Share

Bab 5

Tepat siang hari ini, selepas ikut serta merayakan ulang tahun putra mahkota kerajaan Twirgien. Keluarga Erland langsung pulang dengan keterdiaman yang cukup lama.

Duke Erland sudah tahu permasalahan Adella saat di istana, ia kecewa pada dirinya sendiri karena tidak berada didekat Adella saat putrinya itu dirundung. Ia juga marah pada kedua putranya yang ikut merundung Adella. Seandainya Duke tidak diajak Raja dan putra mahkota berbicara diruang terpisah dengan beberapa orang lainnya, ia pasti akan tetap berada disamping Adella, menjaganya.

Didalam kereta kuda semuanya terdiam tak mengeluarkan suara.

Lagi pula Adella juga saat ini masih kesal dengan kejadian di istana. Tidak ada yang mempercayainya, nanti ia harus berjuang keras agar Rose dipandang buruk.

Saat mereka asik berpikir masing masing, kereta tiba tiba berhenti mendadak. Adella bahkan sampai terjungkal memeluk Yuand yang tepat berada didepannya, Adella berdecak melihat wajah Yuand menatapnya datar.

"Lemah," bisik Yuand pelan.

"Hm."

Duke Erland membuka pintu kereta, memastikan apa yang terjadi. Ia keluar bersama Vincent.

Didepan kereta ada seorang lelaki berpakaian hitam menatap mereka dengan mata merah. Beberapa prajurit dan kusir kereta sudah mati bercucuran darah, Duke langsung waspada.

Sepertinya lelaki berpakaian hitam itu adalah penyihir yang memberontak beberapa hari lalu. Raja dan putra mahkota tadi memberitahu nya jika beberapa penyihir memberontak merasa diperlakukan tidak adil.

Mereka melakukan ritual terlarang lalu mendapat kekuatan hitam yang begitu dahsyat. Bahkan sejenis Duke Erland yang memiliki kekuatan api pun akan sulit menyerang mereka.

Duke menatap Vincent khawatir, ia memberi instruksi agar putranya itu masuk kedalam kereta, beberapa prajurit yang tersisa mencoba melindungi bagian kereta dengan tubuh bergetar.

Adella yang berada didalam membuka sedikit tirai yang berhadapan langsung dengan Duke Erland. Ekspresi ayahnya terlihat khawatir, ditangan lelaki itu sudah ada tongkat elemen api, menandakan ada keadaan genting.

Yuand yang ikut melihat keadaan Duke langsung keluar menyisakan Adella. Biasanya Duke mengeluarkan tongkat elemennya jika ada bahaya terlalu besar. Ia yakin keadaan diluar sangat berbahaya.

"Jangan keluar, apapun yang terjadi kau harus tetap didalam." Ujar Yuand pada Adella saat akan menutup pintu kereta.

Apa yang terjadi? Adella tidak tahu, ia mengingat kembali isi novel. Kejadian seperti ini tidak pernah ia baca dalam novel. Ah, ia ingat! Dalam novel seharusnya Adella dan keluarganya masih di istana karena Adella membuat ulah besar. Ulang tahun putra mahkota seharusnya kacau karena Adella mengamuk menyeret Rose yang berada persis disamping putra mahkota.

Keadaan ini karena ulahnya, seharusnya ia membuat kekacauan lebih besar dari yang ia lakukan di istana.

Hawa didalam kereta mulai memanas, keluarga Erland memang memiliki elemen api tingkat tinggi sebagai elemen terdepan.

Dikerajaan Twirgien, para bangsawan memang memiliki kekuatan masing masing, dari tingkat terendah hingga yang tertinggi.

Duke Erland memiliki kekuatan elemen api tertinggi dikerajaan Twirgien, diikuti kedua putranya yang berada tepat dibawah Duke. Hanya Adella yang kekuatannya belum muncul.

Adella jadi ingat elemen para pemain Novel seperti putra mahkota yang memiliki dua elemen, es dan angin. Pemilik dua elemen memang langka, bahkan katanya bisa dihitung oleh jari, namun masih ada kemungkinan seseorang yang memiliki elemen lebih dari dua. Lalu Lady Rose memiliki elemen tanah tingkat menengah yang dikuasai keluarga Frolla turun temurun. Raja dengan elemen es nya, Vincent dan Yuand yang mengikuti sang ayah, dan si Second lead, si pecinta Lady Rose yang memiliki elemen air dan api.

Kira kira dimana si second lead? Adella belum pernah bertemu dengan sang second lead novel My Lady.

Adella kembali pokus menatap Duke yang mulai menyerang kebagian depan. Adella tidak tahu apa yang menghalangi kereta keluarga Erland dibagian depan. Ia hanya diam, lagi pula ia tidak bisa melakukan apapun selain berdiam diri di kereta.

Saat api yang Duke keluarkan sampai ke depan, Adella melihat secara langsung sebuah sihir hitam yang melahap habis serangan api Duke.

Adella sempat terkejut, ia tahu kekuatan Duke tidak bisa dibandingkan dengan sihir hitam kuat itu. Adella takut Duke kalah lalu mati.

Adella harus bagaimana? Ia tidak memiliki kekuatan seperti Duke, dalam novel kekuatannya akan keluar saat usia Adella tepat 20 tahun. Sial memang, disaat semua orang mencoba membangkitkan kekuatan mereka, Adella malah sibuk memperjuangkan cintanya untuk Putra mahkota.

Perkelahian kekuatan kembali terjadi, kini bukan hanya Duke Erland yang menyerang, Vincent dan Yuand juga ikut menyerang bersamaan.

Kembali lagi sihir hitam itu melahap habis api yang mereka keluarkan.

Adella jadi khawatir, gabungan kekuatan mereka saja tidak bisa melawan sihir hitam itu.

Sebenarnya apa yang menghalangi jalan mereka?

Adella menyaksikan secara langsung bagaimana ketiga lelaki bermarga Erland itu terpental jauh. Setelahnya barulah ia melihat seorang lelaki berpakaian hitam mendekat kearah Yuand.

Adella sih tidak peduli jika Yuand mati, namun ia yakin Duke tidak mungkin berhenti melindungi keluarganya.

Dengan cepat Adella turun dari kereta, ia berdoa agar elemennya keluar disaat genting seperti ini.

Lelaki berpakaian hitam itu mulai mengeluarkan kekuatannya menyerang tubuh Yuand yang sudah lemah.

Duke Erland melindungi tubuh Yuand dengan refleks yang cepat.

Tentu Adella syok, ia tidak ingin Duke terluka hanya untuk menyelamatkan bajingan yang tak pernah menganggap Duke sendiri ayahnya.

Sihir hitam mulai keluar dari tangan lelaki itu, Adella melotot marah, "TIDAK!" Teriaknya.

Seluruh tubuh Adella dipenuhi emosi yang tidak stabil, dulu ia tidak pernah se emosi ini setelah ayah aslinya meninggal. Adella merasa tubuhnya bergejolak menahan sesuatu yang ingin keluar.

Adella merentangkan tangan kanannya ke depan seakan ingin menarik lelaki berpakaian hitam itu menjauh dari keluarganya.

Para lelaki Erland hanya memperhatikan kejadian didepannya dengan raut terkejut. Tubuhnya mulai bersinar mengeluarkan cahaya biru muda, bola matanya berubah menjadi kuning keemasan, rambutnya berkilau lalu terkibas angin.

Indah, Duke Erland sampai terkejut dibuatnya.

Sekali hentakan elemen api keluar dari tubuh Adella menuju lelaki itu hingga hancur menjadi debu.

Tubuh Adella mulai mengeluarkan cahaya yang berpencar ke segala arah, Adella bahkan tidak bisa mengontrol dan memperhatikan dirinya sendiri, yang ia lihat hanya tatapan terkejut dari Duke.

Kepalanya sangat terasa sakit, sepertinya ia akan kembali mati. Sungguh terasa sangat menyakitkan.

Perempuan itu terduduk lalu cahaya yang ia keluarkan mulai meredup digantikan banyaknya darah yang keluar dari hidung dan mulutnya.

Rengkuhan terasa oleh Adella, ia menatap sang pelaku dengan senyuman. Jika ia benar benar mati, akankah tuhan mempertemukannya kembali dengan Duke Erland?

Ia sungguh bersyukur hidup dengan Duke walaupun hanya sementara.

"Ayah..."

Duke menggeleng pelan, air matanya mengalir begitu saja. Seorang ayah pastinya takut ditinggal putri berharganya.

Bahkan jika bisa memilih Duke lebih baik berada diposisi Adella dibanding melihat bagaimana keadaan putrinya itu yang berdarah darah.

Adella sekuat tenaga mengusap air mata Duke Erland, senyuman tak pernah luntur dari wajahnya. Ia tidak ingin mati jika melihat Duke menangis karenanya, sekali lagi Adella merasa masih ada orang yang menginginkannya hidup.

Ia ingin hidup, lalu membahagiakan Duke Ellington Erland yang telah memberinya kasih sayang layaknya seorang ayah asli untuk Adella palsu.

"Adella... Adella gak papa," bisiknya pelan. Ia meyakinkan dirinya sendiri jika ia bisa bertahan.

Matanya mulai meredup, Duke mengangkat tubuh ringan Adella menaiki kereta kuda. Lelaki itu tidak lagi mempedulikan kedua putranya yang duduk syok diatas tanah. Para prajurit yang tersisa membantu Vincent dan Yuand masuk ke kereta, mereka melajukan perjalanan secepat mungkin kekediaman Erland.

Mayat mayat prajurit yang gugur dalam sekejap mata mereka tinggal begitu saja. Biar nanti prajurit lain yang mengurusi para prajurit yang gugur itu.

Sampai mansion, Duke langsung turun berlari membawa putrinya dalam rengkuhan. Matanya bahkan terlihat sembab menangisi keadaan Adella.

Ia takut.

Adella adalah segalanya.

Ia tidak ingin Adella meninggalkan nya seperti sang istri dulu.

Duke bahkan akan bersedia jika menawarkan hidupnya agar Adella tetap hidup.

Bisakah ia saja yang menderita? Ia benar benar tidak ingin melihat Adella serapuh ini, melihat Adella seperti ini lebih menyakitkan baginya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status