Home / Fantasi / Another Maze / Meet the Goddess

Share

Meet the Goddess

Author: A. JOEZAH
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Portal mesin waktu perlahan lenyap dengan sendirinya. Dengan pandangan mata kabur, Zora melihat sosok perempuan misterius tersebut terbang mendekat ke arahnya.

Perempuan itu berambut merah scarlet, lurus terurai panjang semata kaki. Di atas kepalanya terdapat mahkota hitam berhias berlian, dengan dua tanduk merah kecil menyala-nyala.

Tubuh perempuan itu perlahan menyusut, kedua sayapnya menghilang, dan berjalan menyerupai manusia.

Berparas cantik dengan ekspresi datar, dan matanya terpejam. Kulitnya putih pucat, tubuhnya bersinar, memancarkan aura kehijauan.

Zora tertegun, matanya terus memandang lurus ke arah perempuan tersebut tanpa berkedip.

Perempuan itu mengenakan gaun cantik berwarna biru kelasi berbentuk unik, dan memegang sebuah tongkat aneh.

“Bidadari cantik sekali ... mungkin ini di surga.” gumam Zora.

Perempuan misterius itu mengentakkan tongkatnya.

Dhuk!

Tiba-tiba seluruh ruang putih hampa itu berubah sekejap menjadi hamparan pemandangan luar angkasa.

“Keseimbangan dunia adalah suatu tatanan kosmos dalam rotasi perputaran waktu.” tutur perempuan misterius tersebut tiba-tiba.

“Perubahan dalam tatanan kosmos, akan mengubah segala bentuk eksistensi yang bergerak dinamis dalam suatu harmoni. Sebuah distorsi dalam perputaran semu menciptakan sebuah labirin yang berjalan dalam paradoks waktu.” imbuhnya.

“Siapakah engkau sebenarnya?” tanya Zora keheranan.

“Neirda adalah perwujudan dari celestial goddess, penjaga keseimbangan universal. Jika sebuah identitas dapat dipahami oleh akal fana sebagai realitas kehidupan, Neirda adalah sosok yang mendekati julukan penjaga tatanan waktu.”

“Neirda?”

“Penjaga waktu? Aku sama sekali tak mengerti apa yang kau ucapkan!” sanggah Zora, “Bisakah kau berbicara dengan bahasa yang aku mengerti?” imbuhnya.

Neirda terdiam sejenak.

Aura hijaunya perlahan lenyap, merasuk ke dalam tubuhnya.

**

Neirda lalu mengubah cara bicaranya.

“Sudah empat puluh ribu tahun lamanya semenjak bangsa GAIA menginjakkan kaki di tempat ini.”

“Akhirnya kau bicara normal juga,” ujar Zora, “Sekarang jawablah pertanyaanku, siapa kau sebenarnya?” desaknya.

“Namaku Neirda Zaseisye Ei’en Dezehzsa, bangsa GAIA biasa memanggilku Neirda Sang Dewi Waktu,”

“Namamu Ozora Sakaguchi bukan?” sambung Neirda.

Zora terkejut.

Dia berdiri sembari tetap menggendong Hans.

“Bagaimana kau tahu namaku?”

Neirda berjalan beberapa langkah. Cara berjalannya tampak elegan, laksana tuan putri dalam negeri impian.

“Mudah saja bagi Neirda mengenali bangsa GAIA.” jawab Neirda enteng, “Neirda juga tau apa yang kau cemaskan dalam pikiranmu.” imbuhnya.

Zora terkejut.

“Apa kau bisa membaca pikiranku?”

Neirda tak langsung menjawab.

Dia tiba-tiba mengarahkan tangan ke atas, lalu merapalkan sebuah mantra, "Zeistiye Aldebara, lich u ku Neirda. Zeistiye GAIA, kai zemet e Zora."

Tampak aura hitam berputar menyelimuti seluruh tubuhnya.

Tongkat anehnya bersinar.

Sebuah proyeksi terpampang luas  terpancar dari tongkat aneh tersebut.

Tampak sebuah rekaman saat insiden mesin waktu bersama Hans.

“Ini adalah ingatan terakhirmu,” jelas Neirda.

Lalu rekaman itu berganti menjadi wajah seorang laki-laki, yang tak lain adalah Robert Hans.

“Dan ini adalah apa yang kau cemaskan.”

Zora yang kala itu memandang dengan serius tiba-tiba terdiam dengan wajah tertunduk lesu.

Neirda memahami apa yang sedang dipikirkan Zora, dia mencoba membantu menjelaskannya.

“Melakukan perjalanan waktu, hal itu sebenarnya sangat tidak diperkenankan bagi makhluk fana maupun para dewa sekalipun.” ujar Neirda serius, “Mengganggu sebuah perputaran waktu, dapat menciptakan munculnya sebuah labirin lain.”

“Labirin lain? Aku tidak paham maksudmu!” sahut Zora penasaran.

“Jika sebuah labirin normal atau labirin waktu hanya dapat menghubungkan perjalanan menuju dunia masa lalu, dunia masa depan maupun dunia masa sekarang, maka sebuah labirin lain akan tercipta dari sebuah labirin waktu yang terhubung dengan sebuah labirin ruang. Labirin lain tersebut juga akan menghubungkan beberapa dunia yang berbeda seperti dunia paralel maupun dunia fantasi.”

Zora mengangguk, penjelasan Neirda telah berhasil dipahaminya.

“Aku mengerti, jadi perjalanan waktu akan menciptakan sebuah labirin lain. Apakah kau juga bisa menjelaskan, jika sebuah portal waktu dari duniaku terbuka, apakah seluruh portal dari setiap dunia akan ikut terbuka?” tanya Zora penasaran.

“Tidak!”

“Itu tergantung dari tujuanmu, dan tergantung jenis portal yang kau gunakan.” jawab Neirda, “Sebuah portal hanya akan terbuka jika diaktifkan terlebih dahulu."

Zora berpikir sejenak.

Di dalam benaknya masih banyak pertanyaan yang membuatnya semakin penasaran.

“Sebenarnya aku ini ada di mana? Mengapa aku bisa berada di sini?”

“Ini adalah dunia hampa. Dunia ini adalah tempat Neirda mengatur waktu.” jelas Neirda, “Kau telah memasuki sebuah portal kosong yang belum ter-setting, Zora. Sebenarnya portal tersebut sudah tidak dapat berfungsi lagi, namun pertemuan Neirda denganmu ini sudah diramalkan oleh para Dewa Aorda, maka Neirda harus membuka kembali portal tersebut.”

Zora tampak kebingungan, perkataan Neirda justru membuat pikirannya kalut dan terbeban, karena kejadian yang dialaminya sangat bertentangan dengan logika manusia normal. Zora berpikir keras, dia tidak dapat begitu saja mencerna seluruh kejadian aneh yang ada di sekitarnya.

“Cukup!”

“Aku tak peduli lagi dengan omong kosongmu!” bantah Zora.

Dia lalu menatap serius ke arah Neirda, sambil mengarahkan tangan cyborg yang dilengkapi meriam laser ke arahnya.

“Bagaimana caranya agar aku bisa kembali ke dunia asalku?” desak Zora.

Neirda tetap tenang, tak ada sedikit pun rasa khawatir di pikirannya.

“Empat puluh ribu tahun yang lalu bangsa GAIA juga bertanya sama persis sepertimu.” jawab Neirda, “Hanya ada dua pilihan agar kau bisa kembali lagi ke duniamu.” imbuhnya.

“Jangan berkelit!”

“Cepat katakan! Atau kuhabisi kau!” ketus Zora.

Dhuk!

Neirda mengentakkan tongkatnya.

Slap!

Layar proyeksi di hadapannya dengan sekejap menghilang, disertai seluruh ruangan kembali menjadi putih hampa seperti semula.

"Kau mengingatkan Neirda saat pertama kali bertemu dengan Eris." gumam Neirda.

***

Related chapters

  • Another Maze   Time Distortion

    Neirda tampak serius. Dia lalu menghadap lurus ke arah Zora dan mulai menjelaskan. “Pertama, kau harus mencari kepingan air mata Aldebran yang terpencar di seluruh alam semesta, termasuk dunia paralel. Lalu, kau harus menemukan dan membunuh The GiantBlackDoloro.” jelas Neirda, “Dan yang kedua lebih mudah, kau hanya perlu menghabisi nyawamu sendiri atau pria yang bersamamu itu.” “Jangan main-main denganku!” murka Zora. Matanya menyala biru. Tanpa berpikir panjang, Zora langsung menyerang Neirda dengan senjata meriam laser dari tangannya. Zabb! Meriam laser berwarna biru dengan cepat melesat mengenai tubuh Neirda. Blasst! Meriam itu tiba-tiba berhenti, dengan sekejap terhempas tepat sebelum mengenai Neirda. “Seranganku tidak mempan sama sekali?” kejut Zora sembari tangannya gemetaran. Neirda tetap tenang tak membalas, dia lalu berjalan membelakangi Zora beberapa langkah sambil melanjutkan penje

    Last Updated : 2024-10-29
  • Another Maze   The Arrogant Girl

    Sepuluh cyborg tipe Eleven berbadan besar dan bertubuh kekar berhadapan dengan seorang gadis bertopi tinggi yang mengenakan penutup mata sebelah. Gadis itu tampak sedang tertidur dengan posisi berdiri. Dengan sekejap, seluruh cyborg tersebut menyerang dari segala arah secara acak. Tanpa memberi celah sedikit pun, dengan beragam senjata yang mereka pakai, gadis itu mampu menghindarinya dengan refleks akrobatik yang sangat cantik. Seluruh bidikan laser yang mengarah ke arahnya mampu ditepis hanya dengan melempar beberapa lembar tisu yang diambilnya dari saku baju. Empat cyborg dengan senjata gergaji mesin maju menyerangnya dari segala arah. Secara mengejutkan, empat unit cyborgdengan mudah dihancurkan hingga meledak hanya dengan beberapa sentilan peluru tisu sebesar kelereng. Para cyborg lain tampak mundur menjauh dari gadis aneh tersebut. Dua buah meriam raksasa dari ribuan tisu yang bergerak menyatu membalut kedua ta

    Last Updated : 2024-10-29
  • Another Maze   The Bland Dish

    Seluruh rombongan Im-Tech tercengang. Di tengah situasi mencekam, mereka tak menyangka Lenna sekeji itu menembak Dhea yang sama sekali tak bersalah. Berbeda dengan Yuriko, dia tampak biasa saja, seolah tidak peduli dengan situasi sambil asyik mencamil bungkusan snack. Jessie tersenyum sembari membuang rantai borgolnya, “Adik kecilku yang bodoh, kau sama sekali tidak berubah!” gumamnya. Lenna mengalihkan pandangan sembari menodongkan pistol ke arah rombongan Im-Tech di sekitarnya, “Apa yang kalian lihat?” Para rombongan Im-Tech ketakutan sambil menundukkan pandangan mereka. “Trixie!!” Lenna memanggil, Trixie langsung datang memenuhi panggilan. Lenna hanya melirik ke arah Trixie. Tanpa diperintah, Trixie langsung memahami apa yang hendak dikatakan Lenna. “Kalian bantu aku perbaiki laboratorium ini, kau juga orang WG!” perintah Trixie , “Hari ini kita akan sangat sibuk! Jangan ada yang bermalas-malasan!” “Bagaimana kau bisa memah

    Last Updated : 2024-10-29
  • Another Maze   To 40.000 Years Ago - 01

    Seorang pria berambut biru acak-acakan tiba-tiba mengayun-ayunkan sebuah cangkul garpu dengan ujung yang terbakar api tepat ke arah Trixie. Dia tampak begitu kesal dan menyerang asal-asalan. Tanpa perintah dari Lenna, Trixie hanya menghindar. Dia tak dapat menghubungi Lenna setelah alat pemancar tablet hologram miliknya mendadak dihancurkan pria tersebut. Begitu pula dengan para rombongan, mereka terpaksa diam tak mengambil tindakan. Pria tersebut mengenakan jas lab lusuh berlogo WG-Tech. Dia bersama dengan dua unit robot tiba-tiba muncul menyerang Trixie. Pria itu terkejut dan berhenti setelah menyadari logo Im-Tech terpampang jelas di topi Trixie, “Im-Tech?” Pria itu lalu menurunkan senjata, diikuti dua unit robot di belakangnya. “Akhirnya kalian datang,” “Terima kasih telah ….” ucap pria itu terpotong. “Tak perlu basa-basi!” sahut Lenna dari jauh. Seluruh mata tertuju pada Lenna. Dia lalu berjalan mendekat menghampiri pria tersebut,

    Last Updated : 2024-10-29
  • Another Maze   To 40.000 Years Ago - 02

    Yuriko terbangun dari tidurnya. Dia melihat di sekelilingnya para rombongan Im-Tech tertidur pulas di samping hidangan yang tersisa sebagian. “Orang Im-Tech sangat pemalas.” gumam Yuriko sembari menguap lega, “Lebih baik aku cari angin segar dulu.” ** Jessie berjalan di tengah hutan dengan menenteng shotgun kesayangannya. Dia mendapati sebuah borgol leher bekas dengan beberapa lembar potongan perban berserakan di atas rerumputan. “Ternyata benar dugaanku, dasar adik bodoh!” batin Jessie. Dia lalu menoleh ke setiap arah seolah mencari tahu jejak Dhea, “Jika perempuan itu berhasil kabur, seharusnya dia meninggalkan jejaknya di sini.” gumam Jessie curiga. “Sebaiknya aku mengabari orang itu.” imbuh Jessie sembari membuka tablet hologramnya. Selang beberapa menit, Yuriko berpapasan dengan Jessie yang tengah menghalangi jalannya. Di tengah situasi yang sangat canggung, mereka hanya saling bertatapan sinis. “Minggir kau panda

    Last Updated : 2024-10-29
  • Another Maze   To 40.000 Years Ago - 03

    Di bawah pepohonan rindang. Dengan membawa dua botol mineral, pria berambut biru dengan santainya duduk di sebelah Ernest yang tengah asyik menonton video dari tablet hologramnya. Sambil meneguk botol minuman, pria itu penasaran mengamati raut wajah Ernest yang tak biasanya tampak serius. “Kau serius sekali,” ucap pria itu mengawali obrolan. Sementara Ernest tetap diam tak menggubris. “Minumlah!” ucap pria itu sembari menyodorkan sebotol minuman ke arahnya. “Bisakah kau tidak menggangguku?” sahut Ernest ketus. “Membosankan.” jawab pria itu asal. Situasi menjadi sangat canggung. Ernest masih tetap sibuk dengan tablet hologramnya. “Tak kusangka kau mengizinkan mereka memasuki ruang mesin waktu. Aku penasaran, sebenarnya apa tujuanmu?” tanya pria itu memancing, sementara Ernest dengan sinis menatap pria tersebut. “Tak ada yang perlu kujelaskan. Bisakah kau tak terus-menerus mencampuri urusan WG?” Pria itu menyerin

    Last Updated : 2024-10-29
  • Another Maze   Hallovach

    Sebuah bayangan semu perlahan mendekat. Bayangan putih bersinar itu perlahan memperjelas wujudnya. Sebuah bayangan dengan wajah samar yang tak pernah dikenali Robert Hans sebelumnya. Terdengar suara lirih seorang wanita memanggil namanya. “Robert Hans ….” Suara itu terus memanggilnya berulang-ulang hingga terdengar semakin jelas. Wanita misterius itu tiba-tiba merintih, memohon di hadapan Hans dengan suara mendayu-dayu, “Robert Hans, tolonglah! Biarkan aku membunuhmu!” ** Tiga hari berlalu, Hans akhirnya terbangun dari pingsan dan perlahan membuka matanya. “Mimpi yang sangat aneh.” gumam Hans lirih, matanya masih tampak sayu. Hembusan angin segar, ditambah hangatnya sinar mentari, menambah nikmatnya suasana tenang, membuat Hans lebih memilih rebahan, malas beranjak dari tempatnya. Hans kala itu masih setengah sadar, dia merasa ada yang janggal. Dia mencium semerbak aroma sangat wangi yang tak pernah dirasakannya sebelumnya.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Another Maze   Little Girl Trap

    Hans bergeming. Tatapan matanya yang kosong seolah tak ingin ada orang lain yang mengganggunya. Neirda memahami apa yang sedang dipikirkan Hans, dia mencoba berusaha menghiburnya. “Kau masih tak percaya dengan apa yang kau alami saat ini, tapi inilah kenyataannya. Neirda akan membantu menjawab apa yang paling kau cemaskan dalam pikiranmu.” Hans terkejut. Dia spontan melirik ke arah Neirda, “Kau bisa membaca pikiranku?” Neirda mengangguk dan mulai menjelaskan. “Sebuah mesin waktu yang kau ciptakan ternyata mengalami gangguan, itu karena kau lupa belum men-setting waktu dan tempat sebelum mengaktifkannya. Itulah mengapa, antara mesin waktu dan perputaran waktu alam ini mengalami disinkronisasi. Kau bisa menyamakannya dengan korsleting pada listrik. Kau juga mendengar dari dalam portal terdengar bunyi ledakan, ‘kan? Ledakan itu berasal dari alarm waktu Neirda.” “Alarm waktu? Aku sama sekali tidak paham maksudmu! Bisa kau jelaskan padaku?” sahut

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Another Maze   The Gate Aisle

    Beberapa minggu lalu, di Dunia Hampa. Neirda ambruk bertekuk lutut. Tek! Tongkatnya menggelinding, terlepas dari genggamannya. Zora merangkak penuh hati-hati. Dengan pandangan kabur, dia tanpa sengaja menemukan tongkat Neirda. Zora terdesak, dia terpaksa mengambil tongkat tersebut. Diputar-putarnya sembari berharap terjadi suatu keajaiban. Slap! Tiba-tiba muncul sebuah portal misterius dengan pusaran merah di tengah. Neirda menyadari. Portal misterius yang ada di hadapan Zora adalah sebuah portal yang tidak dapat dimasuki dengan sembarangan. Sontak dia melarang Zora mendekat. “Berhenti, Zora!” “Jangan masuk portal itu!” larang Neirda serius. Zora yang keras kepala tak peduli. Dalam benak pikirannya hanya ada satu pilihan yang dia tuju, kabur menyelamatkan diri dengan masuk ke dalam portal. Sambil memegang tongkat Neirda dan menggendong Hans, Zora bangkit berdiri. N

  • Another Maze   Hexehemnemeywheye - 03

    Bangunan kerucut suku Taktataora lenyap. Seluruh mata terperangah. Mereka terkejut keheranan, tak menyangka akan menyaksikan Hexehemnemeywheye secara langsung. Namun, berbeda dengan Noel yang tampak curiga seakan tak percaya, “Aneh sekali, mengapa muncul makhluk yang berbeda?” gumamnya penasaran. Para suku Taktataora langsung berbaris kompak lalu berlutut menyembah. Hans menelan ludah. Matanya tiada henti memandang kedua makhluk aneh yang muncul dari portal tersebut. Dia lalu bertanya kepada Xena, mencoba memastikan, “Mereka ini makhluk mitologi yang kau ceritakan tadi?” Xena sejenak terdiam keheranan. “Aku tidak mengerti, aku tidak pernah melihat kedua makhluk ini … wujud Hexehemnemeywheye seharusnya hanya seekor naga merah!” ujar Xena. “Hah? Jadi—” “Mereka bukan Hexehemnemeywheye,” sahut ketua suku yang berdiri membelakangi Hans, “mereka makhluk miripoid … para pengawal Hexehemnemeywheye, jarang sekal

  • Another Maze   Hexehemnemeywheye - 02

    Beberapa hari yang lalu. Di tengah pertemuan Neirda, Bethany dan Rosemary. Muncul sosok misterius berpenampilan serba putih di tengah mereka. Sosok itu seperti laki-laki, melayang, matanya tertutup kain dan membawa sebuah tongkat unik. “Iza?” ucap Neirda menebak, sementara Rosemary dan Bethany juga tampak cukup terkejut. Iza seketika itu membungkuk memberi penghormatan kepada Rosemary, lalu beralih pada Neirda dan Bethany. “Dengan berkah para dewa Aorda … sebagai utusannya … Zaseisye, atas terjadinya distorsi waktu, segeralah menuju Aorda!” ujar Iza, sosok laki-laki misterius tersebut. “Rose, Iza …! Zaseisye dan Bethany harus mengantarkan utusan GAIA itu ke Tetua Morga, aku juga harus melindungi salah seorang utusan GAIA yang tengah terpencar dari mereka. Dalam semesta mataku, ada beberapa utusan GAIA lain yang juga memasuki another maze, mereka butuh pengawal … mary.” sanggah Rosemary. “Mereka

  • Another Maze   Hexehemnemeywheye - 01

    Hans tertegun. Sembari menelan ludah, matanya terbelalak tiada henti menatap perubahan tubuh Xena. “Cantik sekali!” “Aku ingin membawanya pulang!” gumam Hans penuh gairah. Xena tersenyum menatap Hans yang tiada henti memandanginya. Dia malah asyik memutar-mutar badan sengaja memperlihatkan penampilan barunya pada Hans, “Aku lebih cantik, ‘kan? Kau bisa gunakan aku sesukamu!” Deg! Hans mulai goyah. Tubuhnya mendadak menggigil gemetar, “Surga merindukanku!” batin Hans kesenangan, sembari menelan ludah. Neirda menyadari, dia spontan menepuk pundak Hans yang hendak hilang kontrol. “Kita harus melanjutkan perjalanan!” Hans tersadar. Dia mengangguk pelan perlahan setuju. “Sebentar! Aku butuh waktu untuk berpikir!” sahut Hans, “ini lebih dan lebih dari luar biasa! Dunia ini di luar akal sehat!” imbuh Hans terpukau sekaligus kebingungan. Noel sejenak melirik ke arah Hans, lalu pandangannya beralih ke arah

  • Another Maze   Tears of Aldebran

    Kakek tua itu hanya menatap sinis ke arah rombongan Hans, dan tampak acuh. Sambil membawa bola kristal hitam, dia tampak meregangkan punggung sembari memutar-mutar badan, “Ah nikmat sekali, badanku serasa muda lagi.” gumamnya sembari berlanjut menggaruk-garuk punggungnya yang gatal. Xena tampak serius, menatap kakek itu keheranan, “Ini … Tetua Agung Morga?” “Hah?” sahut kakek tersebut, sembari mendekatkan telinga, memperjelas pendengarannya. “Bukan, kakek ini cicit ke empat belas Tetua Morga!” timpal Yudolt berkulit kuning yang bersama mereka. “Hah?” kejut Xena kompak dengan Noel. “What the hell?” sahut Hans turut terkejut, sementara Neirda tampak menatap serius. Bethany berdiri menyambut kakek tua itu, “Panggilkan Tetua Morga kemari, bocah!” “Hah?” kejut Xena, Noel, dan Hans kompak. Sementara Neirda tampak menatap serius. Kakek itu sejenak melirik ke arah Bethany dan mengangguk seakan hafal dengan wajahnya, “T

  • Another Maze   The Great Elder Morga

    Noel berdiri menghadang, tangannya tampak begitu gemetar. “Makhluk ini bukan penyihir sembarangan.” gumam Noel setelah melihat Neirda memulihkan keadaan Hans menjadi normal seperti semula. “Neirda?” gumam Noel sekali lagi, seakan tak percaya. Neirda tampak tenang sembari berjalan menghampiri Noel. “Mengapa kau tidak membunuh Robert Hans?” tanya Neirda spontan, membuat Noel sangat terkejut keheranan. “Apa maksudmu?” sahut Noel penasaran. Neirda terdiam sejenak. Tanpa merapal sihir, tiba-tiba dari kejauhan, tangan Neirda menarik tubuh Robert Hans yang kala itu telah terbaring pingsan, dan membiarkannya melayang dalam sebuah sihir pelindung. “Dengan membunuh makhluk fana ini, kau akan mengakhiri penderitaannya, tapi ….” Neirda spontan menatap lurus wajah Noel dengan mata terpejamnya, “Doloro akan tetap ada!” Noel terkejut. “Doloro?” Mata hitam lebarnya mengkilap, insang kepalanya tampak mengepak-epak pertan

  • Another Maze   Past Memories

    WG-Tech, 24 tahun lalu. Dalam sebuah ruang penelitian. Seorang ilmuan tergeletak sekarat dengan tubuh bersimbah darah, di dekat seorang anak kecil, Robert Hans. Tangan anak itu tampak berlumuran darah, percikannya berceceran hingga menodai jas lab putihnya. Miranda yang tak sengaja membuka pintu, tampak terkejut. Dia mendapati kejadian tragis yang telah menimpa suaminya. Spontan Miranda masuk dan berlari tergesa-gesa menghampirinya. “Sayang! Bangunlah!” Miranda terus mengoyak-oyak tubuh suaminya yang tengah sekarat tersebut. Hatinya hancur, pedih, seakan tak percaya dengan kejadian mendadak yang menimpanya. “Apa yang terjadi? Katakan padaku!!” pekik Miranda histeris. Buliran air matanya tak terasa keluar, terus mengalir tak lagi dapat dibendung. Suaminya hanya mengerang kesakitan, mulutnya diam tak menjawab. Miranda spontan menatap tajam tanpa henti ke arah Robert Hans kecil, yang duduk memojok di bawah sebuah meja. “An

  • Another Maze   Mauropoid Forest - 03 (Fierce Battle)

    Tubuh Hans gemetar saking ketakutannya. Dia tak menyangka akan menghadapi kesatria terkuat di Halona. “Katakan, apa tujuanmu kemari? Siapa perempuan yang kau bawa bersamamu?” desak Noel. Hans menelan ludah. Dia tak tahu harus menjawab bagaimana. Dengan sisa tenaga, Xena dengan sigap berjalan merangkak melindungi Hans. “Tak ada gunanya, menyingkir dari hadapanku!” bentak Noel kasar. Dia lalu menendang keras tubuh Xena hingga membuatnya terpental jauh, dan jatuh terkapar. “Arrgh!!” Xena mengerang kesakitan. Namun, dia terus berusaha bangkit. “Keras kepala sekali!” Tanpa merapal, Noel lalu mengeluarkan sebuah lingkar sihir yang terpancar dari tangannya. Tubuh Xena mendadak terkunci tak bisa bergerak. Blap! Dua monster aneh menyerupai mermaid bersayap kelelawar dan bertanduk kambing, seketika muncul dengan membawa trisula raksasa. Monster tersebut berdiri sembari mengacungkan trisula mereka ke arah Xena. Han

  • Another Maze   Mauropoid Forest - 02

    Hans tampak cemas. Peluhnya bercucuran deras hingga membasahi jas labnya. “Penyihir jahat?” tanya Hans ketakutan, “planet macam apa ini?” “Ssst!” Xena berdesis memperingatkan, “kecilkan suaramu!” Hans mengangguk sembari menelan ludah. Raut wajah Xena tampak tegang. Dia menatap lurus ke dalam mata Hans, “Tetap sembunyi di sini! Aku akan keluar sebentar mengamati situasi ….” “Baiklah! Cepat kembali! Jangan jauh-jauh dariku!” pinta Hans cemas. Xena tersenyum sembari mengusap lembut kepala Hans. “Percayalah padaku! Aku akan mengorbankan segalanya untukmu!” Deg! Hans tertegun. Jantungnya berdebar-debar. Wajahnya memerah tersipu malu. “Cepatlah kembali!” Xena tak merespons. Dia langsung saja berbalik badan, merangkak keluar dari pohon dan mengintai Hea secara sembunyi-sembunyi. “Baiklah, ini kesempatanku mengambil sampel pohon ini!” gumam Hans penasaran, “untung aku menyisakan buah aneh ini,” Hans mengusap-usa

DMCA.com Protection Status