Share

Bab 6

Mata indahnya mulai terbuka perlahan. Orang yang pertama kali perempuan cantik itu lihat saat tersadar adalah Duke Ellington Erland yang menatap khawatir dengan menggenggam tangannya erat, dapat ia lihat mata panda sang ayah yang sangat sayu, ia bertanya tanya kapan lelaki itu bisa bahagia jika setiap saat matanya saja menampilkan kesuraman?

Rasanya Adella benar benar mendapatkan semangat hidup kembali dengan tujuan membahagiakan lelaki itu.

Ayah.

Untuk kedua kalinya Adella merasa kata itulah yang menjadi penyemangat nya.

Apa jadinya aku tanpa ayah? Harus apa aku jika ayah saja meninggalkan ku?

Batinnya selalu bersuara jikalau mengingat kematian sang ayah, apakah Duke Erland juga akan meninggalkannya? Mengingat paragraf kematian tragis Duke karena depresi berat membuat Adella takut.

Ia bertekad akan tetap hidup, membuat Duke Erland bahagia, lalu hidup bergelimang harta tanpa bekerja.

Adella tersenyum manis, senyum tulus yang dulunya di sia siakan para penghianat. Perempuan itu mengusap tangan digenggamannya.

Duke Erland.

Bolehkah ia bahagia dengan lelaki itu setelah menggantikan putri aslinya?

"Adella sayang ayah." Adella memeluk tubuh ayahnya erat. Ia seakan mendapat banyak kekuatan hingga tak lagi merasa sakit saat bergerak tiba tiba.

Terdengar isakkan kecil, Adella mengusap punggung Duke pelan. Jika seperti ini Adella yakin ayahnya akan berbaring sakit menggantikannya.

Ia kembali berbaring membawa Duke ikut serta, tangannya tetap mengelus punggung Duke Erland berusaha menenangkannya.

Adella ingin Duke beristirahat, ia yakin lelaki itu selalu menjaganya tanpa memperhatikan keadaan dirinya sendiri.

"Maaf."

Kata itu lagi lagi digumamkan Duke, ia jadi merasa kasihan pada Duke yang memang seharusnya tak merasa bersalah padanya.

Tak tahukah Duke, Adella benar benar tidak ingin melihat kerapuhannya.

...

Dalam ruangan bernuansa abu tua, keluarga Erland minus Adella sedang berkumpul. Mendiskusikan masalah kerajaan beberapa hari lalu.

"Banyak bangsawan yang tewas karena serangan yang sama dari para penyihir hitam yang memberontak hari lalu." Vincent memberitahu lebih awal pada ayahnya.

Tepat tiga hari kejadian kereta kuda yang diberhentikan. Ayahnya tidak lagi mempersalahkan hal lain selain menunggu sadarnya Adella. Jadi Vincent berinisiatif memberitahu pada sang ayah kejadian aneh tersebut.

"Pemberontakan terjadi bersamaan."

Duke menatap Vincent serius, "Dikendalikan?"

"Entah."

"Anehnya semua penyihir hitam hilang diwaktu yang sama pula, setelah Adella berperilaku aneh," tambah Yuand.

Vincent menggeleng, "Sepertinya Adella tidak ada sangkut pautnya kali ini," katanya, "Tabib memberitahu mana dalam tubuh Adella belum bangkit sepenuhnya, kekuatannya belum keluar sama sekali."

"Hm, hanya efek mana yang berantakan. Dilihat dari kekuatannya sepertinya Adella memiliki elemen api mewariskan ayah, bukan?"

Duke Erland tersenyum lalu mengangguk, "Ayah kira dia akan memiliki elemen seperti ibunya. Ternyata tidak, dia mewarisi elemen ayah." Ada sedikit nada bangga dalam ucapan Duke Erland.

"Ya, anak ayah mewarisi elemen yang sama."

Helaan napas terdengar dari arah Yuand, "Ayah...," Panggilnya.

"Kita diperintah ke menara sihir, melihat keadaan disana. Lalu Raja membuat seleksi penyihir menggantikan beberapa penyihir pemberontak yang mati hari lalu, selama itu kita diharuskan menetap disana."

Duke terdiam lama, pemilihan tentu akan memakan waktu yang lumayan lama. Bisakah ia jauh dari Adella selama itu?

"Keluarga Viscount frolla hancur."

Lalu apakah Duke Erland peduli? Ia hanya memikirkan bagaimana ia jauh dari Adella.

"Hanya Lady Rose yang selamat dalam penyerangan, dan putra mahkota mengharuskan ayah mengadopsinya."

Mata Duke Erland membulat sempurna, mengadopsi? Bukankah putra mahkota tahu Adella membenci Rose? Mengapa keluarga Erland yang mengadopsi lady Rose?

"Perintah mutlak." Tambah Yuand.

Pintu ruangan itu terbuka menampilkan wajah datar Adella yang terlihat pusat. Belum juga Duke Erland membantah, Adella dengan cepat duduk disamping Vincent. Dilihat dari raut wajah datarnya, sepertinya Adella mendengar ucapan Yuand dan Vincent tadi.

"Ada apa?" Vincent bertanya.

Adella menggeleng, "Aku juga 8ngin mendengar diskusi kalian."

"Ini urusan kerajaan, pergilah."

Adella menggeleng kembali, "Bukankah urusan keluarga Erland? Aku mendengarnya, dari pertama kalian berbicara."

"Aku menyetujui semuanya," katanya sembari menatap Duke Erland dengan senyuman.

"Kau bukan..."

"Aku bukan kepala keluarga?" Adella terkekeh, "Hey kak, Ayah pasti akan bertanya persetujuanku. Dan aku dengan senang hati menyetujuinya, kalian adopsi saja Lady Rose lalu pergilah ke menara sihir."

Duke menatap khawatir Adella, "Aku baik baik saja, bukankah ayah sering meninggalkanku berperang? Pergilah." Adella kembali meyakinkan Duke Erland.

Duke menghela napas, "Kapan kita berangkat?" Tanyanya pada Vincent dan Yuand.

"Tiga hari lagi."

"Baiklah, ayah akan mengurus surat adopsi secepat mungkin."

Adella tersenyum puas, ia akan bersaudara dengan Rose! Senang sekali rasanya.

Senang.

Karena ia bisa berbuat apapun pada Rose jika perempuan itu berada didekatnya.

Dirasa tak ada lagi hal penting Duke Erland memutuskan percakapan dengan beranjak keluar, Adella mengikuti dari belakang meninggalkan kedua kakaknya yang mulai berpikiran jelek tentangnya.

"Ayah!" Adella memeluk lengan kanan Duke Erland lalu menyamakan langkahnya berjalan kearah mansion utama.

"Ayah terbaik!"

Duke mengeram, "Kau bahagia akan jauh dari ayah?"

"Tidak!" Cepat cepat Adella menjawab, pantas Duke terlihat berbeda saat menyetujui ucapannya tadi. Adella mendekatkan wajahnya pada telinga Duke Erland dengan berjinjit, "Aku ingin balas dendam." Bisiknya dengan senyum puas.

Adella kembali berjalan biasa, "Pada Lady Rose," tambah Adella.

"Aku memang tidak lagi menyukai putra mahkota, tapi tingkah lady Rose membuatku muak. Jadi dengan tidak adanya ayah dan pengadopsian lady Rose, aku bisa leluasa membalas dendam."

Matanya menyiratkan kebencian, Duke Erland saja sampai terkejut. Setelah beberapa lama Adella membaik kini semuanya kembali, Adella terlihat kejam dimatanya.

"Ayah," Adella menatap mata Duke menelisik. "Ayah percaya padaku, kan?" Senyum menyeringai ia perlihatkan.

"Aku ingin membunuhnya. Dia adalah perusak."

Wajahnya kembali datar saat melihat beberapa maid melewati mereka dengan menunduk.

"Jika ayah menghalangiku, aku akan menghancurkan apapun yang menghalangiku."

Adella mempererat pelukannya pada lengan Duke, "Aku tahu ayah tidak mungkin melakukannya, ayah tenang saja, ayah akan berpihak padaku saat tahu kejadian sebenarnya."

...

Adella POV...

"Hai."

Aku menatap datar lelaki didepanku, siapa dia? Aku sepertinya tak pernah melihat lelaki itu.

Ini adalah hari kedatangan lady Rose sebagai saudaraku, ayah sudah mengurus surat adopsi dengan cepat.

Ayah tidak berkomentar apapun tentang rencana balas dendam ku seakan ia menyetujui saja apapun yang aku perbuat. Ayahku itu memang sangat menyayangi ku hingga apapun yang aku perbuat ia perbolehkan jika hal itu membahagiakanku.

"Perkenalkan, aku Nicholas Frolla. Ah tidak, Aku Nicholas Erland." Dia tersenyum padaku.

Aku terdiam cukup lama, Rose memang memiliki Kakak lelaki yang membencinya. Namun, bukankah ia tewas bersama kedua orang tuanya?

Terkekeh kecil, aku kini menatapnya serius. Kesalahan ku memang besar, karena tidak mengacau besar besaran, keluarga Rose hancur karena tidak tinggal lama di istana disaat ulangtahun putra mahkota lalu.

Berakhirlah lady Rose yang diadopsi ayah. Aku tahu itu keinginan lady Rose yang disetujui putra mahkota. Dasar bucin!

"

Kau tidak mati?" Aku bertanya tanpa dosa.

Nicholas mendengus, "Kebetulan aku sedang di akademi, mereka berpikir aku ikut lalu mati."

"Kau dari akademi?"

"Yah, aku mendapat kabar adikku di adopsi oleh Duke Erland. Dan kau tahu?" Nicholas mendekat, "Aku tahu keburukan Rose."

Wow, dalam novel tak dijelaskan mengapa Nicholas membenci adiknya yang katanya imut itu. Dan ternyata? Karena ini.

"Aku membencinya namun tak bisa berbuat apapun. Dan sekarang, aku ikut di adopsi lalu bertemu denganmu. Aku tahu kau juga mengetahui sikap asli Rose. Maafkan aku, jika kau bersedia bolehkah aku membantumu untuk balas dendam?"

Senyuman terukir diwajahnya, tangannya terulur membuatku mau tak mau menyambutnya dengan sedikit senyum. Siapa yang tidak senang jika akan dibantu membalas dendam? Aku tahu Nicholas sangat membenci adiknya dalam sorot matanya yang dengan lantang melihatku.

"Baiklah." Aku mengajaknya ke mansion utama. Disana ada Ayah dan kedua kakakku yang sudah berkumpul menunggu kedatangan Lady Rose.

Aku tersenyum, hari ini ada dua kebahagiaan yang akan aku dapatkan. Bekerja sama dengan Nicholas, lalu bisa membalas dendam pada Rose.

Nantikan lah...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status