Rasanya tak mungkin kalau Primerose menunjukkan jalan dengan berjalan menggunakan keempat kaki rusanya. Jadi, dia kami ajak menaiki SKYLAR dan harus mengubah wujudnya menjadi manusia biasa. Kalau tidak, penduduk di B-Neo City bisa kalang kabut melihatnya."Kalian menaiki benda besar ini? Azka tak pernah mengajakku menaiki kendaraan semacam ini.""Mungkin dia tidak punya, Primerose."Hm... kemana suara Serenada ya? Lama tak mendengar ocehan khasnya. Ternyata dia sangat suka wujud Asnee separuh manusia separuh rusa itu. Berulang kali memainkan bagian belakang yang disebut ekor. Memang nampak lucu juga menurutku."Hei, sudah dong!""Ah, kenapa kau kembali ke wujud normalmu! Ayo, kembali ke wujud yang tadi.""Aaaah...! Aku tidak mau!"Dova tak tahan lagi sampai akhirnya dia tertawa keras. Asnee kesal karena dia merasa dikerjai setelah memiliki wujud EARTHSEED Anima-nya. Primerose menyarankan Asnee agar tetap menjaga wujud manusianya selama berada di tempat penuh orang."Sebenarnya fungsi m
Kesibukan Azka sebagai ilmuwan yang bekerja dibawah naungan pemerintah memang tak seberapa. Sebab belum ada lagi proyek pengembangan untuk sektor teknologi khususnya transportasi. Lebih banyak waktu luangnya, bahkan dia bilang di kantor terasa membosankan."Hanya lakukan pemeliharaan sistem saja. Terkadang mengecek apakah ada yang berusaha meretas sistem kendaraan umum atau tidak.""Memangnya ada ya yang mau meretas sistem di kendaraan umum?""Ya, karena pernah ada kejadian satu pengguna dibawa entah kemana lalu uang elektroniknya dikuras habis. Untung saja orangnya selamat. Tapi yaah... kami jadi kena semprot dari pemerintah.""Hei, kau bilang punya rancangan alat....""Oh, soal itu Dova! Ya, aku punya tapi ada di laboratorium pribadiku di ruang bawah tanah. Hei, kalian sudah pakai kendaraan single use seperti ini?""Ya, ini memang biasa kami pakai."Dova menunjukkan Pentarec pada Azka. Laki-laki itu takjub melihatnya. Apalagi Pentarec milik kami dilengkapi dengan senjata."Untuk apa
Dasar Azka! Rupanya dia hanya masuk untuk absen, kemudian keluar lagi menemui kami semua. Malah aku yang khawatir bagaimana jika dia kena hukuman."Ayolah, Artemis! Aku sudah biasa seperti ini.""Aah! Kau saja yang terlalu rajin bekerja, Artemis.""Makanya sesekali kau coba seperti itu, aku saja pernah kok.""Kalau Serenada tak akan kena sanksi mau melakukan apa saja.""Enak saja! Tetap dulu aku bisa kena sanksi kalau melakukan pelanggaran. Gajiku pernah dipotong oleh Max.""Iya, tapi kan kau enak masih hidup di...hmmph!"Serenada gemas sekali dengan mulut Dova sampai dia menyumpali dengan bekas kertas yang entah dia dapatkan dari mana. Mereka berdua mulai lagi berantem. Azka sedikitnya penasaran dengan Serenada. Kujelaskan saja kalau dulunya dia adalah anak dari pemimpin Dome."Hm... begitu ya. Pantas saja terlihat dari sikapnya.""Eh, masih nampak ya! Padahal kami sudah melakukan perjalanan bersama.""Ya, biasanya sih anak-anak para pemimpin suka bersikap seenaknya.""Apa kau bilang
"Wuih...! Tadi rasanya aku benar-benar seperti di luar angkasa menyaksikan big bang meledak dhuaaaar...!""Hahaha... ya seru kan! Disini memang selalu ada sisi edukasi yang dikemas secara modern. Sudah diakui oleh orang-orang seantero Nuuswantaara ini."Hah! Asnee rasanya kembali seperti anak kecil saja. Dia terus bercerita soal film edukasi pembentukan alam semesta tadi. Memang seru sih, tapi teknologi itu juga sudah ada di dalam Dome. Makanya aku, Serenada dan Dova biasa saja.SPC akhirnya berhenti tepat di depan rumah Azka. Tak terasa hari sudah gelap ya. Perjalanannya memang jauh, belum termasuk Dova mengecek SKYLAR. Elina sudah menyambut kami semua, ternyata makan malamnya sudah siap."Wah, akhirnya yang ditunggu....""Hei, jangan lupa cuci tanganmu dulu Dova!""Iya, ya! Aah! Kau ini seperti inspektur kesehatan saja yang selalu mengingatkan tentang cuci tangan.""Menjaga kebersihan diri baru makan kan penting, Dova!""Iya, Artemis! Huh, dasar cerewet!""Artemis, mau kubantu pukul
Kurasa tak perlu berlama-lama lagi. Urusan Dova untuk alat terbaru juga sudah selesai. Rasanya tidak enak kalau kami menumpang terlalu lama di rumah seseorang. Apalagi kalau semuanya serba gratis."Hei, simpan emailku ya siapa tahu kita bisa komunikasi lagi dimanapun kita...ng....""Kau kenapa Azka? Hei, Azka!"Tak ada tanggapan dari Azka, tatapan matanya lurus tertuju pada Asnee. Apa yang... aduh gawat! Tanduk Asnee, kenapa orangnya masih santai menonton TV sih!"Hei, Asnee!""Apalagi kalian ini menggangguku saja! Aku belum... apa sih?"Aku, Serenada dan Dova memberikan kode yang sama. Kebetulan di dekat sini ada cermin, jadi saat dia menoleh bisa tahu sendiri. Bukannya berusaha disembunyikan tapi dia malah terkejut. Mungkin baru tahu bentuk tanduknya tidak seperti milik Primerose."Astaga! Bentuknya ternyata seperti ini ya. Kok jadi lucu ya hm....""Hah... dia....""Asnee! Hentikan perubahan wujudmu itu!""Iya tapi eeh... kakiku!"Azka akhirnya pingsan melihat itu semua. Bukannya dia
Kami bertiga mengendap menuju ke tempat tenda besar yang ditunjuk Dova tadi. Area ini tidak dikelilingi pagar tembok, hanya sekedar pagar biasa. Sepertinya ini terbuat dari bahan kayu."Kita bisa masuk ke dalam dan...uwooow!"Dova terpental ke arahku dan Serenada. Kami berdua mencoba membantunya berdiri. Astaga, ternyata pagar ini sudah diberi pelindung listrik. Kenapa tidak terlihat ya? Pantas saja Dova tadi tersetrum lalu terpental. Untung dia terpental, kalau tidak mungkin sudah gosong."Bagaimana caranya masuk kesana?""Hanya ada satu cara! Kita menyamar jadi pengunjung tempat ini.""Aku setuju usulan Artemis!""Hei, apa yang kalian lakukan disini?"Suara berat terdengar dari belakang kami bertiga. Sosok tinggi besar dan nampak sangar itulah yang baru saja berbicara pada kami. Glek! Bagaimana caranya melawan orang sebesar ini? Ah, tidak! Aku harus tenang, jangan sampai terjadi keributan malam ini."Kami mau masuk....""Sirkus baru buka besok! Pergi dan kembalilah besok jam delapan
Sorak sorai penonton membahana dari kursi belakang. Hanya kami yang serius menonton. Sebenarnya ini pertunjukkan model apa? Anak-anak tertawa saat muncul orang penuh riasan yang mereka sebut badut itu masuk ke arena."Mereka seperti orang konyol yang menjatuhkan diri begitu saja ke lantai.""Iya, aku juga berpikir seperti itu Artemis!""Astaga! Dimana letak lucunya sih? Mereka seperti orang bodoh saja!"Mungkin selera humor kami berbeda dengan orang disini. Tak pernah ada pertunjukkan semacam ini di dalam Dome. Baru muncul hewan yang disebut harimau masuk. Hewan ini katanya pemakan daging. Duh, aku tak peduli lagi! Jeruji besi didepan kami mulai naik dengan alasan keamanan agar hewan itu tak menyerang kami."Ayo, cepatlah!"Dova juga sudah tidak sabar lagi. Ini masih pertunjukkan hewan besar bernama gajah. Setelahnya acara diambil alih oleh pembawa acara tadi."Hadirin sekalian, hari ini kita semua beruntung. Ada satu koleksi kami yang bukan hanya menghibur. Tapi juga membuat kalian me
"A-aku dimana?"Badanku tak bisa digerakkan lagi. Kulihat ada Primerose dan Asnee. Lalu ada dua hewan seperti yang kulihat tadi di pertunjukkan sirkus. Tiba-tiba dua hewan itu berubah menjadi manusia."Ah, siapa kalian?""Kau rupanya EARTHSEED juga!""Kami juga EARTHSEED sepertimu, namaku Farhein dan dia Berlian.""Kalian berdua dari keluarga El Tigre. Akhirnya aku bisa bertemu keluarga EARTHSEED Anima lainnya.""Berarti kau dari keluarga Van Deer di pulau B-neo? Itu jauh sekali! Bagaimana bisa ada disini?""Ada caranya! Nah, aku harus bantu Artemis dulu. Badanmu masih belum bisa digerakkan?""Belum, Primerose! Rasanya sakit semua!""Kau masih menyimpan buah Kuula, Artemis?""Ada di... lemari pendingin.""Biar aku yang mengambilkan!"Asnee sudah merubah wujudnya menjadi manusia normal. Ia bergegas mengambilkan buah Kuula yang kusimpan di lemari pendingin untukku. Usai dia mengambilnya, posisiku sedikit didudukan. Primerose memintaku untuk memakan buah Kuula itu."Habiskan, Artemis. Kat
Yess...! Akhirnya Artemis mengijinkanku untuk memakai sisa terakhir dari kapasitas kertas ini. Aku mau menuliskan kisah malam pertama Serenada dan Artemis. Sebenarnya, ini adalah misi selanjutnya dariku dan Irana.Hei, kalian tahu bukan? Artemis dan Serenada itu orangnya polos parah. Mereka tidak paham soal apa yang harus dilakukan oleh pasangan pengantin setelah menikah. Haah... aku tidak tahu! Kenapa bisa punya sahabat seperti mereka?"Roger! Ganti! Posisimu, Irana!""Bzzzt!""Posisi! Aku ada di dekat kamar pengantin."Astaga! Apa yang dilakukan Irana disana? Terpaksa aku datangi saja dan kuseret dulu keluar dari posisinya."Kapten! Bajuku bisa rusak!""Aaah...! Kau ini bagaimana? Kenapa malah ada didepan pintu kamar mereka?""Bukannya kita mau mengawasi, apakah mereka sudah melakukan sesuatu yang benar sebagai pasangan suami istri pertama kalinya?""Tapi jangan didepan pintu! Bagaimana kalau mereka t
Bel rumah Profesor Madrosa berbunyi. Kebetulan sang pemilik rumah sedang pergi bersama cucunya. Jadi, aku yang membukakan pintu kali ini."Halo, Artemis...!""Astaga! Kalian semua...."Dova akhirnya turun dari lantai dua dan ikut menyambut orang-orang yang datang kemari. Dia meminta semuanya masuk dan seketika rumah ini jadi ramai. Acaranya besok, tapi mereka semua sudah hadir. Ternyata Dova mengundang orang-orang ini.Dari B-Neo City ada Azka yang datang dan juga laki-laki dari suku Xafreon yang bernama Purnama. Aku ingat ini, Alamsyah dan Farhein dari keluarga El-Tigre. Padahal Alam ini orangnya selalu sibuk."Aku hanya bisa hari ini saja, Artemis. Farhein yang mewakiliku nanti. Kalau sudah selesai, biar nanti aku jemput."Ternyata itu alasannya kenapa dia mengajak Farhein. Ada Dexta, Alara, Ericko dan juga Asnee yang ikut datang kemari. Asnee yang paling heboh disini. Dia bilang, Primerose akan datang besok.
Waktu terus berlalu di Nuuswantaara...Aku, Irana dan Serenada masih terus berlatih. Bahkan sekarang aku lebih baik dalam mengendalikan kekuatan EARTHSEED ini. Tak perlu lagi marah atau melihat Serenada menderita. Kapanpun asal dibutuhkan, aku bisa mengendalikannya.Perkembangan Irana juga sangat baik dalam mengendalikan listrik di tubuhnya.Profesor Madrosa membantu kami agar bisa mendapatkan tanda bukti bahwa kami sekarang adalah penduduk tetap di Nuuswantaara ini. Bahkan dia yang menunjukkan dimana aku bisa belajar lagi ilmu arkeologi yang sesungguhnya.Sepertinya SKYLAR sebentar lagi akan pensiun. W115 juga ku turunkan dan Profesor Madrosa sangat terkejut melihatnya.Sayangnya, mesin W115 mulai mengalami kerusakan. Irana menyarankan untuk menonaktifkan robot ini. Hanya satu yang kuminta darinya, aku hanya mau mengambil memori milik sahabat robotku ini. Irana dan Dova yang bekerjasama mengeluarkan dan katanya ada rencana mereka mau mem
Sepertinya aku bangun terlalu pagi. Kulihat Serenada dan Dova masih tertidur di kasurnya. Aku meminta W115 membuatkan sarapan dan segelas kopi untukku. Saat aku pergi ke kamar mandi dan membuka baju, baru ku sadari hal lainnya.Aku pikir hanya lengan dan telapak tanganku saja yang nampak lebih besar. Bagian dada dan perut juga jadi lebih bidang. Padahal rasanya dulu biasa saja. Bahkan aku tidak pernah berolahraga rutin untuk membentuk badanku."Haah... sepertinya aku butuh baju baru."Aku hanya berganti pakaian dengan kaos biasa saja. Baju bekas ayah sudah kucoba dan sama saja sempitnya. Saat aku turun sambil memakan sepotong roti dan membawa segelas kopi di tangan, Irana mengejutkanku."Eh, hampir saja ini jatuh!""Pagi, Artemis. Temanmu yang perempuan itu belum bangun?""Serenada? Ya, dia masih tertidur. Aku tidak berani mengganggunya. Ada apa?""Kakekku mengajak kalian sarapan di rumah. Oh ya, ngomong-ngomong saat
"Kakek...! Keluarkan aku dari sini! Aaargh! Lepaskan aku!""Ayo batalkan! Komputer utama... batalkan prosesnya!""PROSES TIDAK BISA DIBATALKAN!""A-apa? Iranaaaa...!""Kakeeeek...! Aaaaa...!""PROSES DIMULAI!""Tidaaaaak...!"Sementara itu, Dova dan Serenada masih terjebak dengan Artemis. Mereka berdua tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan."Aku tidak mau mati sekarang, Dova!""Kau pikir aku juga? Artemis... sadarlah!""Dova... Serenada...kalian adalah sahabat terbaikku."Artemis berhasil meraih mereka berdua dan memeluknya. Tapi bagi Dova dan Serenada, mereka justru tersiksa oleh panas yang berasal dari tubuh Artemis."Panaaaas...!""Eergh! Profesor... apa yang harus kami lakukan? Kami sudah tidak tahan lagi...!""Dova, aku tahu! Tahanlah sebentar!"Profesor Madrosa merogoh kantong jas laboratoriumnya. Dia mengeluarkan batu Katilayu yang berasal dari Artemis sebel
"Kau gila, Artemis!""Ya, aku memang sudah gila Dova!""Pikirkan lagi baik-baik, Artemis. Kumohon....""Semua sudah aku pikirkan dan sekarang aku sedang memutuskan itu, Serenada."Profesor Madrosa masih saja diam menatapku. Ternyata Irana punya pemikiran yang sama dengan kedua sahabatku itu. Hari ini aku sudah mempersiapkan diriku untuk itu. Satu tujuanku, ingin hidup normal. Jika memang gagal, biarkan aku menyusul ayah dan ibuku."Kemarilah kalian semua!"Profesor Madrosa menunjukkan satu alat yang ditutupi kain putih. Saat kain penutupnya dibuka, nampak tabung besar berwarna silver dalam kondisi tertutup. Tabung Penghapus, begitulah sebutan yang disematkan oleh sang pembuatnya sendiri."Seharusnya ini untuk Irana. Tapi aku tidak mau terjadi apapun pada cucu kesayanganku itu."Apapun yang terjadi, aku tidak akan mundur. Tujuan terakhirku melakukan perjalanan hanya untuk ini saja. Bertemu dengan Profesor Madrosa dan mengh
Max banyak bercerita pada Profesor Madrosa saat aku sedang perjalanan kemari. Terutama tentang masa laluku, pantas saja tahu nama lengkapku. Sesekali lelaki tua itu menghisap rokoknya."Tidak terganggu dengan rokokku bukan?""Tidak masalah, aku sudah terbiasa."Sebenarnya dia cukup geram dengan Max dan semua yang telah dilakukannya. Menurut Profesor Madrosa, dia sudah sangat keterlaluan. Max telah melanggar etika sains dan itu sebabnya tak pernah lagi muncul. Hanya teman terbaiknya saja yang tahu posisi dia saat ini."Dome milik V-Corporation adalah tempat terbaik baginya untuk bersembunyi. Jika tidak, dia sudah ditangkap dan dipenjara.""Maksudnya ini tentang semua percobaan dia yang melibatkan manusia. Termasuk aku dan Dova?""Dova yang pakai jas laboratorium itu?""Ya, itu aku."Sedikitnya aku jelaskan tentang masa lalu Dova bahwa dia adalah manusia buatan generasi pertama. Max juga yang memimpin dan mengawasi pr
Madrosa menghisap rokoknya, lalu mengeluarkan asapnya. Dia bercerita dulu tentang apa itu EARTHSEED Golem.Rupanya manusia yang menjadi EARTHSEED ini hanya ada satu saja setiap elemennya. Misalnya saja seperti Irana, tidak ada EARTHSEED Golem lainnya yang mampu mengeluarkan listrik dari tubuhnya."Sepertinya dari ceritamu di awal, Artemis. Kau masuk ke dalam elemen tanah. Kekuatanmu bisa menghancurkan tanah bahkan batu yang kau pukul.""Ya, itu benar.""Wah, dia yang namanya Artemis ini EARTHSEED juga ya. Berarti kita sama! Tos dulu!"Irana mengajakku tos dan tentu saja kubalas. Tapi tiba-tiba dia merasa aneh sambil melihat ke telapak tangannya."Eh, padahal aku tadi pakai tangan yang belum terbungkus sarung tangan. Tapi kenapa kau tidak kesetrum?""Karena dia berelemen tanah, Irana. Tanah menyerap energi listrikmu.""Ooh... begitu ya, Kek. Kalau begitu aku setrum yang tadi saja. Siapa namanya?""Dia na
"MENUJU KE HUTAN ALASRO!"SKYLAR masih mengikuti petunjuk sesuai dengan peta offline. Dova meninggalkan ruang kendali sebentar dan sepertinya meminta W115 untuk dibuatkan makanan. Dia mengambil sebotol minuman sari buah di lemari pendingin. Baru dia cium aromanya langsung isinya dibuang ke wastafel."Astaga! Pantas saja! Ini sudah melewati masa kadarluarsa.""Kalau begitu buang saja semuanya. Jadi, minuman yang baru kita beli bisa masuk juga kesini.""Eh, sejak kapan kau ada di belakangku Artemis?""Kupikir mata siberkinetikmu mampu mendeteksi pergerakanku.""Mana bisa kalau kau ada dibelakangku, Artemis. Haah...! Dasar!"Serenada ikut ke belakang, tapi dia hanya mengambil coklat pemberian Madeline tadi. Rasanya masih aneh sampai dengan saat ini melihatnya. Astaga! Tadi aku benar-benar menciumnya ya!"Kau kenapa Artemis? Aneh sekali!""Tidak apa! W115! Buatkan aku makanan yang ini saja.""Baik, Tuan Artemis."