Dasar Azka! Rupanya dia hanya masuk untuk absen, kemudian keluar lagi menemui kami semua. Malah aku yang khawatir bagaimana jika dia kena hukuman."Ayolah, Artemis! Aku sudah biasa seperti ini.""Aah! Kau saja yang terlalu rajin bekerja, Artemis.""Makanya sesekali kau coba seperti itu, aku saja pernah kok.""Kalau Serenada tak akan kena sanksi mau melakukan apa saja.""Enak saja! Tetap dulu aku bisa kena sanksi kalau melakukan pelanggaran. Gajiku pernah dipotong oleh Max.""Iya, tapi kan kau enak masih hidup di...hmmph!"Serenada gemas sekali dengan mulut Dova sampai dia menyumpali dengan bekas kertas yang entah dia dapatkan dari mana. Mereka berdua mulai lagi berantem. Azka sedikitnya penasaran dengan Serenada. Kujelaskan saja kalau dulunya dia adalah anak dari pemimpin Dome."Hm... begitu ya. Pantas saja terlihat dari sikapnya.""Eh, masih nampak ya! Padahal kami sudah melakukan perjalanan bersama.""Ya, biasanya sih anak-anak para pemimpin suka bersikap seenaknya.""Apa kau bilang
"Wuih...! Tadi rasanya aku benar-benar seperti di luar angkasa menyaksikan big bang meledak dhuaaaar...!""Hahaha... ya seru kan! Disini memang selalu ada sisi edukasi yang dikemas secara modern. Sudah diakui oleh orang-orang seantero Nuuswantaara ini."Hah! Asnee rasanya kembali seperti anak kecil saja. Dia terus bercerita soal film edukasi pembentukan alam semesta tadi. Memang seru sih, tapi teknologi itu juga sudah ada di dalam Dome. Makanya aku, Serenada dan Dova biasa saja.SPC akhirnya berhenti tepat di depan rumah Azka. Tak terasa hari sudah gelap ya. Perjalanannya memang jauh, belum termasuk Dova mengecek SKYLAR. Elina sudah menyambut kami semua, ternyata makan malamnya sudah siap."Wah, akhirnya yang ditunggu....""Hei, jangan lupa cuci tanganmu dulu Dova!""Iya, ya! Aah! Kau ini seperti inspektur kesehatan saja yang selalu mengingatkan tentang cuci tangan.""Menjaga kebersihan diri baru makan kan penting, Dova!""Iya, Artemis! Huh, dasar cerewet!""Artemis, mau kubantu pukul
Kurasa tak perlu berlama-lama lagi. Urusan Dova untuk alat terbaru juga sudah selesai. Rasanya tidak enak kalau kami menumpang terlalu lama di rumah seseorang. Apalagi kalau semuanya serba gratis."Hei, simpan emailku ya siapa tahu kita bisa komunikasi lagi dimanapun kita...ng....""Kau kenapa Azka? Hei, Azka!"Tak ada tanggapan dari Azka, tatapan matanya lurus tertuju pada Asnee. Apa yang... aduh gawat! Tanduk Asnee, kenapa orangnya masih santai menonton TV sih!"Hei, Asnee!""Apalagi kalian ini menggangguku saja! Aku belum... apa sih?"Aku, Serenada dan Dova memberikan kode yang sama. Kebetulan di dekat sini ada cermin, jadi saat dia menoleh bisa tahu sendiri. Bukannya berusaha disembunyikan tapi dia malah terkejut. Mungkin baru tahu bentuk tanduknya tidak seperti milik Primerose."Astaga! Bentuknya ternyata seperti ini ya. Kok jadi lucu ya hm....""Hah... dia....""Asnee! Hentikan perubahan wujudmu itu!""Iya tapi eeh... kakiku!"Azka akhirnya pingsan melihat itu semua. Bukannya dia
Kami bertiga mengendap menuju ke tempat tenda besar yang ditunjuk Dova tadi. Area ini tidak dikelilingi pagar tembok, hanya sekedar pagar biasa. Sepertinya ini terbuat dari bahan kayu."Kita bisa masuk ke dalam dan...uwooow!"Dova terpental ke arahku dan Serenada. Kami berdua mencoba membantunya berdiri. Astaga, ternyata pagar ini sudah diberi pelindung listrik. Kenapa tidak terlihat ya? Pantas saja Dova tadi tersetrum lalu terpental. Untung dia terpental, kalau tidak mungkin sudah gosong."Bagaimana caranya masuk kesana?""Hanya ada satu cara! Kita menyamar jadi pengunjung tempat ini.""Aku setuju usulan Artemis!""Hei, apa yang kalian lakukan disini?"Suara berat terdengar dari belakang kami bertiga. Sosok tinggi besar dan nampak sangar itulah yang baru saja berbicara pada kami. Glek! Bagaimana caranya melawan orang sebesar ini? Ah, tidak! Aku harus tenang, jangan sampai terjadi keributan malam ini."Kami mau masuk....""Sirkus baru buka besok! Pergi dan kembalilah besok jam delapan
Sorak sorai penonton membahana dari kursi belakang. Hanya kami yang serius menonton. Sebenarnya ini pertunjukkan model apa? Anak-anak tertawa saat muncul orang penuh riasan yang mereka sebut badut itu masuk ke arena."Mereka seperti orang konyol yang menjatuhkan diri begitu saja ke lantai.""Iya, aku juga berpikir seperti itu Artemis!""Astaga! Dimana letak lucunya sih? Mereka seperti orang bodoh saja!"Mungkin selera humor kami berbeda dengan orang disini. Tak pernah ada pertunjukkan semacam ini di dalam Dome. Baru muncul hewan yang disebut harimau masuk. Hewan ini katanya pemakan daging. Duh, aku tak peduli lagi! Jeruji besi didepan kami mulai naik dengan alasan keamanan agar hewan itu tak menyerang kami."Ayo, cepatlah!"Dova juga sudah tidak sabar lagi. Ini masih pertunjukkan hewan besar bernama gajah. Setelahnya acara diambil alih oleh pembawa acara tadi."Hadirin sekalian, hari ini kita semua beruntung. Ada satu koleksi kami yang bukan hanya menghibur. Tapi juga membuat kalian me
"A-aku dimana?"Badanku tak bisa digerakkan lagi. Kulihat ada Primerose dan Asnee. Lalu ada dua hewan seperti yang kulihat tadi di pertunjukkan sirkus. Tiba-tiba dua hewan itu berubah menjadi manusia."Ah, siapa kalian?""Kau rupanya EARTHSEED juga!""Kami juga EARTHSEED sepertimu, namaku Farhein dan dia Berlian.""Kalian berdua dari keluarga El Tigre. Akhirnya aku bisa bertemu keluarga EARTHSEED Anima lainnya.""Berarti kau dari keluarga Van Deer di pulau B-neo? Itu jauh sekali! Bagaimana bisa ada disini?""Ada caranya! Nah, aku harus bantu Artemis dulu. Badanmu masih belum bisa digerakkan?""Belum, Primerose! Rasanya sakit semua!""Kau masih menyimpan buah Kuula, Artemis?""Ada di... lemari pendingin.""Biar aku yang mengambilkan!"Asnee sudah merubah wujudnya menjadi manusia normal. Ia bergegas mengambilkan buah Kuula yang kusimpan di lemari pendingin untukku. Usai dia mengambilnya, posisiku sedikit didudukan. Primerose memintaku untuk memakan buah Kuula itu."Habiskan, Artemis. Kat
Alamsyah memintaku masuk ke kamar yang aku gunakan tidur waktu itu. Bahkan Dova dan Serenada tak diijinkan masuk, padahal toh nantinya mereka akan bertanya padaku. Tentu saja akan kujawab, rasanya percuma saja Alamsyah mengajakku berbicara empat mata."Aku percaya padamu, Artemis! Tapi apa yang sebenarnya kau cari dari beliau?""Aku diminta menemuinya oleh orang yang pernah merawatku dulu."Kembali aku bercerita tentang Max yang sepertinya pernah melakukan kesalahan padaku. Katanya, hanya Profesor Madrosa yang bisa memperbaikinya. Sebenarnya aku sendiri masih belum paham, kesalahan apa yang telah diperbuat oleh Max pada diriku ini? Sampai aku melakukan perjalanan sejauh ini demi mencari orang yang disebut Profesor Madrosa itu."Hm... singkatnya kau sempat digunakan sebagai bahan percobaan namun gagal.""Yaah, mungkin begitu! Aku tak terlalu paham. Apalagi katanya itu terjadi saat aku masih kecil."Dova sepertinya pernah cerita dulu saat masih kecil menyelamatkanku dari percobaan Max. E
Aku hanya ceritakan intinya saja, sebab sebentar lagi kami akan memasuki area Meichartaka. Bahaya kalau SKYLAR terkena sensor keamanan disini. Pesawat ini bisa meledak dan kita semua mati. Dova kuminta untuk segera mengaktifkan sistem Warp. Entah masih bisa atau tidak?"Bisa, tapi aku tidak yakin! Apa lebih baik kita gunakan jalur bawah laut saja?""Sejauh ini kita belum pernah gunakan SKYLAR untuk menyelam bukan?""Ayolah, kita harus cepat untuk memutuskan!""Aah! Baiklah kita akan gunakan sistem Warp dulu. Berikan titik koordinat atau jarak pastinya untuk menuju ke Dwatta Island, Artemis."Kusebutkan titik koordinat dan jarak pastinya yang sudah diberikan oleh Alamsyah padaku. Dova terus mengetik di keyboard virtualnya sambil mendengarku. Baru setelah semuanya siap dia meminta kami semua untuk memakai sabuk pengaman."Bagaimana dengan Asnee?""Ah, ya! Asnee kemarilah sebentar!""Hm... ya kau memanggilku Dova?""Letakkan dulu makananmu, nah pegang kursi siapa saja yang kencang ya!""J