Beranda / Fantasi / Another Maze / Time Machine Accident

Share

Time Machine Accident

Penulis: A. JOEZAH
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-08 13:42:31

Di bawah reruntuhan puing-puing bangunan, di sebuah lubang galian terdapat tempat persembunyian.

Tampak seorang perempuan berkostum panda dengan logo WG-Tech di punggung bersembunyi. Sambil berteduh di bawah payung, dia memencet tombol rahasia di telapak tangan kirinya.

Blab!

Muncullah sebuah tablet hologram terpancar dari tangannya.

Perempuan itu mengetikkan sebuah nomor panggilan, dan langsung terhubung ke sebuah kontak melalui video call.

“Yuriko, kenapa kau baru menghubungiku?” sapa bos dengan tampilan avatar kucing.

“Sachi menyerang saya, sekarang saya sedang bersembunyi di dalam lubang.”

“Sachi? Kau bertemu Sachi?”

“Iya Tuan, tampaknya ia sekarang sedang bersama Robert Hans.” jawab Yuriko.

“Robert Hans?” sahut bos terkejut.

“Apa yang harus saya lakukan, Tuan Muda?”

“Segera berangkat ke Im­-Tech dan temui Lenna di sana.” perintah bos.

“Baik, Tuan Muda!”

“Oh ya, satu hal lagi,”

“Apa itu Tuan?”

“Kenapa kau tidak menikah .…”

Blip!

Yuriko langsung mengakhiri panggilan dan menutup tablet hologramnya.

**

Hans terkejut.

Raut wajahnya berubah serius.

Matanya melotot. Dia pun menjauh beberapa langkah dengan kedua tangan mendorong ke depan.

“Kau? … kau menjelajah waktu?”

Zora terdiam sejenak. Dia menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

“Aku tak bisa memberitahumu.” jawab Zora.

“Apa WG berhasil menciptakan mesin waktu?”

“Jika kau penasaran, kau bisa ikuti aku ke suatu tempat.”

“Kau mau mengajakku ke WG?”

“Lebih tepatnya aku mengajakmu ke tempat mesin waktu.” jawab Zora, “Jika kau tak mau, silakan.”

“Aku akan kembali dan melanjutkan perjalananku menjelajah waktu.” imbuh Zora memancing Hans.

Tak butuh waktu lama, anehnya Hans langsung menyetujui ajakan Zora.

“Baiklah, aku ikut denganmu. Tapi, aku tak berminat menjelajah waktu!”

Zora menatap lurus mata Hans.

Dia lalu mengeluarkan sebuah kapsul kecil dari dalam kantong celananya.

Pluk!

Kapsul itu dibuka dan keluarlah seekor nyamuk yang langsung hinggap di telapak tangan Zora.

“Mengapa kau membawa nyamuk?”

“Nyamuk ini akan menjadi kendaraan kita Hans.”

“Hahh?” kejut Hans.

“Sudahlah, kau lihat saja!”

Nyamuk itu di letakkan Zora di atas tanah.

Zora lalu mengarahkan tangan cyborg-nya ke arah nyamuk.

Blip!

Sebuah pancaran cahaya biru keluar dari telapak tangan Zora, menyinari nyamuk tersebut.

Nyamuk itu perlahan membesar, hingga seukuran gajah. Terdapat sebuah pintu terbuka otomatis dari perut nyamuk.

“Waow!” kejut Hans.

“Tak ada waktu untuk terkejut!”

“Sekarang naiklah!” ajak Zora sembari menahan pintu.

Tanpa ragu Hans menurut.

Mereka masuk ke dalam. Nyamuk itu langsung berangkat, terbang dan membawa mereka berdua pergi.

Wuushh!

Nyamuk itu terbang melesat seperti jet.

Tak butuh waktu lama mereka langsung tiba di tujuan.

“Huuhhh … huuuhh.”

“Rasanya jantungku mau copot, aku tak mau naik nyamuk ini lagi.” keluh Hans sembari memegang dadanya.

“Butuh seratus tahun lagi kau akan terbiasa Hans!” canda Zora, “Ini hanyalah pesawat jet berbentuk nyamuk.” imbuh Zora.

“Sudah kuduga!”

**

Selang beberapa saat, nyamuk itu kembali mengecil setelah disinari Zora. Lalu dimasukkannya kembali ke dalam kapsul.

Mereka telah berada tepat di depan sebuah laboratorium berbentuk rumah keong.

Di atas pintu masuk terdapat logo WG-Tech.

Hans bergeming, dia tampak ragu memasukinya.

“Apa yang kau tunggu?”

“Masuklah, Hans!” ajak Zora.

Hans tetap bergeming, Zora pun terpaksa menarik tangan Hans.

Di depan pintu tampak dua unit robot penjaga mempersilakan masuk.

Blak!

Pintu terbuka otomatis.

Atmosfer udara terasa lebih sejuk saat mereka menginjakkan kaki ke dalam ruangan.

Tampak beberapa mata asing memandang ke arah Hans.

Seorang perempuan berambut pirang panjang, berkacamata dan berpakaian jas lab berjalan lurus menghampiri Zora.

“Sachi, tak kusangka kau kembali lebih cepat. Semua orang kesulitan menangani mesin waktu ini.” sambut perempuan tersebut.

Perempuan itu lalu melirik ke arah Hans.

“Siapa pria tampan ini?”

“Dia Robert Hans.” jawab Zora sambil menunjuk Hans.

Perempuan itu mengangguk.

Dia mencoba bersikap ramah dengan menjabat tangan Hans.

“Ernest Voynest, dari New Zealand.”

Hans membalas jabat tangan perempuan tersebut.

“Robert Hans, dan aku tak ingat asalku dari mana.” jawab Hans polos.

Ernest tertawa kecil.

“Kau lucu sekali Robert Hans!” kekeh Ernest sembari menepuk pundak Hans.

“Ehemm!”

“Eren, Robert Hans ini ilmuan terkenal yang membuat rancangan mesin waktu. Jadi, sebaiknya kau antarkan kami ke ruangan itu!” celetuk Zora.

“Baiklah,”

“Akan kuantar kalian.” ajak Ernest.

**

Di sepanjang perjalanan, pandangan Hans tak berhenti mengamati sekitar.

“Apa ini baru pertama kalinya kau ke sini?” tanya Zora.

“Tidak.”

“Tapi kurasa laboratorium ini tidak banyak berubah sejak dulu.” jawab Hans.

“Andai kau dulu tidak keluar dari WG, pasti laboratorium ini lebih banyak perubahan.” sanggah Zora.

“Kau seperti telah lama mengenalku.” timpal Hans, “Kau juga tampak dekat dengan perempuan itu, jangan-jangan kau sebenarnya bukan time traveler?” imbuh Hans curiga.

“Entahlah.”

Sesampainya di depan sebuah pintu, Ernest lalu mengetikkan sebuah kode.

Teet!

Bunyi kode salah, pintu tetap tak mau terbuka.

Tok!

Tok!

Tok!

Ernest mengetuk pintu.

“Jhony! Grey! Tolong bukakan pintunya!” pinta Ernest.

Tak ada jawaban, selang beberapa saat karena tidak sabar, Hans dengan sigap mengambil alih, lalu mengetikkan sebuah kode.

Blak!

Pintu langsung terbuka.

“Waow, cool!” sahut Ernest.

Mereka langsung masuk ke dalam. Tampak beberapa ilmuan sedang sibuk mengotak-atik sebuah mesin raksasa dengan portal lingkaran berada di tengah.

Sementara beberapa ilmuan lain sibuk mengoperasikan komputer yang terhubung dengan mesin tersebut.

Plak!

Ernest menepuk tangan sekali.

“Baiklah, kalian semua dengarkan .…” tutur Ernest terpotong melihat Hans tiba-tiba lancang mendekat ke tempat mesin tersebut.

Zora hanya mengamati dari jauh.

Seluruh ilmuan terhenti.

Mereka menatap ke arah Hans yang kala itu mengambil beberapa suku cadang dari sebuah box yang berserakan.

Tanpa mengulur waktu, Hans langsung turut campur membenahi mesin tersebut. Dia juga memeriksa sambungan yang terhubung dengan portal.

“Tunggu Robert!”

“Kau tak bisa seenaknya ikut campur dalam proyek mesin waktu ini!” ketus Ernes.

“Diamlah Eren!” sahut Zora, “Biarkan Hans melanjutkan mesin waktu ciptaannya ini, karena hanya dia yang tau cara menyelesaikannya.”

“Tak bisa seperti itu!” bantah Ernest.

“Robert bukan siapa-siapa di sini! Dia harus mendapatkan izin dariku! Jika dia lancang seperti itu maka aku berhak mengusirnya!” imbuhnya.

“Baiklah, silakan lakukan sesukamu!” balas Zora enteng.

Ernest berjalan menghampiri Hans.

“Kau cepat pergi dari sini!” usir Ernest sambil menarik tangan kiri Hans.

Blap!

Tak disangka, tiba-tiba portal mesin waktu menyala terang dan mendadak berfungsi.

Kelap-kelip lampu berputar di sekeliling portal, ditambah pusaran lubang hitam misterius muncul di tengah portal.

Seluruh ilmuan tercengang.

Mereka kaget, heran sekaligus kagum bercampur aduk melihat sebuah pemandangan yang tak pernah dilihatnya.

“Ye!! Hore!!!” sorak para ilmuan kegirangan.

Para ilmuan itu sontak mendorong Ernest dan merangkul Hans.

Mereka tak menyangka kerja keras mereka terbayar lunas setelah bertahun-tahun lamanya bekerja menyelesaikan penemuan terbengkalai Hans.

Hans tampak lega, terlihat dari raut mukanya.

Zora tersenyum, sementara Ernest mati kutu.

“Tidak mungkin!” bantah Ernest sembari menggelengkan kepala.

“Kau sudah puas 'kan, Eren?” timpal Zora.

“Tidak!”

Ernest menjauh beberapa langkah.

“Tidak, mesin waktu ini tidak mungkin bisa berfungsi!” bantah Ernest tidak percaya.

Hans merasa ada yang janggal dengan mesin waktu tersebut, dia lalu mengecek komputer. Selang beberapa menit, sebuah insiden terjadi.

Boom!!!

Tiba-tiba terdengar ledakan keras memekakkan telinga dari dalam portal mesin waktu.

Seluruh aliran listrik mendadak terputus.

Ruangan menjadi gelap, dan hanya ada sumber penerang dari portal mesin waktu.

Seluruh ilmuan mendadak pingsan.

Hanya tersisa Zora yang setengah sadar.

“Hans ….” gumam Zora lirih.

Selang beberapa detik, sebuah bola kristal tiba-tiba muncul.

Bluk!

Bola seukuran ball tenis itu terlempar keluar dari dalam portal mesin waktu.

Dhuaak!

Bola itu membentur tepat mengenai kepala Hans, membuatnya sadarkan diri.

“Aduh! Siapa yang melemparku ini?” gumam Hans sambil memegang dahinya.

Hans heran.

Ruangan tiba-tiba menjadi gelap.

Cahaya dalam portal mesin waktu meredup, ditambah semua orang tergeletak pingsan.

Hans lalu menopang tubuhnya dengan kedua tangan. Dia bertambah heran ketika melihat di dekatnya terdapat sebuah bola kristal.

“Bola apa ini?” gumam Hans.

Tanpa ragu-ragu Hans memegang bola tersebut.

Diraba-rabanya, bola itu terasa halus, dan dingin seperti kaca.

Karena kesal, Hans iseng melempar bola itu ke sembarang dinding.

Dhuk!

Bola itu justru memantul dan kembali ke tangan Hans dengan bentuk masih utuh.

“Aneh sekali!”

“Sebaiknya aku simpan saja bola ini.” gumamnya.

Tak disangka, bola itu tiba-tiba menyala.

Hans bertambah panik, dia lalu melepaskan bola tersebut.

Nyala bola itu semakin terang menyilaukan.

Boom!!

Hanya dalam hitungan detik bola itu meledak.

Menghancurkan seisi ruangan, hingga seluruh laboratorium.

Hans kembali tergeletak pingsan, tak sadarkan diri.

Akibat ledakan tersebut, seluruh tabung kimia di ruangan sebelah tumpah berceceran membasahi seluruh lantai, memicu terjadinya kebakaran hebat yang tak dapat terbayangkan.

Api berkobar semakin membesar hingga menjalar ke dalam ruangan mesin waktu.

Zora menyadari, dengan sigap dia langsung bangkit berdiri. Zora berjalan tertatih-tatih, mendekati Hans yang mulai dikelilingi kobaran api. Dengan sangat berani, Zora melompat, menerjang masuk ke dalam kobaran api, sementara dinding-dinding ruangan meretak, dan perlahan roboh.

Seluruh atap laboratorium ambruk, puing-puingnya menimpa punggung Zora yang kala itu menjadi tameng untuk melindungi Hans. Tanpa berpikir panjang, dengan tubuh memar, penuh luka dan berdarah, Zora langsung mengangkat tubuh Hans, dan dia gendong di punggungnya. Zora tetap memaksakan diri, berjalan selangkah demi selangkah, menghindari kobaran api, menerjang hawa panas dengan udara menipis akibat asap tebal di sekelilingnya.

Selang beberapa saat pandangan mata Zora mulai kabur, kepalanya terasa pusing berputar-putar. Dia sempat ambruk beberapa kali, tubuhnya terkulai lemas, namun terus berusaha bangkit.

Zora merangkak dengan sekuat tenaga mencari jalan keluar, namun sia-sia.

Tak ada jalan keluar.

Seluruh ruangan telah dilalap api. Kadar udara bersih mulai menipis, kandungan asap tebal beracun sering kali terhirup masuk ke dalam tubuh Zora, membuatnya sesekali batuk dan sesak napas.

Zora tampak putus asa, “Apakah aku akan berakhir di sini?” gumamnya.

Tubuh Zora semakin lemas.

Tiba-tiba muncul seberkas cahaya bersinar terang, menyala kembali dari dalam portal mesin waktu.

Tak disangka, mesin waktu tersebut masih berfungsi.

Tanpa aliran listrik, tanpa energi cadangan.

Tidak ada pilihan lain, Zora akhirnya memberanikan diri merangkak masuk ke dalam portal tersebut.

Walau belum ter-setting waktu dan tempat, Zora tidak lagi peduli.

Tangannya langsung menembus dinding portal dan tubuhnya terdorong masuk ke dalam portal mesin waktu.

Bruak! 

Zora terjatuh.

Di punggungnya masih menggendong Hans.

Tak disangka, dia telah berada di dalam ruang hampa putih keseluruhan.

“Apa ini di akhirat?” gumam Zora.

Tiba-tiba di hadapannya muncul sosok perempuan raksasa cantik.

Perempuan misterius itu melayang.

Sosok tersebut mengenakan gaun biru dan memakai mahkota.

“Ternyata aku di akhirat.” gumam Zora.

***

Bab terkait

  • Another Maze   Meet the Goddess

    Portal mesin waktu perlahan lenyap dengan sendirinya. Dengan pandangan mata kabur, Zora melihat sosok perempuan misterius tersebut terbang mendekat ke arahnya. Perempuan itu berambut merah scarlet, lurus terurai panjang semata kaki. Di atas kepalanya terdapat mahkota hitam berhias berlian, dengan dua tanduk merah kecil menyala-nyala. Tubuh perempuan itu perlahan menyusut, kedua sayapnya menghilang, dan berjalan menyerupai manusia. Berparas cantik dengan ekspresi datar, dan matanya terpejam. Kulitnya putih pucat, tubuhnya bersinar, memancarkan aura kehijauan. Zora tertegun, matanya terus memandang lurus ke arah perempuan tersebut tanpa berkedip. Perempuan itu mengenakan gaun cantik berwarna biru kelasi berbentuk unik, dan memegang sebuah tongkat aneh. “Bidadari cantik sekali ... mungkin ini di surga.” gumam Zora. Perempuan misterius itu mengentakkan tongkatnya. Dhuk! Tiba-tiba seluruh ruang putih hampa i

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-08
  • Another Maze   Time Distortion

    Neirda tampak serius. Dia lalu menghadap lurus ke arah Zora dan mulai menjelaskan. “Pertama, kau harus mencari kepingan air mata Aldebran yang terpencar di seluruh alam semesta, termasuk dunia paralel. Lalu, kau harus menemukan dan membunuh The GiantBlackDoloro.” jelas Neirda, “Dan yang kedua lebih mudah, kau hanya perlu menghabisi nyawamu sendiri atau pria yang bersamamu itu.” “Jangan main-main denganku!” murka Zora. Matanya menyala biru. Tanpa berpikir panjang, Zora langsung menyerang Neirda dengan senjata meriam laser dari tangannya. Zabb! Meriam laser berwarna biru dengan cepat melesat mengenai tubuh Neirda. Blasst! Meriam itu tiba-tiba berhenti, dengan sekejap terhempas tepat sebelum mengenai Neirda. “Seranganku tidak mempan sama sekali?” kejut Zora sembari tangannya gemetaran. Neirda tetap tenang tak membalas, dia lalu berjalan membelakangi Zora beberapa langkah sambil melanjutkan penje

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-15
  • Another Maze   The Arrogant Girl

    Sepuluh cyborg tipe Eleven berbadan besar dan bertubuh kekar berhadapan dengan seorang gadis bertopi tinggi yang mengenakan penutup mata sebelah. Gadis itu tampak sedang tertidur dengan posisi berdiri. Dengan sekejap, seluruh cyborg tersebut menyerang dari segala arah secara acak. Tanpa memberi celah sedikit pun, dengan beragam senjata yang mereka pakai, gadis itu mampu menghindarinya dengan refleks akrobatik yang sangat cantik. Seluruh bidikan laser yang mengarah ke arahnya mampu ditepis hanya dengan melempar beberapa lembar tisu yang diambilnya dari saku baju. Empat cyborg dengan senjata gergaji mesin maju menyerangnya dari segala arah. Secara mengejutkan, empat unit cyborgdengan mudah dihancurkan hingga meledak hanya dengan beberapa sentilan peluru tisu sebesar kelereng. Para cyborg lain tampak mundur menjauh dari gadis aneh tersebut. Dua buah meriam raksasa dari ribuan tisu yang bergerak menyatu membalut kedua ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-16
  • Another Maze   The Bland Dish

    Seluruh rombongan Im-Tech tercengang. Di tengah situasi mencekam, mereka tak menyangka Lenna sekeji itu menembak Dhea yang sama sekali tak bersalah. Berbeda dengan Yuriko, dia tampak biasa saja, seolah tidak peduli dengan situasi sambil asyik mencamil bungkusan snack. Jessie tersenyum sembari membuang rantai borgolnya, “Adik kecilku yang bodoh, kau sama sekali tidak berubah!” gumamnya. Lenna mengalihkan pandangan sembari menodongkan pistol ke arah rombongan Im-Tech di sekitarnya, “Apa yang kalian lihat?” Para rombongan Im-Tech ketakutan sambil menundukkan pandangan mereka. “Trixie!!” Lenna memanggil, Trixie langsung datang memenuhi panggilan. Lenna hanya melirik ke arah Trixie. Tanpa diperintah, Trixie langsung memahami apa yang hendak dikatakan Lenna. “Kalian bantu aku perbaiki laboratorium ini, kau juga orang WG!” perintah Trixie , “Hari ini kita akan sangat sibuk! Jangan ada yang bermalas-malasan!” “Bagaimana kau bisa memah

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • Another Maze   To 40.000 Years Ago - 01

    Seorang pria berambut biru acak-acakan tiba-tiba mengayun-ayunkan sebuah cangkul garpu dengan ujung yang terbakar api tepat ke arah Trixie. Dia tampak begitu kesal dan menyerang asal-asalan. Tanpa perintah dari Lenna, Trixie hanya menghindar. Dia tak dapat menghubungi Lenna setelah alat pemancar tablet hologram miliknya mendadak dihancurkan pria tersebut. Begitu pula dengan para rombongan, mereka terpaksa diam tak mengambil tindakan. Pria tersebut mengenakan jas lab lusuh berlogo WG-Tech. Dia bersama dengan dua unit robot tiba-tiba muncul menyerang Trixie. Pria itu terkejut dan berhenti setelah menyadari logo Im-Tech terpampang jelas di topi Trixie, “Im-Tech?” Pria itu lalu menurunkan senjata, diikuti dua unit robot di belakangnya. “Akhirnya kalian datang,” “Terima kasih telah ….” ucap pria itu terpotong. “Tak perlu basa-basi!” sahut Lenna dari jauh. Seluruh mata tertuju pada Lenna. Dia lalu berjalan mendekat menghampiri pria tersebut,

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Another Maze   To 40.000 Years Ago - 02

    Yuriko terbangun dari tidurnya. Dia melihat di sekelilingnya para rombongan Im-Tech tertidur pulas di samping hidangan yang tersisa sebagian. “Orang Im-Tech sangat pemalas.” gumam Yuriko sembari menguap lega, “Lebih baik aku cari angin segar dulu.” ** Jessie berjalan di tengah hutan dengan menenteng shotgun kesayangannya. Dia mendapati sebuah borgol leher bekas dengan beberapa lembar potongan perban berserakan di atas rerumputan. “Ternyata benar dugaanku, dasar adik bodoh!” batin Jessie. Dia lalu menoleh ke setiap arah seolah mencari tahu jejak Dhea, “Jika perempuan itu berhasil kabur, seharusnya dia meninggalkan jejaknya di sini.” gumam Jessie curiga. “Sebaiknya aku mengabari orang itu.” imbuh Jessie sembari membuka tablet hologramnya. Selang beberapa menit, Yuriko berpapasan dengan Jessie yang tengah menghalangi jalannya. Di tengah situasi yang sangat canggung, mereka hanya saling bertatapan sinis. “Minggir kau panda

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • Another Maze   To 40.000 Years Ago - 03

    Di bawah pepohonan rindang. Dengan membawa dua botol mineral, pria berambut biru dengan santainya duduk di sebelah Ernest yang tengah asyik menonton video dari tablet hologramnya. Sambil meneguk botol minuman, pria itu penasaran mengamati raut wajah Ernest yang tak biasanya tampak serius. “Kau serius sekali,” ucap pria itu mengawali obrolan. Sementara Ernest tetap diam tak menggubris. “Minumlah!” ucap pria itu sembari menyodorkan sebotol minuman ke arahnya. “Bisakah kau tidak menggangguku?” sahut Ernest ketus. “Membosankan.” jawab pria itu asal. Situasi menjadi sangat canggung. Ernest masih tetap sibuk dengan tablet hologramnya. “Tak kusangka kau mengizinkan mereka memasuki ruang mesin waktu. Aku penasaran, sebenarnya apa tujuanmu?” tanya pria itu memancing, sementara Ernest dengan sinis menatap pria tersebut. “Tak ada yang perlu kujelaskan. Bisakah kau tak terus-menerus mencampuri urusan WG?” Pria itu menyerin

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-05
  • Another Maze   Hallovach

    Sebuah bayangan semu perlahan mendekat. Bayangan putih bersinar itu perlahan memperjelas wujudnya. Sebuah bayangan dengan wajah samar yang tak pernah dikenali Robert Hans sebelumnya. Terdengar suara lirih seorang wanita memanggil namanya. “Robert Hans ….” Suara itu terus memanggilnya berulang-ulang hingga terdengar semakin jelas. Wanita misterius itu tiba-tiba merintih, memohon di hadapan Hans dengan suara mendayu-dayu, “Robert Hans, tolonglah! Biarkan aku membunuhmu!” ** Tiga hari berlalu, Hans akhirnya terbangun dari pingsan dan perlahan membuka matanya. “Mimpi yang sangat aneh.” gumam Hans lirih, matanya masih tampak sayu. Hembusan angin segar, ditambah hangatnya sinar mentari, menambah nikmatnya suasana tenang, membuat Hans lebih memilih rebahan, malas beranjak dari tempatnya. Hans kala itu masih setengah sadar, dia merasa ada yang janggal. Dia mencium semerbak aroma sangat wangi yang tak pernah dirasakannya sebelumnya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-07

Bab terbaru

  • Another Maze   The Gate Aisle

    Beberapa minggu lalu, di Dunia Hampa. Neirda ambruk bertekuk lutut. Tek! Tongkatnya menggelinding, terlepas dari genggamannya. Zora merangkak penuh hati-hati. Dengan pandangan kabur, dia tanpa sengaja menemukan tongkat Neirda. Zora terdesak, dia terpaksa mengambil tongkat tersebut. Diputar-putarnya sembari berharap terjadi suatu keajaiban. Slap! Tiba-tiba muncul sebuah portal misterius dengan pusaran merah di tengah. Neirda menyadari. Portal misterius yang ada di hadapan Zora adalah sebuah portal yang tidak dapat dimasuki dengan sembarangan. Sontak dia melarang Zora mendekat. “Berhenti, Zora!” “Jangan masuk portal itu!” larang Neirda serius. Zora yang keras kepala tak peduli. Dalam benak pikirannya hanya ada satu pilihan yang dia tuju, kabur menyelamatkan diri dengan masuk ke dalam portal. Sambil memegang tongkat Neirda dan menggendong Hans, Zora bangkit berdiri. N

  • Another Maze   Hexehemnemeywheye - 03

    Bangunan kerucut suku Taktataora lenyap. Seluruh mata terperangah. Mereka terkejut keheranan, tak menyangka akan menyaksikan Hexehemnemeywheye secara langsung. Namun, berbeda dengan Noel yang tampak curiga seakan tak percaya, “Aneh sekali, mengapa muncul makhluk yang berbeda?” gumamnya penasaran. Para suku Taktataora langsung berbaris kompak lalu berlutut menyembah. Hans menelan ludah. Matanya tiada henti memandang kedua makhluk aneh yang muncul dari portal tersebut. Dia lalu bertanya kepada Xena, mencoba memastikan, “Mereka ini makhluk mitologi yang kau ceritakan tadi?” Xena sejenak terdiam keheranan. “Aku tidak mengerti, aku tidak pernah melihat kedua makhluk ini … wujud Hexehemnemeywheye seharusnya hanya seekor naga merah!” ujar Xena. “Hah? Jadi—” “Mereka bukan Hexehemnemeywheye,” sahut ketua suku yang berdiri membelakangi Hans, “mereka makhluk miripoid … para pengawal Hexehemnemeywheye, jarang sekal

  • Another Maze   Hexehemnemeywheye - 02

    Beberapa hari yang lalu. Di tengah pertemuan Neirda, Bethany dan Rosemary. Muncul sosok misterius berpenampilan serba putih di tengah mereka. Sosok itu seperti laki-laki, melayang, matanya tertutup kain dan membawa sebuah tongkat unik. “Iza?” ucap Neirda menebak, sementara Rosemary dan Bethany juga tampak cukup terkejut. Iza seketika itu membungkuk memberi penghormatan kepada Rosemary, lalu beralih pada Neirda dan Bethany. “Dengan berkah para dewa Aorda … sebagai utusannya … Zaseisye, atas terjadinya distorsi waktu, segeralah menuju Aorda!” ujar Iza, sosok laki-laki misterius tersebut. “Rose, Iza …! Zaseisye dan Bethany harus mengantarkan utusan GAIA itu ke Tetua Morga, aku juga harus melindungi salah seorang utusan GAIA yang tengah terpencar dari mereka. Dalam semesta mataku, ada beberapa utusan GAIA lain yang juga memasuki another maze, mereka butuh pengawal … mary.” sanggah Rosemary. “Mereka

  • Another Maze   Hexehemnemeywheye - 01

    Hans tertegun. Sembari menelan ludah, matanya terbelalak tiada henti menatap perubahan tubuh Xena. “Cantik sekali!” “Aku ingin membawanya pulang!” gumam Hans penuh gairah. Xena tersenyum menatap Hans yang tiada henti memandanginya. Dia malah asyik memutar-mutar badan sengaja memperlihatkan penampilan barunya pada Hans, “Aku lebih cantik, ‘kan? Kau bisa gunakan aku sesukamu!” Deg! Hans mulai goyah. Tubuhnya mendadak menggigil gemetar, “Surga merindukanku!” batin Hans kesenangan, sembari menelan ludah. Neirda menyadari, dia spontan menepuk pundak Hans yang hendak hilang kontrol. “Kita harus melanjutkan perjalanan!” Hans tersadar. Dia mengangguk pelan perlahan setuju. “Sebentar! Aku butuh waktu untuk berpikir!” sahut Hans, “ini lebih dan lebih dari luar biasa! Dunia ini di luar akal sehat!” imbuh Hans terpukau sekaligus kebingungan. Noel sejenak melirik ke arah Hans, lalu pandangannya beralih ke arah

  • Another Maze   Tears of Aldebran

    Kakek tua itu hanya menatap sinis ke arah rombongan Hans, dan tampak acuh. Sambil membawa bola kristal hitam, dia tampak meregangkan punggung sembari memutar-mutar badan, “Ah nikmat sekali, badanku serasa muda lagi.” gumamnya sembari berlanjut menggaruk-garuk punggungnya yang gatal. Xena tampak serius, menatap kakek itu keheranan, “Ini … Tetua Agung Morga?” “Hah?” sahut kakek tersebut, sembari mendekatkan telinga, memperjelas pendengarannya. “Bukan, kakek ini cicit ke empat belas Tetua Morga!” timpal Yudolt berkulit kuning yang bersama mereka. “Hah?” kejut Xena kompak dengan Noel. “What the hell?” sahut Hans turut terkejut, sementara Neirda tampak menatap serius. Bethany berdiri menyambut kakek tua itu, “Panggilkan Tetua Morga kemari, bocah!” “Hah?” kejut Xena, Noel, dan Hans kompak. Sementara Neirda tampak menatap serius. Kakek itu sejenak melirik ke arah Bethany dan mengangguk seakan hafal dengan wajahnya, “T

  • Another Maze   The Great Elder Morga

    Noel berdiri menghadang, tangannya tampak begitu gemetar. “Makhluk ini bukan penyihir sembarangan.” gumam Noel setelah melihat Neirda memulihkan keadaan Hans menjadi normal seperti semula. “Neirda?” gumam Noel sekali lagi, seakan tak percaya. Neirda tampak tenang sembari berjalan menghampiri Noel. “Mengapa kau tidak membunuh Robert Hans?” tanya Neirda spontan, membuat Noel sangat terkejut keheranan. “Apa maksudmu?” sahut Noel penasaran. Neirda terdiam sejenak. Tanpa merapal sihir, tiba-tiba dari kejauhan, tangan Neirda menarik tubuh Robert Hans yang kala itu telah terbaring pingsan, dan membiarkannya melayang dalam sebuah sihir pelindung. “Dengan membunuh makhluk fana ini, kau akan mengakhiri penderitaannya, tapi ….” Neirda spontan menatap lurus wajah Noel dengan mata terpejamnya, “Doloro akan tetap ada!” Noel terkejut. “Doloro?” Mata hitam lebarnya mengkilap, insang kepalanya tampak mengepak-epak pertan

  • Another Maze   Past Memories

    WG-Tech, 24 tahun lalu. Dalam sebuah ruang penelitian. Seorang ilmuan tergeletak sekarat dengan tubuh bersimbah darah, di dekat seorang anak kecil, Robert Hans. Tangan anak itu tampak berlumuran darah, percikannya berceceran hingga menodai jas lab putihnya. Miranda yang tak sengaja membuka pintu, tampak terkejut. Dia mendapati kejadian tragis yang telah menimpa suaminya. Spontan Miranda masuk dan berlari tergesa-gesa menghampirinya. “Sayang! Bangunlah!” Miranda terus mengoyak-oyak tubuh suaminya yang tengah sekarat tersebut. Hatinya hancur, pedih, seakan tak percaya dengan kejadian mendadak yang menimpanya. “Apa yang terjadi? Katakan padaku!!” pekik Miranda histeris. Buliran air matanya tak terasa keluar, terus mengalir tak lagi dapat dibendung. Suaminya hanya mengerang kesakitan, mulutnya diam tak menjawab. Miranda spontan menatap tajam tanpa henti ke arah Robert Hans kecil, yang duduk memojok di bawah sebuah meja. “An

  • Another Maze   Mauropoid Forest - 03 (Fierce Battle)

    Tubuh Hans gemetar saking ketakutannya. Dia tak menyangka akan menghadapi kesatria terkuat di Halona. “Katakan, apa tujuanmu kemari? Siapa perempuan yang kau bawa bersamamu?” desak Noel. Hans menelan ludah. Dia tak tahu harus menjawab bagaimana. Dengan sisa tenaga, Xena dengan sigap berjalan merangkak melindungi Hans. “Tak ada gunanya, menyingkir dari hadapanku!” bentak Noel kasar. Dia lalu menendang keras tubuh Xena hingga membuatnya terpental jauh, dan jatuh terkapar. “Arrgh!!” Xena mengerang kesakitan. Namun, dia terus berusaha bangkit. “Keras kepala sekali!” Tanpa merapal, Noel lalu mengeluarkan sebuah lingkar sihir yang terpancar dari tangannya. Tubuh Xena mendadak terkunci tak bisa bergerak. Blap! Dua monster aneh menyerupai mermaid bersayap kelelawar dan bertanduk kambing, seketika muncul dengan membawa trisula raksasa. Monster tersebut berdiri sembari mengacungkan trisula mereka ke arah Xena. Han

  • Another Maze   Mauropoid Forest - 02

    Hans tampak cemas. Peluhnya bercucuran deras hingga membasahi jas labnya. “Penyihir jahat?” tanya Hans ketakutan, “planet macam apa ini?” “Ssst!” Xena berdesis memperingatkan, “kecilkan suaramu!” Hans mengangguk sembari menelan ludah. Raut wajah Xena tampak tegang. Dia menatap lurus ke dalam mata Hans, “Tetap sembunyi di sini! Aku akan keluar sebentar mengamati situasi ….” “Baiklah! Cepat kembali! Jangan jauh-jauh dariku!” pinta Hans cemas. Xena tersenyum sembari mengusap lembut kepala Hans. “Percayalah padaku! Aku akan mengorbankan segalanya untukmu!” Deg! Hans tertegun. Jantungnya berdebar-debar. Wajahnya memerah tersipu malu. “Cepatlah kembali!” Xena tak merespons. Dia langsung saja berbalik badan, merangkak keluar dari pohon dan mengintai Hea secara sembunyi-sembunyi. “Baiklah, ini kesempatanku mengambil sampel pohon ini!” gumam Hans penasaran, “untung aku menyisakan buah aneh ini,” Hans mengusap-usa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status