Tak ada perpisahan yang istimewa dari kakek nenek itu serta cucunya yang ternyata EARTHSEED berjenis Natura. Ya, Madeline sempat bercerita sedikit ia mendapatkan kemampuan itu dari ibunya dan nenek kandungnya. Baru kusadari rupanya Madeline hanyalah cucu angkat dari Kakek Z dan Nenek Peramal Masa Lalu itu.Hanya saja ada yang berkesan untuk Dova kali ini. Ia mendapat ide untuk julukan pada dirinya sendiri yaitu Cyborg One Eye. Madeline juga memberikan sesuatu pada Dova yang disebutnya bunga Mawar. Sampai dia terus memandanginya."Hei, kenapa denganmu?""Tidak apa, aku hanya merasakan sesuatu yang aneh. Aku tak bisa menjelaskannya padamu, Artemis!"Apakah pemberian Madeline membuatnya jadi memiliki perasaan yang berbeda? Entahlah, jelasnya aku merasakan Dova lebih lembut saat ini. Serenada sibuk menyeruput coklat hangat yang baru saja ia seduh sendiri."Sebentar lagi kita akan sampai, Artemis."Akhirnya sampai juga, butuh waktu dan penantian yang panjang untuk menjawab misteri dari Max.
Obrolan diambil alih oleh Profesor Madrosa. Sedikitnya beliau menjelaskan lagi tentang EARTHSEED. Dari saku jas laboratoriumnya juga dikeluarkan batu yang ukurannya sama dengan Katilayu milikku."Ini disebut batu Badar Besi, seharusnya menjadi milik Irana. Namun aku masih menelitinya sampai sekarang. Kenapa belum bisa membuat Irana mengendalikan kekuatan listriknya?"Bahkan lebih parah lagi, saat Irana dalam kondisi emosi luar biasa dia bisa membuat langit bergemuruh hingga petir turun. Ternyata ini yang membuat Profesor Madrosa bersembunyi dan terus meneliti tentang batu ini juga kekuatan Irana."Sejujurnya aku kasihan padanya. Ibunya meninggal setelah melahirkannya. Ayahnya menyerahkan dia padaku karena tak sanggup lagi. Waktu dia bayi, tak ada yang mampu menggendongnya karena akan tersetrum oleh Irana.""Tapi kan aku sudah bilang sama kakek. Aku tak mau kekuatan ini! Seharusnya sejak dulu bisa....""Iya, Irana sayang. Kakek tahu itu, tapi alat itu sangat berbahaya untukmu. Jangan sa
Kembali aku menelan saliva. Semua orang di ruangan ini menatapku dengan serius. Dova mendekatiku sambil menepuk pundakku. Kepalanya sedikit didekatkan pada telinga kananku."Kenapa kau lakukan ini, Artemis?""Hanya itu solusinya, Dova. Kurasa ini bisa menjadi penebus kesalahanku yang telah membuat kau memiliki mata siberkinetik itu."Dova terkejut mendengarnya, ia kini menatapku lekat. Hanya senyuman yang kuberikan padanya. Maaf bukannya aku ingin mati, tapi setiap hal yang kita putuskan tentu memiliki resiko bukan?"Kau akan mati itu resiko terburuknya. Bagaimana dengan Serenada? Dia pasti akan...."Iya, bagaimana dengan Serenada? Kulihat raut wajahnya sedih. Akhirnya aku berjalan menghampirinya. Mengangkat sedikit dagunya dengan dua jari. Matanya sudah berkaca saat menatapku."Setelah sekian lama perjalanan ini haruskah aku kehilangan dirimu, Artemis?""Tidak, yakinlah padaku! Kau masih ingat apa kata peramal di Ichi Hana? Akan ada banyak rintangan yang harus kita lalui.""Berjanjila
"A-apa ini? Kenapa ada gempa?""Aneh, jarang sekali terjadi gempa disini. Tapi ini kuat sekali!""Aku harus membuka...aduh! Pintunya...aaa! Irana, tolong tekan tombol hijau itu!"Irana bersusah payah mencapai tempat dimana tombol hijau itu berada. Tangannya sulit untuk meraih meja kontrol, meski akhirnya bisa juga. Saat pintunya terbuka, seketika gempanya berhenti. Kepulan asap tipis muncul, sebelum akhirnya nampak Artemis berjalan keluar dari mesin itu."Profesor... Artemis masih hidup!""Dova, kau jangan bercanda disituasi semacam ini! Hah? Astaga... aku nyaris tak percaya!""Kakek tidak salah lihat, Artemis masih hidup! Ta-tapi kenapa dengan matanya yang....""Mata itu, kekuatan EARTHSEED-nya masih ada! Apakah ini artinya bukan menghapus tapi....""Dova, kenapa Artemis nampak mengerikan. Aku takut...."Dova juga sebenarnya ketakutan, dia mengajak Serenada untuk kabur. Artemis terus berjalan ke arah mereka berdua. Tangan kanannya terangkat seolah ingin meraih dua orang itu. Tiba-tiba
Serenada sudah senang sekali bertemu denganku. Tiba-tiba saja dia loncat sambil memelukku. Duh, aku rasanya agak aaah...! Masalahnya posisiku masih dengan baju lama yang kancingnya terbuka semua. Dova datang membawakan semua bajuku. Berarti pesan dari jam tangan pintarku terkirim padanya."Iya, sudah Serenada! Tolong lepaskan dulu.""Aku sudah khawatir sekali padamu, Artemis. Jangan tinggalkan aku!""Nyatanya, aku masih hidup kok....""Plaaakkk!"Aduh, kenapa malah ditampar sih! Salahku apalagi coba? Air mata Serenada tak berhenti turun. Kembali dia memelukku. Iya, masalahnya yang ada dibawah itu sudah mendesak sekali. Rasanya aku sudah tak tahan! Untung saja Dova paham dan langsung menyingkirkan tubuh Serenada."Iiih...! Dova kenapa sih? Aku belum....""Kau ini bodoh atau terlalu polos atau bagaimana sih?""Hah! Kau meledekku bodoh?""Kau mau memukulku, Serenada? Pukul saja kalau bisa! Kenapa aku memintamu menyingkir karena itu....""Itu apa, Dova? Katakan yang jelas!""Punya Artemis
"Wanara ini aneh, Artemis! Dia bisa datang begitu saja tanpa perlu kita panggil. Salah satu tandanya kita akan dengar suara monyet saling bersahutan.""Jadi, itu informasi yang kau dapatkan dari orang sekitar sini. Eh, tapi apa itu monyet?""Astaga! Kau tidak tahu? Itu nama binatang yang...ah nanti kau juga melihatnya!"Memang aku tidak tahu apa itu monyet, Irana! Semua hewan dianggap sudah punah selama aku tinggal di dalam Dome V-Corporation. Justru baru aku tahu kalau hewan dan tumbuhan itu masih ada setelah melakukan perjalanan ini."Uu...aa...uu...aa!""Ah, itu dia suara monyet! Se-sepertinya ada banyak deh. A-a-aku takut, Artemis!""Duh, suaranya berisik sekali! Memangnya mereka seperti...uwooow!"Akhirnya aku melihat seperti apa wujud hewan bernama monyet itu. Mereka kecil tapi ada banyak. Tangannya mirip seperti tangan manusia. Mereka semakin mendekat ke arah Irana dan aku. Membuat kami berdua terus berjalan mundur."Ihihihi....""Itu suara monyet juga?""Bukan! Itu suara orang,
Profesor Madrosa rasanya sudah seperti ayahku sendiri. Beliau bahkan mau mencarikanku tempat dimana aku bisa belajar lagi ilmu Arkeologi yang sesungguhnya. Aku senang, setidaknya bisa berkembang lagi disini. Tak lama lulus dari pendidikan itu, aku mendapat kabar lainnya."Temanku di B-Neo City sedang membutuhkan beberapa Arkeolog baru. Aku menyarankan kau untuk mengisi bagian itu. Bagaimana Artemis?""Kurasa tidak masalah, Profesor. Nantinya ada semacam tes atau apa begitu?""Yaah, kurasa hanya wawancara saja. Eh, aku tak bisa memastikannya. Setidaknya kau datang kesana dulu.""Baiklah, kapan waktunya aku harus kesana?"Sementara aku sibuk mempersiapkan ini semua, Dova juga sama sibuknya. Dia beberapa kali ke Dwatta Island menemui Dexta. Sama sepertiku yang mau belajar lagi bahkan dia mulai memberanikan diri untuk belajar sistem robotik.Dova tidak sendirian, dia dibantu oleh Irana yang ternyata sama seperti dirinya. Rencananya mereka memang mau kerjasama untuk membuat alat canggih ter
Tak ada yang tahu Dova kemana sampai Irana tiba-tiba teringat sesuatu tentang kebiasaan laki-laki yang disukainya itu. Perlahan Irana memasuki Hutan AlasRo dengan memakai gaunnya. Cukup sulit, beberapa kali gaunnya tersangkut ranting yang terjatuh."Uuh... aku sebenarnya tak biasa memakai gaun seperti ini!"Irana sangat yakin jika Dova berusaha kabur dari pesta pernikahan sahabatnya itu. Bukannya dia tak suka melihat Artemis menikah dengan Serenada. Namun itu bukan kebiasaannya, dia lebih suka menyendiri. Berada dalam suasana yang tak terlalu ramai orang.Akhirnya Irana menemukan Dova sedang berbicara dengan Wanara. Inilah pertama kalinya dia bertemu dengan guru dari Artemis, Serenada dan Irana. Berusaha mencuri dengar pembicaraan keduanya, Irana memilih tempat bersembunyi yang aman."Ihihi... kau sedih perjalananmu telah berakhir, Dova?""Ya, padahal aku masih mau melakukan perjalanan lagi. Kurasa itu tidak akan mungkin terjadi. Kau tadi bilang namamu adalah Wanara?""Ihihi...itu bena