangan ambil keputusan sepihak seperti ini. Hubungan kita tinggal selangkah lagi, Za… aku nggak mau berakhir sia-sia.”Zarea menghapus air mata yang bercampur hujan di wajahnya. Pandangannya samar-samar menatap laki-laki di hadapannya itu.“Maaf, Regan… aku nggak bisa. Wasiat orang tuaku lebih penting dari apa pun.”Suara yang terhalau petir itu masih jelas terdengar di telinga Regan. “Kita cari jalan keluarnya sama-sama, Za… aku yakin dalam hati kecil kamu masih ingin kita bersama, kan? Ayo, Za… kita cari solusi. Bukan memutuskan untuk berpisah!”“Sekali lagi maaf, Re… Aku udah nggak cinta sama kamu. Selama ini kamu juga terganggu dengan pekerjaanku yang nggak bisa luangin waktu buat kam

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Antara Bos dan Calon Suami   Meja Kerja dan Meja Makan

    Jarum jam menunjukkan tepat pada angka delapan malam. Di sebuah ruangan penuh dengan manusia berpakaian formal, tak sedikit yang berjas dan berdasi duduk mengelilingi sebuah meja yang besar. Seorang wanita berambut hitam kecokelatan sepunggung dengan memakai dress putih dan berbalut blazer hitam yang juga mengalungkan tanda nama Zarea Amarta berkali-kali melirik jam yang melingkar di tangan kanannya. Kakinya tak berhenti mengetuk-ngetuk lantai bersamaan dengan jari-jemari yang juga menari di atas meja. Terlihat sangat gelisah menunggu acara di dalam ruangan itu selesai. "Cukup sekian meeting malam hari ini. Bisa pulang ke rumah masing-masing dan hati-hati di jalan. Selamat malam," ucap seorang pria paruh baya yang memimpin jalannya rapat itu. Pria itu merupakan CEO sebuah perusahaan besar di mana Zarea bekerja. Zarea, wanita berusia dua puluh empat tahun yang dipercaya menjabat sebagai general manager di perusahaan Retro. Bukan dengan mudah wanita itu mendapatkan posisinya. Semenjak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Antara Bos dan Calon Suami   Kejar Target

    Regan memarkirkan mobilnya di depan rumah Zarea dan membukakan pintu untuk tunangannya itu ala putri kerajaan. "Silakan, Tuan Putri Zarea Amarta," ucap Regan seraya mengulurkan tangan pada ZareaDengan senang hati Zarea menerima uluran tangan Rega dan turun dari mobil dengan hati-hati. "Terima kasih, Regan," jawabnya sambil tersenyum manis.Regan mengacungkan ibu jarinya. "Sip, jangan tidur malam-malam!""Kamu juga hati-hati di jalan. Sampai rumah langsung tidur juga! Jangan main game apa lagi ngechat-ngechat cewek lain!" ancam Zarea dengan picingan matanya."Cemburuan banget? Nggak dong, Sayang... aku nggak bakal ngechat cewek lain. Tapi, kalau di-chat dulu ya aku bales." Regan terkikik dengan ucapannya sendiri membuat Zarea langsung memelotot. "Serem banget mukanya? Bercanda doang kali. Nggak mungkin aku macem-macem kalau pawangnya aja kayak gini."Regan menggoda Zarea dengan mencolek dagunya. Namun, perempuan itu justru menahan senyumannya dan m

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07

Bab terbaru

  • Antara Bos dan Calon Suami   Diantar Pulang

    Setelah menghubungi dokter perusahaan, Edward melihat Zarea yang masih mengaduh kesakitan. Penasaran sekali, hanya terkilir saja terlihat sesakit itu. Pria itu mencoba memegang kaki Zarea dan membuat empunya spontan memekik. "Aw!" teriak Zarea seraya menangkis tangan Edward."Oh maaf. Sakit ya?" tanya Edward dengan wajah polos. Hanya melihat bengkak di kaki Zarea saja seharusnya Edward tahu kalau itu sangat sakit."Sepertinya saya nggak perlu menjawab, Pak Edward sudah tahu jawabnnya. Ya Sakit lah, Pak!" bentak Zarea dengan nada sedikit kesal. Sudah tahu sakit, pakai di tanya.Keberanian Zarea membuat Edward terbelalak. Berani-beraninya general manager membentk CEO. "Ehem!" Tidak mau terlihat kalah darI Zarea, Edward berdeham untuk menunjukkan wibawanya kembali.Zarea peka dengan kode yang di tunjukkan E

  • Antara Bos dan Calon Suami   Tidak Seburuk Itu

    Seperti biasa Zarea berkutat dengan dokumennya setiap jam kantor dimulai hingga selesai. Namun, seketika suara telepon membuatnya berhenti sejenak."Zarea, ke ruangan saya sekarang!" Dari suaranya Zarea cukup hafal. Itu suara Edward yang berucap dengan dingin."Baik, Pak," jawab Zarea semanis mungkin untuk berpura-pura baik di depan bos barunya. Dan yang lebih menyebalkan lagi, Edward menutup teleponnya tiba-tiba membuat Zarena menahan geramannya. Untung saja bos.***Di dalam ruangan Edward, Zarea duduk berhadapan dengan bos barunya yang sedang serius membaca dokumen di tangannya. Tiba-tiba saja menyunggingkan senyum tipis."Ternyata benar kata P

  • Antara Bos dan Calon Suami   Hubungan Jarah Jauh

    Pagi-pagi sekali bel rumah Zarea sudah berbunyi. Sementara itu, dua pemilik rumahnya tengah menikmati sarapan pagi mereka. Zarea seketika menghentikan gerakan tangannya dan menatap Aslan dengan tajam."Tuh, bukain!"Tentu saja permintaan Zarea membuat Aslan memutar mata."Ogah! Buka aja sendiri. Lagian siapa suruh pagi-pagi ke rumah orang."Menyuruh Aslan hanya membuat Zarea menghela napas jenuh dan terpaksa angkat kaki dari meja makan. "Ck, emang susah nyuruh bocil!"Aslan tak peduli dengan sindiran Zarea dan tetap menikmati makan paginya dengan santai."Pagi, Sayang...."

  • Antara Bos dan Calon Suami   Hari Pertama

    Yang paling disukai Zarea dari pekerjaannya adalah jam pulang. Dengan semangat wanita karir itu membereskan dokumen-dokumenya di atas meja dan bergegas keluar ruangan seraya menenteng tas jinjingnya yang berwarna hitam. Kaki jenjangnya yang berbalut sepatu high heels itu melangkah memasuki lift, lantas mengetuk-ngetuk lantai menunggu pintu lift terbuka di lantai dasar.Wajah semangatnya perlahan memudar ketika berpapasan dengan Edward di lobi kantor. Wajah datar pria itu terkesan angkuh hingga membuat Zarea ragu untuk menyapa. Tapi, karena sudah kebiasaannya selalu bersikap ramah pada semua orang, Zarea mengenyahkan segala pemikiran buruk tentang atasannya itu.“Sore, Pak Edward,” Senyum manis Zarea ketika menyapa Edward tak mendapat respon dengan baik.

  • Antara Bos dan Calon Suami   CEO Baru

    Sejak pagi Zarea sibuk berkutat dengan dokumen-dokumen yang bertumpuk di atas meja. Karena sudah memasuki akhir bulan, seperti biasa pekerjaannya sama sekali tidak bisa diajak bercanda. Di tengah kesibukannya yang tidak ada celah istirahat, Zarea harus menghentikannya lantaran mendengar suara ketukan pintu ruangannya. Lia, sekretaris CEO memanggil untuk meeting."Bu Zarea, sudah ditunggu Pak Baskoro di ruang meeting."Zarea menutup laptopnya dan bergegas menuju ruang meeting dengan berjalan cepat. Makhlum saja, dia perempuan penganut 'time is money'. Sedetik saja waktunya terbuang sia-sia, dia bisa kehilangan peluang emas.Di ruangan meeting itu sudah penuh dengan jajaran-jajaran tinggi Retro yang duduk melingkari sebuah meja besar.Pandangan pertama Zarea tertuju pada sosok laki-laki berusia dua puluh lima tahunan yang duduk di sebelah Pak Baskoro dengan memakai setelan jas abu-abu tua. Dia yakin laki-laki itulah yang akan menggantikan Pak Basko

  • Antara Bos dan Calon Suami   Kejar Target

    Regan memarkirkan mobilnya di depan rumah Zarea dan membukakan pintu untuk tunangannya itu ala putri kerajaan. "Silakan, Tuan Putri Zarea Amarta," ucap Regan seraya mengulurkan tangan pada ZareaDengan senang hati Zarea menerima uluran tangan Rega dan turun dari mobil dengan hati-hati. "Terima kasih, Regan," jawabnya sambil tersenyum manis.Regan mengacungkan ibu jarinya. "Sip, jangan tidur malam-malam!""Kamu juga hati-hati di jalan. Sampai rumah langsung tidur juga! Jangan main game apa lagi ngechat-ngechat cewek lain!" ancam Zarea dengan picingan matanya."Cemburuan banget? Nggak dong, Sayang... aku nggak bakal ngechat cewek lain. Tapi, kalau di-chat dulu ya aku bales." Regan terkikik dengan ucapannya sendiri membuat Zarea langsung memelotot. "Serem banget mukanya? Bercanda doang kali. Nggak mungkin aku macem-macem kalau pawangnya aja kayak gini."Regan menggoda Zarea dengan mencolek dagunya. Namun, perempuan itu justru menahan senyumannya dan m

  • Antara Bos dan Calon Suami   Meja Kerja dan Meja Makan

    Jarum jam menunjukkan tepat pada angka delapan malam. Di sebuah ruangan penuh dengan manusia berpakaian formal, tak sedikit yang berjas dan berdasi duduk mengelilingi sebuah meja yang besar. Seorang wanita berambut hitam kecokelatan sepunggung dengan memakai dress putih dan berbalut blazer hitam yang juga mengalungkan tanda nama Zarea Amarta berkali-kali melirik jam yang melingkar di tangan kanannya. Kakinya tak berhenti mengetuk-ngetuk lantai bersamaan dengan jari-jemari yang juga menari di atas meja. Terlihat sangat gelisah menunggu acara di dalam ruangan itu selesai. "Cukup sekian meeting malam hari ini. Bisa pulang ke rumah masing-masing dan hati-hati di jalan. Selamat malam," ucap seorang pria paruh baya yang memimpin jalannya rapat itu. Pria itu merupakan CEO sebuah perusahaan besar di mana Zarea bekerja. Zarea, wanita berusia dua puluh empat tahun yang dipercaya menjabat sebagai general manager di perusahaan Retro. Bukan dengan mudah wanita itu mendapatkan posisinya. Semenjak

  • Antara Bos dan Calon Suami   Prolog

    Malam itu hujan turun sangat deras seiring air mata Zarea yang berjatuhan membasahi pipi. Dia menangis di bawah guyuran hujan bersama Regan yang berlutut di hadapannya.“Zarea, aku mohon. Jangan ambil keputusan sepihak seperti ini. Hubungan kita tinggal selangkah lagi, Za… aku nggak mau berakhir sia-sia.”Zarea menghapus air mata yang bercampur hujan di wajahnya. Pandangannya samar-samar menatap laki-laki di hadapannya itu.“Maaf, Regan… aku nggak bisa. Wasiat orang tuaku lebih penting dari apa pun.”Suara yang terhalau petir itu masih jelas terdengar di telinga Regan. “Kita cari jalan keluarnya sama-sama, Za… aku yakin dalam hati kecil kamu masih ingin kita bersama, kan? Ayo, Za… kita cari solusi. Bukan memutuskan untuk berpisah!”“Sekali lagi maaf, Re… Aku udah nggak cinta sama kamu. Selama ini kamu juga terganggu dengan pekerjaanku yang nggak bisa luangin waktu buat kam

DMCA.com Protection Status