Kurasa tak perlu berlama-lama lagi. Urusan Dova untuk alat terbaru juga sudah selesai. Rasanya tidak enak kalau kami menumpang terlalu lama di rumah seseorang. Apalagi kalau semuanya serba gratis."Hei, simpan emailku ya siapa tahu kita bisa komunikasi lagi dimanapun kita...ng....""Kau kenapa Azka? Hei, Azka!"Tak ada tanggapan dari Azka, tatapan matanya lurus tertuju pada Asnee. Apa yang... aduh gawat! Tanduk Asnee, kenapa orangnya masih santai menonton TV sih!"Hei, Asnee!""Apalagi kalian ini menggangguku saja! Aku belum... apa sih?"Aku, Serenada dan Dova memberikan kode yang sama. Kebetulan di dekat sini ada cermin, jadi saat dia menoleh bisa tahu sendiri. Bukannya berusaha disembunyikan tapi dia malah terkejut. Mungkin baru tahu bentuk tanduknya tidak seperti milik Primerose."Astaga! Bentuknya ternyata seperti ini ya. Kok jadi lucu ya hm....""Hah... dia....""Asnee! Hentikan perubahan wujudmu itu!""Iya tapi eeh... kakiku!"Azka akhirnya pingsan melihat itu semua. Bukannya dia
Kami bertiga mengendap menuju ke tempat tenda besar yang ditunjuk Dova tadi. Area ini tidak dikelilingi pagar tembok, hanya sekedar pagar biasa. Sepertinya ini terbuat dari bahan kayu."Kita bisa masuk ke dalam dan...uwooow!"Dova terpental ke arahku dan Serenada. Kami berdua mencoba membantunya berdiri. Astaga, ternyata pagar ini sudah diberi pelindung listrik. Kenapa tidak terlihat ya? Pantas saja Dova tadi tersetrum lalu terpental. Untung dia terpental, kalau tidak mungkin sudah gosong."Bagaimana caranya masuk kesana?""Hanya ada satu cara! Kita menyamar jadi pengunjung tempat ini.""Aku setuju usulan Artemis!""Hei, apa yang kalian lakukan disini?"Suara berat terdengar dari belakang kami bertiga. Sosok tinggi besar dan nampak sangar itulah yang baru saja berbicara pada kami. Glek! Bagaimana caranya melawan orang sebesar ini? Ah, tidak! Aku harus tenang, jangan sampai terjadi keributan malam ini."Kami mau masuk....""Sirkus baru buka besok! Pergi dan kembalilah besok jam delapan
Sorak sorai penonton membahana dari kursi belakang. Hanya kami yang serius menonton. Sebenarnya ini pertunjukkan model apa? Anak-anak tertawa saat muncul orang penuh riasan yang mereka sebut badut itu masuk ke arena."Mereka seperti orang konyol yang menjatuhkan diri begitu saja ke lantai.""Iya, aku juga berpikir seperti itu Artemis!""Astaga! Dimana letak lucunya sih? Mereka seperti orang bodoh saja!"Mungkin selera humor kami berbeda dengan orang disini. Tak pernah ada pertunjukkan semacam ini di dalam Dome. Baru muncul hewan yang disebut harimau masuk. Hewan ini katanya pemakan daging. Duh, aku tak peduli lagi! Jeruji besi didepan kami mulai naik dengan alasan keamanan agar hewan itu tak menyerang kami."Ayo, cepatlah!"Dova juga sudah tidak sabar lagi. Ini masih pertunjukkan hewan besar bernama gajah. Setelahnya acara diambil alih oleh pembawa acara tadi."Hadirin sekalian, hari ini kita semua beruntung. Ada satu koleksi kami yang bukan hanya menghibur. Tapi juga membuat kalian me
"A-aku dimana?"Badanku tak bisa digerakkan lagi. Kulihat ada Primerose dan Asnee. Lalu ada dua hewan seperti yang kulihat tadi di pertunjukkan sirkus. Tiba-tiba dua hewan itu berubah menjadi manusia."Ah, siapa kalian?""Kau rupanya EARTHSEED juga!""Kami juga EARTHSEED sepertimu, namaku Farhein dan dia Berlian.""Kalian berdua dari keluarga El Tigre. Akhirnya aku bisa bertemu keluarga EARTHSEED Anima lainnya.""Berarti kau dari keluarga Van Deer di pulau B-neo? Itu jauh sekali! Bagaimana bisa ada disini?""Ada caranya! Nah, aku harus bantu Artemis dulu. Badanmu masih belum bisa digerakkan?""Belum, Primerose! Rasanya sakit semua!""Kau masih menyimpan buah Kuula, Artemis?""Ada di... lemari pendingin.""Biar aku yang mengambilkan!"Asnee sudah merubah wujudnya menjadi manusia normal. Ia bergegas mengambilkan buah Kuula yang kusimpan di lemari pendingin untukku. Usai dia mengambilnya, posisiku sedikit didudukan. Primerose memintaku untuk memakan buah Kuula itu."Habiskan, Artemis. Kat
Alamsyah memintaku masuk ke kamar yang aku gunakan tidur waktu itu. Bahkan Dova dan Serenada tak diijinkan masuk, padahal toh nantinya mereka akan bertanya padaku. Tentu saja akan kujawab, rasanya percuma saja Alamsyah mengajakku berbicara empat mata."Aku percaya padamu, Artemis! Tapi apa yang sebenarnya kau cari dari beliau?""Aku diminta menemuinya oleh orang yang pernah merawatku dulu."Kembali aku bercerita tentang Max yang sepertinya pernah melakukan kesalahan padaku. Katanya, hanya Profesor Madrosa yang bisa memperbaikinya. Sebenarnya aku sendiri masih belum paham, kesalahan apa yang telah diperbuat oleh Max pada diriku ini? Sampai aku melakukan perjalanan sejauh ini demi mencari orang yang disebut Profesor Madrosa itu."Hm... singkatnya kau sempat digunakan sebagai bahan percobaan namun gagal.""Yaah, mungkin begitu! Aku tak terlalu paham. Apalagi katanya itu terjadi saat aku masih kecil."Dova sepertinya pernah cerita dulu saat masih kecil menyelamatkanku dari percobaan Max. E
Aku hanya ceritakan intinya saja, sebab sebentar lagi kami akan memasuki area Meichartaka. Bahaya kalau SKYLAR terkena sensor keamanan disini. Pesawat ini bisa meledak dan kita semua mati. Dova kuminta untuk segera mengaktifkan sistem Warp. Entah masih bisa atau tidak?"Bisa, tapi aku tidak yakin! Apa lebih baik kita gunakan jalur bawah laut saja?""Sejauh ini kita belum pernah gunakan SKYLAR untuk menyelam bukan?""Ayolah, kita harus cepat untuk memutuskan!""Aah! Baiklah kita akan gunakan sistem Warp dulu. Berikan titik koordinat atau jarak pastinya untuk menuju ke Dwatta Island, Artemis."Kusebutkan titik koordinat dan jarak pastinya yang sudah diberikan oleh Alamsyah padaku. Dova terus mengetik di keyboard virtualnya sambil mendengarku. Baru setelah semuanya siap dia meminta kami semua untuk memakai sabuk pengaman."Bagaimana dengan Asnee?""Ah, ya! Asnee kemarilah sebentar!""Hm... ya kau memanggilku Dova?""Letakkan dulu makananmu, nah pegang kursi siapa saja yang kencang ya!""J
Aku bertanya tentang hewan jenis apa yang ditunggangi oleh Ericko ini. Bentuk tubuhnya aneh! Separuhnya berbulu biasa tapi separuhnya lagi sampai ke bagian ekor belang seperti harimau."Orama bukan hewan biasa. Dia hasil percobaanku dulu, ya aku tak pernah mengira kalau tubuhnya ternyata bisa tumbuh besar sampai bisa dinaiki seperti ini.""Eh, disini boleh melakukan percobaan asal tidak pada manusia ya!""Ya, tentu saja! Eh, siapa namamu? Sepertinya kau seorang ilmuwan juga.""Namaku Dova! Tapi aku lebih suka membuat alat atau senjata baru. Kebanyakan yang aku buat hanya modifikasi saja, bukan membuat sesuatu yang benar-benar baru.""Kau sama seperti ayahku! Hanya aku yang berbeda ya, sejak dulu memang tertarik dengan genetika hewan."Ericko ternyata masih berumur 20 tahun tapi dia sudah bekerja untuk pemerintah. Sama seperti Azka sebagai peneliti hanya beda bidang studi saja. Dia mengambil fokus pada genetika hewan. Tugasnya selain menemukan varian baru dari hewan yang ada juga sebaga
Baiklah, setidaknya aku harus menunggu Dexta berhasil memghubungi ayahnya. Sementara itu, kami bisa berada disini dulu. Ericko mengajak kami ke laboratorium pribadinya."Hei, kau tidak mau membeli rumah sendiri untuk laboratoriummu?""Sebenarnya aku mau, tapi ayah melarangku. Ya, karena dia tak mau sendirian di rumah yang besar ini.""Ayahmu penakut rupanya!""Hei, memangnya kau tidak takut kalau tinggal di rumah seluas ini? Rumahku saja dulu harus diisi oleh orang banyak.""Ha! Kau masih percaya pada hantu, Serenada? Ayolah ini tahun 2051 dan hal semacam itu tidak ada!""Kau tidak tahu, Dova. Kami di Nuuswantaara ini sangat kental kepercayaannya dengan makhluk tak kasat mata. Apalagi di Dwatta Island ini.""Aaah! Aku tidak percaya sebelum melihatnya sendiri!"Dova memang dari dulu begitu orangnya. Apa yang belum pernah dialaminya tak akan percaya. Kecuali dia sendiri mengalaminya seperti kasus Nanako dulu. Padahal sudah kuberitahu sejak awal dia tetap nekat. Pada akhirnya dia menangis