Aku berlari untuk bersembunyi di kamar saja. Menutup kain pembatasnya dengan rapat. Tapi aku mencoba untuk sedikit mengintip.
"Aah... dimana ya? Oh, itu dia!"
Benar saja, Lilia yang masuk kesini! Setelah mengambil sesuatu, dia langsung pergi dan menutup pintunya. Sepertinya ini sudah aman. Aku akhirnya keluar dari kamar.
"Hei, Artemis. Ada apa? Wajahmu pucat sekali!"
"T-tidak ada apa-apa."
Asnee tersenyum nakal padaku sambil mengambil minuman di lemari pendingin. Tiba-tiba saja rasanya aku ingin ke toilet. Asnee hanya bilang, turun dari tangga lalu belok ke kiri.
"Itu lokasi toiletnya."
"Oke, terima kasih!"
Aku bergegas keluar dan nyaris menabrak Serenada. Baru ingat kalau dia tadi dari toilet. Jadi, kuminta saja dia mengantarku kesana. Serenada kesal karena itu artinya dia harus turun tangga lagi.
"Tapi aku tidak masuk ke dalam ya."
"Untuk apa kau masuk ke dalam? Ah, sudah cepatlah! Aku sudah tidak ta
"Eergh! Lepaskan! Boon Nam! Kau...." "Meski kau Cyborg, tapi bagian leher ke atas tetap masih manusia." "Apa yang kau lakukan? Bukankah kita sudah sepakat akan membawa Asnee untuk dijadikan Cyborg dan mendapatkan uang banyak?" "Kau salah Lilia! Aku bukan orang yang seperti itu." Lilia tersiksa dengan cekikan dari Boon Nam. Namun ia tak dapat melepaskannya. Boon Nam sudah mengarahkan tubuh Lilia agar terjatuh ke bawah. Anehnya, Lilia malah tertawa keras. "Ahahaha... dasar pengkhianat! Aku tidak akan melepaskanmu nanti!" "Selamat tinggal, Lilia!" "Aaaarkh...!" Lilia terjun bebas ke bawah menghantam benda apapun yang seharusnya menjadi penghalang baginya. Tapi itu tidak menghalanginya untuk terus terjun ke bawah. Dova berteriak dari atas SKYLAR dan melempar semacam tangga darurat posisi tergantung. Kapan dia datangnya? "Mana Pentarec kalian?" "Itu di... Boon Nam!" Boon Nam menyerahkan Pentarec
Asnee menatap ke arah jendela SKYLAR. Zona Pattaya yang biasanya penuh gemerlap lampu kini semakin terang dengan bekas ledakan Lilia yang baru saja terjadi. W115 sedang merawat Serenada. Katanya kakinya masih terasa sakit semua."Boon Nam... kenapa kita harus berpisah?""Ada apa?"Asnee hanya menatapku dengan mata berkaca. Lalu menatap ke arah jendela lagi. Ia masih tidak terima harus berpisah dengan sahabatnya itu. Zona Pattaya sudah menjadi bagian dari dirinya."Aku baik-baik saja, Artemis! Lihatlah! Delapan Belas tahun hidup disana dan aku tidak apa-apa. Kalau aku lapar, masih bisa mencuri.""Itu yang tidak diinginkan Boon Nam, Asnee. Dia tidak ingin kau selamanya menjadi pencuri.""Aku mencuri untuk makan.""Lalu kau makan dari hasil kejahatanmu? Lihat badanmu! Apakah jauh lebih baik dengan sebanyak apa kau mencuri disana?"Badan Asnee memang bagian dada dan perutnya nampak bidang. Tapi lengannya tidak besar, te
"Hei, Serenada! Kau mau ikut?""Memangnya kalian berdua mau kemana?""Kami curiga ada makhluk aneh yang tidak biasanya, berlari begitu cepat ke depan sana."Dova menunjuk ke arah terakhir ia melihat makhkuk tadi. Serenada jadi penasaran dan mau ikut dengan kami. Asnee ku cegah agar ia tetap berada di dalam SKYLAR bersama W115. Tapi sepertinya ia tidak mau."Kau sudah mengajakku ikut denganmu, jadi harus bertanggung jawab untuk membawaku kemanapun kalian pergi.""Sebenarnya itu demi keamananmu, Asnee.""Aku bisa menjaga diriku sendiri!""Sudahlah, Artemis! Susah memberitahu dia. Tunggu sampai dia kapok."Kami sepertinya berjalan tidak menentu hanya demi mencari makhluk aneh itu. Tiba-tiba muncul sekelebat lagi bayangan hitam dan langsung pergi. Kami berempat mencoba berlari mengikuti makhluk itu. Sayangnya, Pentarec lupa kami bawa. Setidaknya dengan menaiki Pentarec bisa mengimbangi kecepatan makhluk itu."Tun
"Memangnya ada apa, Artemis?""Suruh Asnee naik kesini dan Serenada. Aku merasa ada banyak yang mengawasi kita!"Dova memanggil Serenada dan Asnee. Mereka akhirnya mendekat kesini. Lalu Dova berlari ke dalam untuk mengambil senjata dan Pentarec. Ia langsung membagikan senjata yang bisa kami gunakan dan tentu saja Pentarec agar kabur lebih cepat."Tapi kelihatannya disini sepi.""Tidak... kau salah Serenada! Mereka semakin mendekat. Apa kau tidak merasakan ada batu berjalan?""Batu berjalan? Aaa... itu...!""Naiklah ke Pentarec! Ayo Asnee! Naiklah bersamaku!"Asnee hanya mengangguk dan saat kami sudah siap dengan pentarec tiba-tiba saja batu besar yang ada berubah menjadi orang. Mereka menyerang dengan senjata primitif mereka yang runcing tapi tidak kena.Senjata laser kuarahkan pada mereka dan berhasil ditahan dengan perisai yang mereka bawa. Kami semua memacu kecepatan Pentarec secepat mungkin. Jantungku sudah berd
Rusa betina eeh maksudku perempuan berbadan Rusa itu menyajikan minuman yang cukup unik rasanya. Ada paduan dingin dan segar di tenggorokan. Sari buah Wolace dan hanya tumbuh di area mereka. Asnee langsung menghabiskan minuman itu. Aku menyodok pinggangnya."Tidak sopan! Seperti kau tidak pernah minum saja.""Kalau aku habiskan tandanya itu enak, Artemis. Boleh aku minta lagi?"Asnee memang tidak tahu malu! Kalau ada sesuatu yang bisa untuk membungkusnya, sudah mau aku masukkan ke dalam dan kirim kembali ke Zona Pattaya. Primerose hanya tertawa dan meminta perempuan berbadan setengah Rusa tadi menambahkan sari buah Wolace ke dalam gelas Asnee."Iya, disini perempuannya lebih banyak ya dibanding laki-lakinya.""Ya memang seperti itulah sejak dulu. Oh ya, kita belum berkenalan sebelumnya.""Aku pikir kau bisa menebak isi pikiran kami. Jadi, sudah tahu siapa nama kami.""Memang bisa, tapi tidak mungkin kalau harus terus- menerus melakuka
Dova kesal pagi ini sambil menatap ke arah Pentarec. Orang bernama Wanri menyerahkannya pada Serenada dan ditunjukkan pada Dova. Alat itu sepenuhnya rusak. Sepertinya Dova angkat tangan kali ini."Sama saja dengan aku harus buat baru lagi. Tapi, aku tidak punya bahannya.""Lalu bagaimana Dova? Kita akan jalan jauh tanpa alat ini. Pentarec juga sejauh ini membantu kita untuk melawan musuh misalnya.""Haah... mau bagaimana lagi. Nah, sarapan dulu. Tumben Artemis hari ini diam saja."Aku menikmati sajian pagi ini yang sudah diantar oleh para perempuan di tempat ini. Tak tahu apa nama makanannya tapi ini enak dan manis. Hampir saja aku habiskan semua tiba-tiba Dova mengambil potongan terakhirnya."Sisakan untukku juga, Artemis! Hei, apa kau tidak mengkhawatirkan sesuatu?""Nyam... apa? Masalah Pentarec yang rusak? Selama kita masih bisa berjalan itu tidak masalah.""Oh ya, kemana Asnee?""Purnama menjemputnya pagi ini.
Pohon Suci Kuula....Sejak dulu pohon ini memang sudah ada, berbeda dari pohon lainnya. Daun dan bunganya nyaris tak dapat dibedakan karena berwarna sama yaitu merah muda. Jika dilihat lebih teliti lagi tentu saja bisa, akan nampak putik dan benang sarinya.Buahnya terdapat lengkukan di bagian tengah dan seperti bentuk simbol "Love". Sejauh ini hanya ada satu manusia dari luar yang pernah melihatnya. Namun tak mampu meneliti asal muasal tanaman ini.Pohon ini disucikan karena tak boleh dimakan oleh sembarang orang. Hanya anggota keluarga Van Deer yang boleh memakannya. Konon katanya, buah yang masih tergantung di pohon adalah buah yang diberkati oleh Dewa Alam. Kecuali buah yang sudah terjatuh ke tanah itu boleh dimakan oleh siapapun.***"Khasiat buah Kuula ini mampu meregenerasi dengan cepat luka atau kondisi apapun di tubuh kita. Tapi tentu saja tidak akan berguna jika itu diberikan pada orang sekarat.""Apa itu sekarat?"
Aku, Dova dan Asnee hanya diam saja. Rasanya malu saat tahu ternyata kami semalam mabuk berat dan bangun kesiangan. Belum lagi kami tertidur dalam kondisi aneh di depan pintu kamar.Purnama berjalan di depan, dia membuka jalan bagi kami. Senjata tajamnya dia gunakan untuk menebas rumput dan tanaman lainnya yang menghalangi jalan kami. Serenada sudah tidak tahan lagi, banyak binatang kecil menggigitnya."Apa ini? Hah! Kenapa ada darahnya?""Sepertinya kalian tidak terbiasa hidup di tempat yang seperti ini. Itu tadi yang menggigitmu namanya nyamuk. Darah itu ya darahmu sendiri yang dihisapnya.""Makhluk disini mengerikan juga, bisa menghisap darah.""Ya, tapi kami tak pernah digigit nyamuk. Kami selalu mengoleskan bahan khusus ke kulit supaya serangga apapun termasuk nyamuk pergi.""Kami terbiasa hidup di tempat serba modern. Bahkan binatang yang menggigit Serenada saja tidak pernah ada."Purnama hanya diam tak menanggapi. P