Share

bab 2

"Lady Adella."

Adella mengerutkan kening melihat seorang perempuan menghadang jalannya, dari segi fisik perempuan itu sepertinya protagonis perempuan dari Novel ini.

Perempuan itu tersenyum. Namun, apa yang Adella lihat? Senyum itu tidak selembut yang dideskripsikan, senyum itu terlihat menakutkan layaknya seringaian.

"Lama tidak berjumpa, Lady Adella," suara perempuan itu bahkan terdengar mengejek.

Mengapa menjadi seperti ini? Benarkah perempuan didepannya seorang protagonis yang lemah lembut? Tidak, mungkin ia salah orang.

"Bagaimana kejutan ku kemarin? Kau bahkan sampai hampir mati. Hah, jika saja kakakmu itu tidak membantumu, mungkin kau sudah mati, Lady Adella."

Ah, benar ternyata perempuan itu Roseana frolla. Ia tidak lagi terkejut, kedatangannya dinovel bahkan lebih mengejutkan dari fakta jahatnya Rose. Walau terkejut sekalipun Adella bisa dengan cepat mengubah ekspresi wajah nya.

Adella menghiraukan ucapan Rose, ia berjalan melewati perempuan rubah itu.

Ia berhenti kembali saat tangannya ditarik oleh Rose.

Ia berbalik menatap Rose kesal

"Ingatlah batasan mu, Lady Roseana Frolla. Aku tidak segan segan melaporkan kelakuan tak sopan mu ini," Adella mendesis marah, ia paling sensitif jika dipegang tanpa seizinnya.

Rose menghempaskan tangan Adella dengan raut wajah takut. Matanya melirik kebelakang tubuh Adella.

"Aku... Aku minta maaf, Lady Adella. Putra mahkota sendiri yang memilihku," cicitnya menunduk.

Playing Victim, Adella sangat tahu apa yang Rose lakukan. Haish, seharusnya Adella tidak ikut Ayahnya ke istana utama jika harus seperti ini.

"LADY ADELLA!"

Adella dipaksa berbalik, lelaki berambut perak menatap marah padanya. Julian Iglesias, sudah pasti lelaki itu adalah Julian. Protagonis lelaki.

"Sudah ku katakan jangan lagi mengusik Lady Rose! Tidakkah kau mendengarkan perkataan ku!?"

Adella menghela napas, haruskah ia berpura pura pingsan agar selesai dengan cepat? Ya! Ia harus...

Tapi kenapa kepalanya malah benar benar pusing? Adella meremas pucuk rambutnya pelan. Mengapa jadi seperti ini? Ia harusnya hanya berpura pura bukan nyata.

"Ada apa ini?"

Adella berpandangan dengan Yuand sebentar.

"Lady Adella berbuat ulah," beri tahu Julian.

Yuand menatap tajam Adella yang sedang menunduk, "Kau tak pernah berubah, Adella," katanya.

Adella menutup mata, kilasan lady Rose yang menganggu Adella terputar diotaknya.

"Cepatlah minta maaf."

Tubuh Adella ditarik paksa oleh Yuand agar mendekat. Napas Adella mulai memburu, menyakitkan. Adella benar benar tidak kuat.

"Minta ma..."

"Kak," suara lemah Adella memotong ucapan Yuand. Perempuan itu mendongak bersamaan dengan darah yang keluar dari hidungnya.

"Sakit, Lady Rose... Membenturkan ku ke tembok, ini menyakitkan," Adella terkekeh didalam hati, di situasi kesakitan pun ia bisa memanfaatkannya.

Napasnya mulai tak teratur, ia menggenggam erat kedua tangan Yuand yang menopang tubuhnya.

"Adella..."

"Ah, ini sungguh menyakitkan!" Ujarnya sebelum benar benar pingsan.

Yuand menatap Rose sebelum membawa Adella digendongannya ke tabib kerajaan.

"Aku... Tidak. Sungguh aku tidak melakukan itu," Rose menangis kecil. Sial! Perempuan itu berani membalasnya.

...

Mata cantik perempuan berambut kuning keemasan itu akhirnya terbuka. Nama tubuhnya Adella, diisi oleh jiwa Kanaya Tabitha.

Ia memperhatikan tangan yang digenggam seorang lelaki yang menyandang gelar kakak pertamanya. Adella mengerutkan keningnya, bukankah Adella tadi bersama Yuand?

Adella berdehem saat melihat tatapan kosong Vincent yang tak menyadari kesadarannya, "Kak..."

Vincent mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya fokus pada Adella.

"Dimana ayah?" Pertanyaan Adella membuatnya sedikit kesal, mengapa yang paling pertama Adella sebut adalah ayah mereka? Mengapa tidak dirinya saja?

"Kak..."

"Eum, itu... Ayah sedang berdiskusi dengan raja."

Adella melihat sekeliling, ternyata masih di istana utama. Haish, Adella benar benar membenci tempat ini. Alasannya simpel, ia benci segala sesuatu tentang Rose. Apa lagi setelah tahu keburukan Rose didalam ingatan Adella, perempuan itu protagonis lemah yang ternyata mempunyai banyak pisau tajam untuk menyerangnya.

Adella duduk bersandar, ia menghela napas sedikit kesal. Kehidupan Adella lebih rumit dari bayangannya.

"Lady Rose diintrogasi oleh Yuand dan putra mahkota. Ayah dan raja kini berdiskusi apa hukuman yang pantas untuk Lady Rose yang telah melukaimu, seorang putri Duke. Sidang akan berlanjut beberapa waktu lagi dengan tempat tertutup, ayah yang menginginkan sidangnya tertutup,"  tambah Vincent.

Adella tertawa dalam hati, rasakan senjata playing Victim yang sesungguhnya Roseana Frolla.

"Tapi," Vincent memberi jeda seakan kurang pasti akan mengucapkan hal selanjutnya, "Eum, kau... yakin jika Lady Rose yang membuatmu seperti ini?"

Adella menatap sinis Vincent, jangan sampai rencananya gagal karena lelaki didepannya ini.

Ia terkekeh sangat pelan, rasakan senjata selanjutnya wahai Vincent.

Adella menunduk lesu, "Kau tidak pernah mempercayaiku ka Vincent. Kau terlalu sibuk sampai kau tak tahu bagaimana melelahkan nya menjadi aku," kata Adella, "Keluar, aku tidak pernah membutuhkan seorang kakak egois seperti dirimu yang lebih mempercayai perempuan lain dibanding adiknya sendiri."

Vincent mengerjap, bukan seperti ini yang ia inginkan. Vincent hanya ragu jika Rose lah yang melukai Adella, karena sedari dulu yang sering berusaha melukai nyatanya adalah Adella pada Rose, bukan Rose pada Adella. Ia ingat bagaimana buruknya perlakuan Adella yang membenarkan segala cara agar putra mahkota meliriknya terutama mencelakai Rose karena mendapat cinta putra mahkota.

Decakan terdengar, Adella beranjak dari kasur lalu berkata, "Aku lupa kau tak pernah menganggap ku sebagai adikmu," Adella meninggalkan Vincent yang tampak mematung diruang bernuansa putih gading itu.

"Huh, lebih baik aku yang keluar dari ruangan pengap itu," gumam Adella, ia berjalan tanpa arah sesekali helaan dan decakan ia keluarkan, harus kemana ia kali ini? Ia bahkan tidak tahu arah karena istana utama sangat amat besar.

Saat Adella berada disamping ruangan yang dijaga ruangan itu dibuka oleh prajurit, Adella tentu berdiam diri melihat siapa yang keluar dari ruang ber-penjaga itu.

"Ayah."

Adella beranjak mendekat saat tahu siapa yang keluar dari ruangan itu, ia lalu menatap intens lelaki di samping Ellington. Siapa lelaki paruh baya itu? Adella mengingat ingat isi novel kembali. Sepertinya ia tidak bisa mengingat ciri fisik mana yang sama seperti lelaki didepannya.

"Siapa dia, ayah?"

Bola mata Ellington membulat berbeda dengan lelaki disampingnya yang malah menatap Adella aneh.

"Sepertinya ingatan lady Adella pun sedikit terganggu," lelaki itu berkata pelan.

Ellington mencoba bersikap biasa saja, ia balas menatap datar lelaki yang kini malah memperhatikannya, "Dia Raja Iglesias, putriku," beri tahunya.

Adella terkejut lalu dengan cepat membungkukkan tubuhnya sebentar, "Hormat kepada Raja Iglesias, semoga tuhan memberkatimu," kata Adella anggun.

Perempuan itu meringis dengan kebodohannya yang tak tahu orang  didepannya adalah Raja.

"Sepertinya anda sudah membaik, Lady Adella." Raja Iglesias memperhatikan sekujur tubuh Adella yang terlihat baik.

Adella tersenyum, "Ya, saya merasa lebih baik sekarang. Mungkin hanya sedikit sakit kepala saja," kata Adella.

"Seharusnya kamu istirahat, ayah takut kesehatan kamu menurun kembali."

"Tidak apa ayah, aku hanya merasa sedikit terguncang saja beberapa hari ini." Adella berjalan anggun kesamping Duke Erland. "Entah kenapa aku tidak ingin menjauh dari ayah," bisiknya.

Duke Erland terkekeh, "Kalau begitu ikutlah dengan ayah ke persidangan Lady Rose, beritahu keluhan yang kamu rasakan terhadap Lady Rose," katanya.

Raja berdecak, sebegitu bodohnya lah bangsawan bergelar Duke sekaligus sahabatnya itu. Duke terlalu memanjakan dan menyayangi putri satu-satunya hingga menutup mata akan kejahatan putrinya.

Raja berjalan paling depan disusul sepasang putri dan ayah itu keruang sidang yang tentunya sudah ada Rose dan putra mahkota sekaligus kedua putra keluarga Erland yang lain.

"Langsung saja. Lady Rose, ada yang ingin Anda sampaikan?" Raja bertanya saat sudah duduk di singgasana nya.

"Aku hanya mencoba melindungi diri saja dari Lady Adella, dia berkata akan membunuhku jika aku masih mendekati putra mahkota," air mata Rose mengalir deras, baginya begitu mudah mengeluarkan air mata buaya setiap merasa terpojokkan. Hanya saja kali ini Rose tidak percaya Adella bisa membalas prilakunya tanpa terbawa emosi seperti beberapa biasa.

"Benar begitu lady Adella?" Tanya Raja memastikan, sudut pandang Adella diperlukan juga disidang kali ini.

Adella ikut menunduk, harus apa ia sekarang? Rose benar benar niat mengusiknya. Ia menatap sendu Rose, ia harus berhasil memancing kepedulian semua orang kali ini.

"Bukankah aku berkata akan menjauhi putra mahkota agar kau puas? Rasanya melelahkan hingga aku muak melihat wajahmu, kau selalu membuatku naik pitam saat mendengar ucapan mu yang terasa seperti mengejek diriku, aku hanya marah padamu dan kamu mendorongku, Lady Rose. Jangan menuduhku berkata akan membunuhmu seperti tadi, karena sejahat jahatnya diriku pembunuhan bukan cara yang tepat untuk merebut putra mahkota."

Adella kini menatap putra mahkota, "Lagi pula aku sudah tidak berniat mengejar putra mahkota yang bahkan tak pernah melirik perjuangan ku," tambahnya.

Adella terkekeh pelan, "Sekarang aku memaafkan mu seperti sebagaimana seringnya kau memaafkan diriku. Aku hanya ingin berdamai. Sifat ku dulu yang selalu mengejar putra mahkota membuat aku terlihat menjijikkan, aku hanya ingin memperbaikinya. Mohon kerja sama dan bantuan mu, Lady Rose." Adella tersenyum manis, akhirnya ia bisa menjauh dari kedua protagonis gila ini!

"Cara apa lagi yang kau buat untuk mendapat perhatianku, lady Adella?"

Adella menatap sinis putra mahkota dilanjut senyuman menyedihkannya, "Bukankah itu yang putra mahkota inginkan? Aku sudah benar benar lelah mengejar anda, setidaknya dengan ini kau dan lady Rose tidak lagi terganggu oleh tingkah lakuku," ujar Adella menyelesaikan perdebatan.

Lalu... Kau pikir aku akan melepaskan kalian setelah ingatan Adella memberi tahuku bagaimana perkataan dan perlakuan jahat kalian pada Adella? Kalian tidak termaafkan, termasuk kakak bajingan tersayang ku.

...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status