Puncak, Jawa Barat.
Di atas panggung, gaun wanita calon pengantin bersinar dengan cahaya yang indah. Hiasan gaun itu membuatnya semakin mewah, menyiratkan kesombongan dan kekayaan yang tak tertandingi.
Calon pengantin wanita, Anna Syam, sekarang berdiri di atas panggung, tersenyum dengan pria kekar dan tampan di sampingnya.
"Calon pengantin pria, apakah Kau bersedia untuk bertunangan dengan calon pengantin wanita yang cantik di depanmu, hidup bersamanya sesuai dengan ajaran Agamamu hingga hari pernikahan kalian tiba dan menjadi satu di hadapan Tuhan, cintai dia, hibur dia, hormati dia, dan melindunginya? Disaat dia sakit atau sehat, kaya atau miskin, maukah kamu tetap setia padanya sampai maut memisahkan kalian?"
Michelle menyaksikan prosesi pertunangan yang khidmat di hadapannya dengan wajah pucat tanpa suara. Jantung Michelle menegang saat dia menatap Arga Hiratama, yang berdiri di atas panggung. Enam bulan lalu, pria ini adalah tunangannya. Pertunangan ini seharusnya adalah pertunangan Michelle dan Arga!
Namun setelah kecelakaan mobil, Arga kehilangan ingatannya. Michelle mengingat dengan jelas bahwa pertama kali dia melihat Arga setelah pulih dari kecelakaan, Arga memandangnya dengan benci dan berkata, "Michelle Agatha, kamu membuatku mual."
Padahal Michelle dan Arga tadinya adalah pasangan yang saling mencintai satu sama lain, tapi mengapa sekarang dia tiba-tiba membencinya?
Beberapa waktu kemudian, Anna menangis pada Michelle dan berkata bahwa dia telah berhubungan seks dengan Arga, dan Arga berjanji akan menikahinya. Jadi Anna meminta Elle untuk memberikan Arga padanya, mereka akan menikah.
Michelle lahir di hari yang sama dengan Anna. Dokter di rumah sakit membuat kesalahan sejak proses penanaman embrio pada program bayi tabung orangtua mereka, embrio kedua pasangan itu tertukar dan kedua keluarga itu mengandung bayi yang salah, membuat Michelle yang seharusnya adalah embrio dari pasangan keluarga Agatha dibesarkan di keluarga Syam. Baru setelah Michelle berusia 16 tahun, kesalahan ini terungkap, dia menemukan bahwa golongan darahnya berbeda dari Ayah Syam dan Ibu Syam saat tes darah dilakukan untuk mendeteksi sakit yang dideritanya.
Awalnya mereka pikir Michelle mengidap kelainan jenis darah, tapi ternyata tidak. Ada keluarga lain juga yang melapor pada pihak rumah sakit, jika mereka mengalami hal yang sama. Hingga akhirnya keluarga Agatha dan keluarga Syam menukar kedua anaknya kembali.
Namun kurang dari dua bulan setelah Michelle kembali ke rumahnya, orang tua bioligisnya menghilang seperti ditelan bumi secara tiba-tiba, entah mereka pergi kemana.
Untuk menghindari tudingan miring, keluarga Syam mengambil Michelle kembali, tapi sikap keluarga itu pada Michelle sudah sangat berbeda.
Meskipun Michelle tahu bahwa Anna adalah putri dari keluarga Syam, dia tidak dapat menerimanya ketika orang tua yang telah dia sayangi selama 16 tahun menyuruhnya untuk menyerahkan kekasihnya Arga untuk Anna.
Michelle membela diri, "Dulu aku adalah putri kalian. Kalian tahu betapa Arga dan aku saling mencintai selama bertahun-tahun, mengapa kalian tega memisahkan kami?"
Tamparan. Inilah yang didapat Michelle, tamparan di pipinya yang dingin dan kejam.
Michelle pergi menemui Arga, tetapi Arga malah memandangnya dengan jijik, "Michelle, kalau kamu bukan saudara perempuan Anna, aku tidak akan mau berbicara denganmu. Aku tidak menyangka ternyata kamu begitu kejam. Merebut pacar saudara perempuan sendiri adalah hal yang menjijikkan. Pergi! Aku tidak ingin melihatmu lagi."
Michelle tidak menyangka Arga akan benar-benar kehilangan ingatannya sama sekali!
Mengapa Arga sama sekali tidak bisa mengingat apa pun?
Cinta yang dalam telah berubah menjadi perasaan jijik, dan kasih sayang berubah menjadi benci. Semuanya telah terkubur dalam tumpukan impian semu!
Sekilas Michelle teringat akan masa lalunya bersama Arga, hatinya merasa sakit.
Anna, yang berdiri di atas panggung, melihat sekilas pergerakan Michelle di tengah kerumunan para tamu undangan dan dia langsung mengedipkan mata pada orangtuanya. Memberi isyarat.
“Sepertinya adik perempuanku yang baik, masih tidak mau menyerah!” Bisiknya pada Ibu Syam.
Saat Michelle hendak melangkah, orang tua Anna muncul di hadapannya.
"Michelle, apa yang ingin kamu lakukan? Ini upacara pertunangan Anna. Kamu tidak boleh mengganggu mereka."
"Ayah, Ibu, kalian terlalu berpikiran buruk padaku, aku hanya ingin memberi selamat dan berbicara dengan Arga."
Melihat orang tua Anna, bingung, Michelle mencibir, satu sudut bibirnya sedikit terangkat.
Keluarga Syam telah melakukan banyak hal. Apakah mereka sekarang merasa takut?
Hingar bingar para tamu riuh memenuhi lantai bawah kediaman Syam yang disulap menjadi sebuah auditorim tempat prosesi acara pertunangan Arga dan Anna. Michelle memandang Arga dengan senyum tersungging. Dia mengeluarkan cincin berlian dari dalam tas dan berkata kepada Arga: "Ini yang terakhir kali kamu berikan padaku, dan sekarang aku akan mengembalikannya. Arga, mulai sekarang, kita bukan siapa-siapa lagi, berbahagialah kalian berdua!"
Cincin itu terjatuh, meski kecil tapi suaranya terdengar sangat nyaring di seluruh auditorium yang kala itu hening karena semua mata sedang terfokus pada Elle dan Arga. Arga memandang cincin itu dan hanya merasakan kepalanya sakit saat berusaha mengingat sesuatu.
Bersamaan dengan itu, Arga tiba-tiba merasakan seseorang menarik lengan bajunya. Dia menoleh dan melihat wajah Anna yang telah basah oleh air mata: "Arga, perutku tidak enak, aku sedikit mual. Aku tidak yakin apakah aku hamil. Tapi bisakah kita segera menyelesaikan prosesi ini dan kembali ke kamar untuk beristirahat?"
Bagi Arga, kekasihnya adalah Anna, dan kini Michelle ingin menghancurkan hubungannya dengan Anna. Ia tidak akan membiarkan itu terjadi. Tapi ada sesuatu yang terasa janggal dihatinya.
Dalam sekejap, tatapan bingung Arga segera kembali ke titik fokusnya.
Anna tersenyum dan berkata pada orangtuanya: "Elle memang pandai membuat lelucon. Dia pasti lelah setelah ujian masuk perguruan tinggi, ‘kan? Ibu dan Ayah, tolong ajak Michelle istirahat."
Anna tersenyum ramah pada Michelle, namun Michelle tahu Anna punya rencana buruk padanya.
Orang tua Anna menyeret Michelle keluar dari auditorium, dan dia dibawa ke sebuah kamar kosong yang gelap di lantai dua. Disana keduanya menunjuk ke arah kepala Michelle sembari memakinya dengan keras, "Hari ini adalah pernikahan Anna, beraninya kamu ingin menghancurkannya?! Bagaimana kamu bisa begitu kejam?"
Kejam?
Michelle bahkan sangat menyayangi kedua orang ini, jadi siapa yang kejam di sini?
"Kamu tidak akan bisa meninggalkan ruangan ini sampai acara pertunangan selesai!"
"Klik"
Sebenarnya orang tuanya tidak harus menguncinya di dalam kamar. Sebab, dia bahkan tidak ingin keluar sama sekali.
***
Anna meraih lengan Arga, tersenyum, dan saat dia berbalik, pandangannya tertuju pada loteng kecil yang gelap di lantai atas, dengan senyuman misterius tersungging dari sudut bibirnya.
Anna bertanya-tanya, apakah adik perempuanku yang baik akan puas dengan hadiah besar yang telah ku siapkan?
Di dalam kamar, Michelle merasa bosan, ingin mandi lalu segera beranjak tidur. Dia memutuskan untuk pindah dari kota asalnya, Bandung, besok setelah upacara pertunangan berakhir, mengajukan beasiswa kemahasiswaan di universitas tempat dia baru saja mendaftar, dan kemudian memutuskan hubungan dengan keluarga Syam!
Saat mulai malam dan lampu terang mulai di nyalakan menerangi seluruh ruang-ruang vila, Michelle melihat bayangan seseorang yang konstan dari kamar gelapnya tapi tak ia hiraukan.
Tidak ada yang memperhatikan bahwa pada saat ini, pintu kamar Michelle diam-diam terbuka .…
Michelle masih mengenakan jubah mandi, bersandar di jendela dan menatap ke arah acara makan malam yang meriah di bawah. Andai saja Arga tidak kehilangan ingatan ... Memikirkan hal ini, Michelle segera menggelengkan kepalanya dengan penuh semangat berusaha menghapus asumsi apapun. Dia tidak ada hubungan dengan seorang Arga Hiratama lagi! Dia berdiri, baru saja akan berbalik, tiba-tiba sepasang tangan terulur dari belakang, dan mengejutkannya. Yang terjadi selanjutnya adalah ciuman penuh hasrat yang luar biasa, dengan nafas maskulin, memancarkan rasa hormonal yang kuat, membuatnya merasa terintimidasi.
Entah berapa lama sebelum Pria misterius itu perlahan pulih dari efek obat. Jakun di tenggorokannya bergulir beberapa kali, dan dia telah mencapai pelepasannya untuk yang kedua kalinya, jauh di dalam rahim Michelle. Dengan memeluknya erat-erat, suaranya bergetar: "Katakan, Siapa namamu?" Michelle hanya merasa seolah-olah seluruh tubuhnya telah dilindas roda peti kemas besar yang berat, begitu menyakitkan dan membuatnya lemah, hingga hampir hancur. Dia mengulurkan tangannya, mencoba mendorong pria itu: “Tidak peduli siapa namaku! Kau keluar! Aku membencimu!" Rupanya, pria itu telah menggunakan terlalu banyak tenaganya, membuat luka robek di dadanya semakin terbuka, darah menetes ke laintai. Saat ini, otaknya mulai lemah menangkap instruksi, kesadarannya mulai kabur. Sambil men
Tujuh tahun kemudian. Jakarta, pusat komersial dan budaya Indonesia, sedang memasuki era mode. Pada hari ini, hampir semua orang terkenal di industri hiburan datang untuk berpartisipasi dalam acara akbar yang diselenggarakan oleh Frimental Entertainment. Menurut gosip, akan ada tamu penting pada acara hari ini. Beberapa orang berspekulasi bahwa ia adalah Raihan, presiden baru Grup River yang mengambil alih kekuasaan tujuh tahun lalu. Namun, semua ini tidak ada hubungannya dengan Michelle. Ini sudah waktunya pulang, jam kerja sudah habis. Tapi Michelle menerima telepon dari bosnya yang meminta untuk mengirimkan gaun cadangan ke sebuah pesta.
Michelle sengaja berpura-pura tidak melihat pria itu, dan siap untuk pergi. Tapi Arga membuka mulutnya: "Anna, ini ...?" Matanya yang jernih tertuju pada Michelle dengan ragu. Ketika Anna melihat Arga datang, 180 derajad sikapnya berubah. Seketika Dia meraih lengan Arga dan berkata dengan lembut, "Arga, pakaianku kotor, jadi aku meminta desainer mengirimkannya lagi, mereka mengirim wanita ini untuk membawakanku gaun yang baru." "Oh." Arga memandang Michelle dan berkata: "Apa Anda dari studio Fashion?" Elle mengangguk, dia mengangkat matanya, menatap mata Arga. Pada saat ini, kenangan tujuh tahun lalu, membanjiri pikirannya. Di pesta
Tubuh Elle menegang, ia memiliki firasat buruk. Elle takut Anna mengenalinya. Seolah mengenali siapa yang sedang berada dihadapannya sekarang, Anna menatap Elle dari atas sampai ke bawah dengan perlahan kemudian, berteriak: "Nona, apa kamu seorang jurnalis 'infotainment'? Aku pernah melihatmu!" “Fiuuuh,” Elle bernafas lega. Benar. Dulu, dia pernah bekerja di media penyiaran iklan untuk sementara waktu, tetapi hanya sebagai pekerjaan paruh waktu. Dia ditugaskan untuk pengambilan foto dan dibayar berdasarkan jumlah foto yang dia dapatkan. Padahal, dia yakin bahwa dulu saat bertugas sebagai jurnalis dirinya tidak pernah bertemu Anna.
Anna menatap punggung Michelle; dia memiliki keraguan dalam hatinya. Dengan hanya beberapa langkah saja, dia merasa Michelle telah berubah, seperti kepompong yang tiba-tiba bertransformasi menjadi kupu-kupu. Tapi baginya Michelle masih terlihat seperti badut, dia masih mengenakan pakaian set seratus ribuan yang mungkin dibelinya dari toko-toko pinggir jalan! Michelle duduk di depan piano dan mencoba memainkan sebuah nada. Benar saja, dengan hanya menekan satu tutsnya saja Michelle bisa tahu bahwa itu adalah piano yang bagus. Satu nada saja pada tuts-nya membuat semua orang seolah-olah mendengar gemerincing lonceng. Begitu dia mendongak, dia menemukan sepasang mata sedang mengawasinya.
Meski sang supir ragu, Raihan Rivero selalu bersungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan, jadi sang supir memutar balik mobil dan kembali ke halte. Alih-alih bus, Maybach yang datang menghampiri halte itu. Michelle tidak menghiraukannya dan terus melihat ke arah dimana bus itu akan datang. Tiba-tiba, jendela barisan belakang Maybach warna hitam turun. Kemudian, suara laki-laki yang dalam dan bermagnet rendah terdengar, nada teksturnya yang gentle dan mewah tidak sesuai dengan halte kotor itu: "Get ib the car!” Michelle menoleh dan menatap mata Raihan. Michelle terkejut, apa dia berbicara dengannya? Seketika Michelle melihat sekeliling
Michellesedikit gugup, tapi dia tetap tersenyum senatural mungkin. "Tuan Han, bisakah Anda membantu saya membukanya?" Raihan menyipitkan matanya dan pura-pura berpikir. Namun, dengan suara lirih, kunci mobil terbuka. Michellemenghela nafas lega dan berterima kasih lagi pada Raihan. Kemudian dia membuka pintu dengan tenang dan pergi, tidak terlalu tergesa-gesa pun, terlalu lambat. Setelah dia masuk ke dalam rumah, mobil Raihan berbalik dan menghilang. Ketika sampai di dalam rumah, Michellemendapati dirinya berkeringat. Cahaya di ruangan itu terang, dan putranya, Ibrahim sedang menonton film Hero. Melihat punggungnya, dia mengangkat alis ke arahnya dan berkata, "Ibu cantik, kamu kembali satu jam lebih lambat
Baca kisah selengkapnya dalam novel: Get Pregnant By Qeqe Sunarya 21++ https://www.goodnovel.com/id/book_info/31000026074/Romance/Get-Pregnant ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Jakarta, Megapolitan Indonesia. Sebuah club yang berisik itu, riuh dipenuhi dengan pria dan wanita yang sedang memutar pinggang dan melepaskan emosi mereka di lantai dansa, di bawah sorot lampu strobo warna-warni. Se-sosok menerobos kerumunan, mengenakan kaos putih dan celana jins biru muda dengan rambut kuncir kuda sederhana, lebih terlihat seperti seorang mahasiswa berusia awal dua puluhan. Namanya Risa Dewi, dia hampir roboh oleh suara dentuman musik DJ itu begitu masuk. Ini jelas bukan kebiasaannya, tidak pada tempatnya Dia berada di lingkungan seperti ini. Pertama kali berada di sini, butuh beberapa menit bagi Risa Dewi untuk menyesuaikan diri dengan tempat ini. Sebelum kemari, Dia sudah menggunakan alat tes ovulasi untuk memastikan Dia akan berovulasi dalam 24 jam 48 menit k
Setelah tiba di Amerika Serikat, karena Flora Megani memiliki keluarganya sendiri, Ibra pergi ke keluarga Flora bersama orang tuanya untuk mengantar Flora pulang ke orang tuanya sebelum kembali ke keluarga River. Pada Malam Tahun Baru, meskipun tidak ada suasana Tahun Baru yang meriah di Amerika Serikat, karena sebagian Keluarga River sedang berduka atas hilangnya Hexa. Namun kehadiran Baby D yang sudah berusia lebih dari dua bulan memberi kemeriahan tersendiri di tengah keluarga, jadi pada siang hari dia tidak lagi hanya makan dan tidur, dia sudah bisa menanggapi semua orang yang menggodanya. Pria kecil ini sangat mirip dengan Andres ketika dia tidak tersenyum, tetapi ketika dia tersenyum, dia sangat mirip dengan Mili saat masih kecil. Alhasil, hampir seluruh keluarga kini mengerumuninya.
Karena Tahun Baru hampir tiba. Raihan sebelumnya telah mengatur rencana liburan keluarga untuk liburan akhir tahun. Rencananya dia akan mengantar Flora sekaligus mengunjungi keluarga River yang berada di Amerika Serikat, dia berencana pergi ke Amerika Serikat akhir tahun ini. Setelah mengatur rencana perjalanan, Mili mengatakan bahwa dia juga berencana untuk membawa Baby D kembali untuk bertemu dengan kakek-neneknya. Karena itu, akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan jet pribadi milik River Grup ke Amerika Serikat bersama orang tua Michelle juga. Sebelum pergi, Raihan pergi menemui Paman Shen. Rumah Hexa kini diurus oleh Paman Shen. Raihan datang ke pintu rumah itu dan membunyikan bel pintu. Paman Shen membuk
Hatinya sedikit bingung, dia buru-buru menarik sprei dan mencucinya.Sangat disayangkan bahwa setelah semalaman dibiarkan, masih ada beberapa tanda warna di atasnya yang tidak bisa dihilangkan.Bianca kini harus menyerah, mengabaikan hal seperti itu, tanpa melihat ke belakang. Bagaimanapun apa yang terjadi di antara mereka sudah terjadi terjadi, bagaimana mungkin ada ruang untuk bermanuver?Sambil ragu-ragu memikirkan apa yang harus dilakukan, Bianca mendengar suara ketukan di pintu.Kemudian, suara seorang rekan memanggil.Dia dengan cepat memperbaiki suasana hatinya, berjalan ke pintu, dan menarik diri.Albert, dan beberapa rekan ada di sana.
Bianca berbicara, mencoba menenangkan dirinya, "Kenapa kamu ada di kamarku?"Hati Albert tenggelam, pikirannya yang menawan tiba-tiba terputus, dan dia segera menjelaskan: “Aku berada di balkon tadi malam dan mendengar sesuatu dari kamar mu. Sesuatu sepertinya terjatuh. Aku khawatir terjadi apa-apa padamu. Aku berusaha memanggilmu tapi kamu tidak menjawab. Jadi aku melompat dari balkon dan melihat kamu pingsan di ruang tamu setelah memecahkan gelas air.”Bianca tiba-tiba teringat bahwa sepertinya memang ada hal seperti itu malam tadi."Kalau begitu kamu kembalilah." Bianca berkata, "Aku mau bangun."Albert tidak tahu rencana Bianca tentang mereka, jadi dia bertanya: "Bianca, lalu kita…""Bisakah kamu keluar
Bianca mengguncang hatinya dengan keras, benar-benar terpana.Pada saat yang sama, segala sesuatu dari tadi malam mulai berputar perlahan di pikiran Bianca seperti tirai terbuka.Albert mengantarnya kembali ke kamar kemarin, membuat pengakuan dan menciumnya dengan kuat.Lalu dia pergi, dan Bianca minum terlalu banyak, apa yang terjadi setelah itu?Dalam benak Bianca , gambaran awalnya samar dan tidak jelas, tetapi rasa bahagia di tengah malam tampak sedikit lebih jelas.Albert menciumnya dengan liar, menciumnya, dan kemudian tubuh mereka saling terjerat bersamaWajahnya langsung pucat pasi, Bianca merasakannya, kakinya sedikit bengkak, dan seluruh tubuhnya pegal-pegal seperti habi
"Bianca, aku mencintaimu." Kata Albert sambil mencondongkan tubuh dan menciuminya yang sedang tidur, lalu membersihkan bekas pergumulan mereka di tubuh Bianca.Malam berlalu dengan tenang.Matahari terbit dan menyinari mereka dari balkon tanpa tirai.Di tempat tidur, Bianca sedang beristirahat di dada Albert, dan bulu matanya yang panjang membentuk dua bayangan kecil di pipinya.Pipinya kemerahan, bibirnya sedikit bengkak dan berkilau.Keduanya tidur nyenyak sampai matahari semakin tinggi, ruangan menjadi lebih terang, dan cahaya jatuh di dagu Bianca dan kemudian ke mata. Dia mengerutkan kening, bulu matanya bergetar, tetapi dia belum sepenuhnya bangun.Pada saat ini, semuanya ter
Di tengah malam, Bianca merasa sedikit panas, dia menggerakkan tubuhnya, masih merasa berat, jadi dia memutar.Segera, mengikuti gerakannya, dia merasakan sesuatu yang panas dan keras disampingnya. Bianca mendengus pelan, dan detik berikutnya, ada kehangatan dan kelembutan jatuh di bibirnya. Rasanya agak familiar, geli, dan sepertinya cukup nyaman. Jadi, dia tidak berjuang dan terus menikmati.Perlahan-lahan, ciuman menjadi lebih dalam, membuatnya merasa oksigennya hampir habis. Karena itu, dia secara naluriah mulai aktif bersaing.Orang di sampingnya menegang selama satu atau dua detik karena gerakannya. Kemudian, Hasrat mereka seperti sama-sama terberkati, dan Bianca langsung mendapatkan kembali inisiatifnya.Jadi mereka bergumul lagi diatas ranjang sampai, tenaga di t
Albert dengan perlahan memantapkan kekuatan untuk bertumpu pada balkonnya.Dia berdiri dan menatapnya. Jaraknya hanya satu meter dari balkon Bianca, seperti memanjat tebing di ketinggian. Ini mudah baginya dulu. Satu-satunya perbedaannya adalah tidak ada sabuk pengaman kali ini.Hanya saja dia sedikit susah konsentrasi setelah minum.Berusaha tetap terkonsentrasi, dia berpegangan pada dinding dan melihat sisi yang berlawanan, kemudian melangkah maju.Berkat alkohol, dia susah konsentrasi, tetapi jadi lebih berani, dan melompat ke lantai balkon dalam satu langkah.Benar saja, pintu balkon tidak tertutup. Dia berjalan cepat, dan begitu sampai di pintu, dia melihat Bianca duduk di lantai, dia bingung. Dan di kakinya, ada pecahan