Asnee menatap ke arah jendela SKYLAR. Zona Pattaya yang biasanya penuh gemerlap lampu kini semakin terang dengan bekas ledakan Lilia yang baru saja terjadi. W115 sedang merawat Serenada. Katanya kakinya masih terasa sakit semua.
"Boon Nam... kenapa kita harus berpisah?"
"Ada apa?"
Asnee hanya menatapku dengan mata berkaca. Lalu menatap ke arah jendela lagi. Ia masih tidak terima harus berpisah dengan sahabatnya itu. Zona Pattaya sudah menjadi bagian dari dirinya.
"Aku baik-baik saja, Artemis! Lihatlah! Delapan Belas tahun hidup disana dan aku tidak apa-apa. Kalau aku lapar, masih bisa mencuri."
"Itu yang tidak diinginkan Boon Nam, Asnee. Dia tidak ingin kau selamanya menjadi pencuri."
"Aku mencuri untuk makan."
"Lalu kau makan dari hasil kejahatanmu? Lihat badanmu! Apakah jauh lebih baik dengan sebanyak apa kau mencuri disana?"
Badan Asnee memang bagian dada dan perutnya nampak bidang. Tapi lengannya tidak besar, te
"Hei, Serenada! Kau mau ikut?""Memangnya kalian berdua mau kemana?""Kami curiga ada makhluk aneh yang tidak biasanya, berlari begitu cepat ke depan sana."Dova menunjuk ke arah terakhir ia melihat makhkuk tadi. Serenada jadi penasaran dan mau ikut dengan kami. Asnee ku cegah agar ia tetap berada di dalam SKYLAR bersama W115. Tapi sepertinya ia tidak mau."Kau sudah mengajakku ikut denganmu, jadi harus bertanggung jawab untuk membawaku kemanapun kalian pergi.""Sebenarnya itu demi keamananmu, Asnee.""Aku bisa menjaga diriku sendiri!""Sudahlah, Artemis! Susah memberitahu dia. Tunggu sampai dia kapok."Kami sepertinya berjalan tidak menentu hanya demi mencari makhluk aneh itu. Tiba-tiba muncul sekelebat lagi bayangan hitam dan langsung pergi. Kami berempat mencoba berlari mengikuti makhluk itu. Sayangnya, Pentarec lupa kami bawa. Setidaknya dengan menaiki Pentarec bisa mengimbangi kecepatan makhluk itu."Tun
"Memangnya ada apa, Artemis?""Suruh Asnee naik kesini dan Serenada. Aku merasa ada banyak yang mengawasi kita!"Dova memanggil Serenada dan Asnee. Mereka akhirnya mendekat kesini. Lalu Dova berlari ke dalam untuk mengambil senjata dan Pentarec. Ia langsung membagikan senjata yang bisa kami gunakan dan tentu saja Pentarec agar kabur lebih cepat."Tapi kelihatannya disini sepi.""Tidak... kau salah Serenada! Mereka semakin mendekat. Apa kau tidak merasakan ada batu berjalan?""Batu berjalan? Aaa... itu...!""Naiklah ke Pentarec! Ayo Asnee! Naiklah bersamaku!"Asnee hanya mengangguk dan saat kami sudah siap dengan pentarec tiba-tiba saja batu besar yang ada berubah menjadi orang. Mereka menyerang dengan senjata primitif mereka yang runcing tapi tidak kena.Senjata laser kuarahkan pada mereka dan berhasil ditahan dengan perisai yang mereka bawa. Kami semua memacu kecepatan Pentarec secepat mungkin. Jantungku sudah berd
Rusa betina eeh maksudku perempuan berbadan Rusa itu menyajikan minuman yang cukup unik rasanya. Ada paduan dingin dan segar di tenggorokan. Sari buah Wolace dan hanya tumbuh di area mereka. Asnee langsung menghabiskan minuman itu. Aku menyodok pinggangnya."Tidak sopan! Seperti kau tidak pernah minum saja.""Kalau aku habiskan tandanya itu enak, Artemis. Boleh aku minta lagi?"Asnee memang tidak tahu malu! Kalau ada sesuatu yang bisa untuk membungkusnya, sudah mau aku masukkan ke dalam dan kirim kembali ke Zona Pattaya. Primerose hanya tertawa dan meminta perempuan berbadan setengah Rusa tadi menambahkan sari buah Wolace ke dalam gelas Asnee."Iya, disini perempuannya lebih banyak ya dibanding laki-lakinya.""Ya memang seperti itulah sejak dulu. Oh ya, kita belum berkenalan sebelumnya.""Aku pikir kau bisa menebak isi pikiran kami. Jadi, sudah tahu siapa nama kami.""Memang bisa, tapi tidak mungkin kalau harus terus- menerus melakuka
Dova kesal pagi ini sambil menatap ke arah Pentarec. Orang bernama Wanri menyerahkannya pada Serenada dan ditunjukkan pada Dova. Alat itu sepenuhnya rusak. Sepertinya Dova angkat tangan kali ini."Sama saja dengan aku harus buat baru lagi. Tapi, aku tidak punya bahannya.""Lalu bagaimana Dova? Kita akan jalan jauh tanpa alat ini. Pentarec juga sejauh ini membantu kita untuk melawan musuh misalnya.""Haah... mau bagaimana lagi. Nah, sarapan dulu. Tumben Artemis hari ini diam saja."Aku menikmati sajian pagi ini yang sudah diantar oleh para perempuan di tempat ini. Tak tahu apa nama makanannya tapi ini enak dan manis. Hampir saja aku habiskan semua tiba-tiba Dova mengambil potongan terakhirnya."Sisakan untukku juga, Artemis! Hei, apa kau tidak mengkhawatirkan sesuatu?""Nyam... apa? Masalah Pentarec yang rusak? Selama kita masih bisa berjalan itu tidak masalah.""Oh ya, kemana Asnee?""Purnama menjemputnya pagi ini.
Pohon Suci Kuula....Sejak dulu pohon ini memang sudah ada, berbeda dari pohon lainnya. Daun dan bunganya nyaris tak dapat dibedakan karena berwarna sama yaitu merah muda. Jika dilihat lebih teliti lagi tentu saja bisa, akan nampak putik dan benang sarinya.Buahnya terdapat lengkukan di bagian tengah dan seperti bentuk simbol "Love". Sejauh ini hanya ada satu manusia dari luar yang pernah melihatnya. Namun tak mampu meneliti asal muasal tanaman ini.Pohon ini disucikan karena tak boleh dimakan oleh sembarang orang. Hanya anggota keluarga Van Deer yang boleh memakannya. Konon katanya, buah yang masih tergantung di pohon adalah buah yang diberkati oleh Dewa Alam. Kecuali buah yang sudah terjatuh ke tanah itu boleh dimakan oleh siapapun.***"Khasiat buah Kuula ini mampu meregenerasi dengan cepat luka atau kondisi apapun di tubuh kita. Tapi tentu saja tidak akan berguna jika itu diberikan pada orang sekarat.""Apa itu sekarat?"
Aku, Dova dan Asnee hanya diam saja. Rasanya malu saat tahu ternyata kami semalam mabuk berat dan bangun kesiangan. Belum lagi kami tertidur dalam kondisi aneh di depan pintu kamar.Purnama berjalan di depan, dia membuka jalan bagi kami. Senjata tajamnya dia gunakan untuk menebas rumput dan tanaman lainnya yang menghalangi jalan kami. Serenada sudah tidak tahan lagi, banyak binatang kecil menggigitnya."Apa ini? Hah! Kenapa ada darahnya?""Sepertinya kalian tidak terbiasa hidup di tempat yang seperti ini. Itu tadi yang menggigitmu namanya nyamuk. Darah itu ya darahmu sendiri yang dihisapnya.""Makhluk disini mengerikan juga, bisa menghisap darah.""Ya, tapi kami tak pernah digigit nyamuk. Kami selalu mengoleskan bahan khusus ke kulit supaya serangga apapun termasuk nyamuk pergi.""Kami terbiasa hidup di tempat serba modern. Bahkan binatang yang menggigit Serenada saja tidak pernah ada."Purnama hanya diam tak menanggapi. P
Khalua menahan kami untuk pergi dari sini sementara waktu. Bahkan anggota keluarga Van Deer lainnya memberikan tempat tinggal sementara untuk kami. Serenada mulai terbiasa, ia juga sering bermain dengan anak-anak disini. Terkadang ia ikut membuat roti bersama perempuan lainnya.Aku sendiri diajarkan oleh Khalua bagaimana menggunakan kekuatan misterius milikku ini. Terkadang kami berdua berjalan cukup jauh untuk berlatih. Ia tahu kekuatanku sangat destruktif. Setidaknya sudah berhasil aku mengendalikannya. Hanya satu pesan dia :"Pertahankan di masa kau menggunakan ini untuk melindungi seseorang. Saat kekuatan itu hendak menguasaimu, segera lepaskan!"Hanya beberapa kali saja aku melatihnya. Khalua memujiku sangat bagus dalam penguasaan materi yang dia berikan. Saat kembali pulang, aku mengatakan padanya sudah senang berada disini."Ya, tapi kau tetap harus ke tempat lain. Ingat, Artemis! Kebagkitan kedua kekuatanmu belum terjadi.""Sayangnya
Kembali ke pohon yang serba berwarna merah muda itu kecuali bagian batangnya. Khalua meminta Asnee untuk memanjatnya dan menggigit buahnya yang masih tergantung. Sebenarnya Asnee kesal, rasanya itu susah sekali. Lagipula tujuannya apa dia juga tidak paham."Tapi baiklah akan aku lakukan.""Bukannya di bawah ada banyak buah yang terjatuh, Khalua. Maaf jika aku lancang untuk urusan ini.""Khasiat buahnya berbeda dengan yang masih tergantung, Purnama. Kau akan melihatnya sendiri."Memang awalnya Asnee kesal. Tapi saat memanjat dan buahnya nampak bersinar, dia jadi tergiur untuk menggigitnya. Baru satu gigitan saja tiba-tiba dia mengeluh kepalanya pusing."Gawat! Sepertinya dia mau terjatuh!""Tangkap dia, Artemis!""Hei, jangan menyuruhku saja! Kau juga Dova... uwoow!""Syuut!""Apa yang uwaaa...!""Bruuk!""Biar aku saja!"Sialnya, aku dan Dova terpeleset buah Kuula yang bertebaran dibawah. Ketika teri