Anna menatap punggung Michelle; dia memiliki keraguan dalam hatinya.
Dengan hanya beberapa langkah saja, dia merasa Michelle telah berubah, seperti kepompong yang tiba-tiba bertransformasi menjadi kupu-kupu.
Tapi baginya Michelle masih terlihat seperti badut, dia masih mengenakan pakaian set seratus ribuan yang mungkin dibelinya dari toko-toko pinggir jalan!
Michelle duduk di depan piano dan mencoba memainkan sebuah nada. Benar saja, dengan hanya menekan satu tutsnya saja Michelle bisa tahu bahwa itu adalah piano yang bagus. Satu nada saja pada tuts-nya membuat semua orang seolah-olah mendengar gemerincing lonceng.
Begitu dia mendongak, dia menemukan sepasang mata sedang mengawasinya.
Pianonya kebetulan menghadap tepat dihadapan Raihan, jadi Michelle dengan jelas bisa melihat tatapannya setiap kali dia mendongak.Tatapan yang sangat dalam.
Entah kenapa, begitu dia bertemu dengan garis pandangnya, dia mulai merasa tidak nyaman. Seolah-olah itu adalah tombol replay, pada ingatannya tujuh tahun lalu yang siap mengulang kembali di depan matanya.
Saat jari-jarinya gemetar, nada yang tadi disusun indah pada kepalanya menghilang begitusaja.
"Bukankah kamu mengatakan kamu adalah teman Jose Antoni?" Anna benar-benar merasa tenang sekarang, Dia kemudian mencibir: "Apa itu lagumu? Berhentilah melakukan perjuangan yang sia-sia! Akui saja bahwa Kamu adalah jurnalis infotainmen!"
Tapi sebelum Anna menyelesaikan kata-katanya, Michelle melanjutkan permainan pianonya.
Michelle berhenti menatap Raihan dan memaksa dirinya untuk menjernihkan pikirannya. Hanya ada piano untuk saat ini dalam pandangannya.
Michelle membayangkan dirinya berada di dalam solarium, hangat dan damai, dengan tatapan lembut ibunya yang mengamatinya penuh cinta. Jari-jarinya mulai terbang di atas tuts piano.
Elle memainkan alunan piano instrumen: The Blue Danube.
Orang-orang di sekitar yang awalnya meragukan Michelle, dan berpikir bahwa Dirinya adalah jurnalis, mulai menggelengkan kepala, dan bertanya kepada Anna apakah Anna salah menilai. Gadis yang sedang bermain piano itu tampak seolah-olah dia telah mempelajarinya setidaknya selama sepuluh tahun.
Selain itu, semua orang tahu tentang kehadiran Tuan Jose pada malam amal itu, jadi ... siapa yang benar disini?
Ketika Arga memandang Michelle, dia tampak terpesona, mengerutkan kening dan mencoba menangkap bayangan samar yang terlintas di benaknya.
Tetapi semakin dia mencoba menangkap gambar itu, semakin tidak jelas. Seolah-olah itu adalah segenggam pasir, yang semakin ingin kau genggam, semakin besar kemungkinan pasir itu akan menerobos keluar dari genggamanmu.
Anna yang berada di sebelahnya sempat mencoba memanggilnya beberapa kali sebelum akhirnya Arga menjawab, lalu bertanya dengan hampa: "Ada apa, Anna?"
Anna marah sampai mengeratkan giginya. Tapi saat ini, dia tidak bisa mengganggu Michelle lagi. Yang bisa dia lakukan hanyalah membiarkan kekalahan hari ini kemudian menyimoannya di dalam hati!
Tubuh Michelle benar-benar rileks seiring dengan iramanya, lagu ini sudah diluar kepala untuk Michelle.
Dulu, Dia telah memainkan lagu ini jutaan kali untuk Arga, jadi lagu itu bisa keluar begitu saja dari ujung jarinya yang panjang dan lentik.
Dia melihat semua orang berpenampilan glamor di sekitarnya, dan sesuatu telah menggerakkan hatinya.
Dia memikirkan salah satu puisi karya seorang novelis Prancis.
Karena dia telah sampai pada situasi ini, Michelle secara totalitas mengalirkan semua suasana hatinya dengan melampiaskan perasaannya melalui sajak puisi tersebut!
Saat usianya beranjak remaja, belajar bahasa Prancis sedang populer, dan Michelle telah mempelajari pelafalannya. Dan setelah bertahun-tahun tidak mempelajarinya lagi, dia telah melupakan banyak kosakata, tetapi dia menyukai isi puisi itu dan menghafalnya berulang kali, jadi dia hampir bisa mengatakannya secara tiba-tiba—
"La femme est un magnifique diamant,
une perle brillante et scintillante,
pour que tu gagnes l'imagination fabriquée de l'impératrice.
Savez-vous que seul un poison snob est resté dans votre entourage ?
L'arrogant parfum qui attire et tue."
Michelle melafalkannya keras-keras dalam bahasa Prancis sambil menatap Anna yang berdiri di samping Arga.
Isi puisi itu sama dengan keadaan Anna saat ini. Anna mungkin memiliki perhiasan dan pakaian mahal, tapi sebenarnya dia tidak memiliki apa-apa.
Apa yang Anna miliki? Semua yang dia miliki sekarang, status, pujian dan kehormatan, itu semua berkat keluarga Hiratama.
Tanpa Arga disampingnya dan status keluarga Syamsuri saat ini, Anna bahkan tidak akan menjadi Nyonya rumah dan mendapat perhatian para selebriti.
Pelafalan bahasa Prancis yang indah berlanjut dari bibir Michelle, seorang wanita dengan penampilan yang biasa dan status sosial biasa-biasa saja:
“Si une femme acclame la gloire et le profit,
salue la richesse,
et détient l'autorité,
ne demande pas à ceux qui chantaient autrefois de se maquiller les sourcils,
elle ne savait pas dans quelle direction voler."
Michelle menarik perhatian semua orang, mereka berhenti untuk berdiskusi dan kembali mendengarkan puisi Prancisnya.
"Parce que sa voix sèche pour exprimer la vérité pour détruire l’ego qui semble sacré et glorieux.”
Michelle memainkan nada terakhir saat dia menyelesaikan puisi itu. Nada yang indah dan memuncak dengan diakhiri klimaks begitu apik.
Setelah permainannya selesai, seketija ruangan itu menjadi sunyi seperti sebelumnya.
Dia berdiri, membungkuk kepada semua orang, dan menertawakan dirinya sendiri: "Maaf mengganggu kalian semua."
Setelah itu, dia berbalik dan pergi.
Saat dia pergi, mata Raihan mengikutinya; dia berkata kepada asisten pribadinya yang berdiri di samping tanpa menoleh: "Selidiki wanita itu!"
"Baik, Tuan Han.” Teddy mengangguk.
Michelle meninggalkan aula, dan pintu ditutup, seorang yang dianggap faktor pengganggu dan bukan berasal dari dunia glamor itu lenyap.
Setelah diskusi singkat dari para tamu yang menggumamkan kejadian yang baru saja terjadi, aula itu kembali pada suasana awalnya. Pesta pun dimulai lagi.
Raihan berdiri dari sofa dan memberi tahu Arga: "Tuan Arga, ada beberapa urusan yang harus saya tangani, permisi."
Dia langsung pergi tanpa menunggu reaksi Arga.
Entah kenapa, setelah perempuan itu pergi, Raihan merasa pesta itu jadi membosankan. Bahkan, dia mulai mengingat kembali apa yang baru saja dia dengar.
Raihan menguasai banyak bahasa, dan bahasa Prancis adalah bahasa yang wajib dikuasai olehnya. Itulah mengapa ketika beberapa orang berpura-pura mengerti, dia benar-benar mengerti semua yang di ucapkan Michelle.
Wanita itu luar biasa, dia mengingatkan betapa orang yang berpenampilan ningrat dan mewah sekalipun juga membutuhkan orang-orang sekelasnya.
Tapi apa yang dia katakan sungguh masuk akal dan Dia berhasil menyindir orang-orang disana namun dengan cara yang elegan.
Raihan berjalan ke pintu keluar, mobilnya sudah siap. Ketika dia mengalihkan pandangannya, dia melihat ke suatu tempat sepuluh meter darinya, ada Michy di area halte bus, dia sepertinya sedang menunggu sesuatu dengan cemas.
Raihan menyipitkan matanya dan masuk ke dalam mobil. Dia memerintahkan sopirnya: "Pergi ke halte itu."
Meski sang supir ragu, Raihan Rivero selalu bersungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan, jadi sang supir memutar balik mobil dan kembali ke halte. Alih-alih bus, Maybach yang datang menghampiri halte itu. Michelle tidak menghiraukannya dan terus melihat ke arah dimana bus itu akan datang. Tiba-tiba, jendela barisan belakang Maybach warna hitam turun. Kemudian, suara laki-laki yang dalam dan bermagnet rendah terdengar, nada teksturnya yang gentle dan mewah tidak sesuai dengan halte kotor itu: "Get ib the car!” Michelle menoleh dan menatap mata Raihan. Michelle terkejut, apa dia berbicara dengannya? Seketika Michelle melihat sekeliling
Michellesedikit gugup, tapi dia tetap tersenyum senatural mungkin. "Tuan Han, bisakah Anda membantu saya membukanya?" Raihan menyipitkan matanya dan pura-pura berpikir. Namun, dengan suara lirih, kunci mobil terbuka. Michellemenghela nafas lega dan berterima kasih lagi pada Raihan. Kemudian dia membuka pintu dengan tenang dan pergi, tidak terlalu tergesa-gesa pun, terlalu lambat. Setelah dia masuk ke dalam rumah, mobil Raihan berbalik dan menghilang. Ketika sampai di dalam rumah, Michellemendapati dirinya berkeringat. Cahaya di ruangan itu terang, dan putranya, Ibrahim sedang menonton film Hero. Melihat punggungnya, dia mengangkat alis ke arahnya dan berkata, "Ibu cantik, kamu kembali satu jam lebih lambat
Entah kenapa, Michelle tiba-tiba teringat pada Raihan. Michelle mengamati wajah Ibra, jika dilihat-lihat memang wajah Ibra memiliki banyak kesamaan dengan Raihan, tapi ada beberapa bagian juga yang tidak sama. Michelle menghela nafas, bagaimana mungkin Raihan? Karena meski kualitas cincin yang disematkan Pria asing malam itu sangat bagus, tapi tidak ada permata maupun berlian di cincin itu. Itu tidak terbuat dari logam mulia. Itu hanya perhiasan paladium yang dilapisi emas. Orang kaya seperti Raihan tidak akan memakai cincin semacam ini! Dia menggelengkan kepalanya dan memaksa dirinya untuk berhenti berpikir. Tidak peduli siapa ayah kandung anak itu, itu hanya kecelakaan. Sekarang,
River Group berkantor pusat di Amerika Serikat dan memiliki jaringan global hotel bintang lima. Karena itu, Raihan menghabiskan hampir separuh waktunya di luar negeri. Kali ini, Dia kembali untuk membahas kontrak kegiatan festival film, yang merupakan langkah awal bagi Keluarga Rivero untuk memasuki industri hiburan. Begitu dia selesai memproses pekerjaan di emailnya, dia memeriksa informasi yang dikirim oleh Sekertaris Teddy. "Fitriana Darmawan, 25 tahun, tinggal di Jakarta Selatan, lulusan SMA ..." Raihan mengerutkan kening saat melihat keterangan itu. Tingkat pendidikan SMA, bagaimana dia bisa bermain piano da
Karena ada kamar kecil untuk Asisten Pribadi di kamar President suite, Michelle akan membawa barang-barangnya dari asrama staf ke kamar kecil ini. Ketika dia masuk ke asrama, rekannya datang dan bertanya: "Michelle, Tuan Han memintamu untuk menjadi asisten pribadinya? Apa kalian saling mengenal sebelumnya?" Michelle tersenyum enggan: "Bagaimana orang miskin seperti saya bisa mengenalnya?" "Lalu, Mengapa dia mengangkatmu menjadi asisten peibadinya?" "Saya tidak tahu." Michelle berkata lagi, "Sebenarnya, menjadi asisten pribadi tidak selalu enak. Jika dia tidak puas, saya bisa kehilangan pekerjaan." "Michelle, banyak k
Di pagi hari, Raihan harus pergi untuk urusan bisnis, jadi Michelle tetap tinggal di suite. Sekitar pukul sepuluh, dia menerima telepon dari Teddy, memintanya pergi ke pintu masuk hotel untuk mengambil dokumen. Raihan perlu menggunakannya saat dia kembali nanti. Michelle mengambil dokumen itu, dan ketika dia sedang berjalan kembali ke suite, dia melihat Anna dan Arga. Saat ini, Anna sedang duduk di dalam aula yang mewah dan terang, menandatangani beberapa CD dan mengobrol dengan penggemar. Sekitar 10 meter dari Anna, Arga sedang menelepon. Meskipun dia hanya menunjukkan punggungnya kepada orang banyak, dia masih menarik perhatian banyak gadis. Michelle menarik nafas dalam dan berbalik untuk pergi. Pada saat itu, Veronica menghentikannya: "Fitria, bisa Saya minta tolong?" Michelle melihat dokumen di tangannya dan ragu-ragu: "Saya sedang membawa dokumen Tuan Han. Dia meminta Saya untuk membawanya kembali ke kamar ..." "Oh, oke. Meja itu harus segera dipindahkan dari sana." Be
Anna mengambil cincin itu, dengan selembar kain yang telah disiapkan asistennya, Dia mengelapnya dengan hati-hati, lalu perlahan-lahan meletakkannya di jari manis, kemudian melihat ke arah Michelle: "Nona, jika kamu kekurangan uang, kamu bisa memberitahuku, aku mungkin bisa memberi Anda sumbangan, tapi mencuri barang orang lain itu tidak baik! " Pada saat yang sama, Arga juga memandang Michelle, matanya sedikit terkejut. "Nona Syam, saya tidak mengambil cincin Anda. Meskipun barang itu ditemukan di saku saya, itu hanyalah suatu kesalahpahaman. Saya berharap Anda mau memeriksa CCTV yang ada di aula ...." "Maaf, kami memiliki perjanjian kerahasiaan. Video itu hanya akan diberikan kepada wartawan dan tidak akan dipublikasikan,
Dengan gerakan perlahan, Raihan memakai jam tangannya kembali, tapi matanya dingin dan serius, menyapu semua orang yang ada disana, dengan nada tegas dan mendominasi ia berkata: “Fitriana adalah asisten prdibadiku. Segala sesuatu di kamarku tak ternilai harganya, dan dia tidak mengambilnya. Bagaimana dia bisa mencuri cincin sekecil itu?!" Sesaat Anna terdiam, berdiri di sana, dengan memegangi tangan Arga. Entah karena dia merasa marah atau malu atau sesuatu yang lain, jari-jarinya gemetar. Dia berhasil tersenyum meski terasa sulit: "Maaf. Mungkin kami sudah membuat kesalahan!" Raihan mengabaikannya, memandang Michelle yang berdiri di sampingnya dan berkata, "Ayo pergi!" Michelle merasa sedikit terharu
Baca kisah selengkapnya dalam novel: Get Pregnant By Qeqe Sunarya 21++ https://www.goodnovel.com/id/book_info/31000026074/Romance/Get-Pregnant ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Jakarta, Megapolitan Indonesia. Sebuah club yang berisik itu, riuh dipenuhi dengan pria dan wanita yang sedang memutar pinggang dan melepaskan emosi mereka di lantai dansa, di bawah sorot lampu strobo warna-warni. Se-sosok menerobos kerumunan, mengenakan kaos putih dan celana jins biru muda dengan rambut kuncir kuda sederhana, lebih terlihat seperti seorang mahasiswa berusia awal dua puluhan. Namanya Risa Dewi, dia hampir roboh oleh suara dentuman musik DJ itu begitu masuk. Ini jelas bukan kebiasaannya, tidak pada tempatnya Dia berada di lingkungan seperti ini. Pertama kali berada di sini, butuh beberapa menit bagi Risa Dewi untuk menyesuaikan diri dengan tempat ini. Sebelum kemari, Dia sudah menggunakan alat tes ovulasi untuk memastikan Dia akan berovulasi dalam 24 jam 48 menit k
Setelah tiba di Amerika Serikat, karena Flora Megani memiliki keluarganya sendiri, Ibra pergi ke keluarga Flora bersama orang tuanya untuk mengantar Flora pulang ke orang tuanya sebelum kembali ke keluarga River. Pada Malam Tahun Baru, meskipun tidak ada suasana Tahun Baru yang meriah di Amerika Serikat, karena sebagian Keluarga River sedang berduka atas hilangnya Hexa. Namun kehadiran Baby D yang sudah berusia lebih dari dua bulan memberi kemeriahan tersendiri di tengah keluarga, jadi pada siang hari dia tidak lagi hanya makan dan tidur, dia sudah bisa menanggapi semua orang yang menggodanya. Pria kecil ini sangat mirip dengan Andres ketika dia tidak tersenyum, tetapi ketika dia tersenyum, dia sangat mirip dengan Mili saat masih kecil. Alhasil, hampir seluruh keluarga kini mengerumuninya.
Karena Tahun Baru hampir tiba. Raihan sebelumnya telah mengatur rencana liburan keluarga untuk liburan akhir tahun. Rencananya dia akan mengantar Flora sekaligus mengunjungi keluarga River yang berada di Amerika Serikat, dia berencana pergi ke Amerika Serikat akhir tahun ini. Setelah mengatur rencana perjalanan, Mili mengatakan bahwa dia juga berencana untuk membawa Baby D kembali untuk bertemu dengan kakek-neneknya. Karena itu, akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan jet pribadi milik River Grup ke Amerika Serikat bersama orang tua Michelle juga. Sebelum pergi, Raihan pergi menemui Paman Shen. Rumah Hexa kini diurus oleh Paman Shen. Raihan datang ke pintu rumah itu dan membunyikan bel pintu. Paman Shen membuk
Hatinya sedikit bingung, dia buru-buru menarik sprei dan mencucinya.Sangat disayangkan bahwa setelah semalaman dibiarkan, masih ada beberapa tanda warna di atasnya yang tidak bisa dihilangkan.Bianca kini harus menyerah, mengabaikan hal seperti itu, tanpa melihat ke belakang. Bagaimanapun apa yang terjadi di antara mereka sudah terjadi terjadi, bagaimana mungkin ada ruang untuk bermanuver?Sambil ragu-ragu memikirkan apa yang harus dilakukan, Bianca mendengar suara ketukan di pintu.Kemudian, suara seorang rekan memanggil.Dia dengan cepat memperbaiki suasana hatinya, berjalan ke pintu, dan menarik diri.Albert, dan beberapa rekan ada di sana.
Bianca berbicara, mencoba menenangkan dirinya, "Kenapa kamu ada di kamarku?"Hati Albert tenggelam, pikirannya yang menawan tiba-tiba terputus, dan dia segera menjelaskan: “Aku berada di balkon tadi malam dan mendengar sesuatu dari kamar mu. Sesuatu sepertinya terjatuh. Aku khawatir terjadi apa-apa padamu. Aku berusaha memanggilmu tapi kamu tidak menjawab. Jadi aku melompat dari balkon dan melihat kamu pingsan di ruang tamu setelah memecahkan gelas air.”Bianca tiba-tiba teringat bahwa sepertinya memang ada hal seperti itu malam tadi."Kalau begitu kamu kembalilah." Bianca berkata, "Aku mau bangun."Albert tidak tahu rencana Bianca tentang mereka, jadi dia bertanya: "Bianca, lalu kita…""Bisakah kamu keluar
Bianca mengguncang hatinya dengan keras, benar-benar terpana.Pada saat yang sama, segala sesuatu dari tadi malam mulai berputar perlahan di pikiran Bianca seperti tirai terbuka.Albert mengantarnya kembali ke kamar kemarin, membuat pengakuan dan menciumnya dengan kuat.Lalu dia pergi, dan Bianca minum terlalu banyak, apa yang terjadi setelah itu?Dalam benak Bianca , gambaran awalnya samar dan tidak jelas, tetapi rasa bahagia di tengah malam tampak sedikit lebih jelas.Albert menciumnya dengan liar, menciumnya, dan kemudian tubuh mereka saling terjerat bersamaWajahnya langsung pucat pasi, Bianca merasakannya, kakinya sedikit bengkak, dan seluruh tubuhnya pegal-pegal seperti habi
"Bianca, aku mencintaimu." Kata Albert sambil mencondongkan tubuh dan menciuminya yang sedang tidur, lalu membersihkan bekas pergumulan mereka di tubuh Bianca.Malam berlalu dengan tenang.Matahari terbit dan menyinari mereka dari balkon tanpa tirai.Di tempat tidur, Bianca sedang beristirahat di dada Albert, dan bulu matanya yang panjang membentuk dua bayangan kecil di pipinya.Pipinya kemerahan, bibirnya sedikit bengkak dan berkilau.Keduanya tidur nyenyak sampai matahari semakin tinggi, ruangan menjadi lebih terang, dan cahaya jatuh di dagu Bianca dan kemudian ke mata. Dia mengerutkan kening, bulu matanya bergetar, tetapi dia belum sepenuhnya bangun.Pada saat ini, semuanya ter
Di tengah malam, Bianca merasa sedikit panas, dia menggerakkan tubuhnya, masih merasa berat, jadi dia memutar.Segera, mengikuti gerakannya, dia merasakan sesuatu yang panas dan keras disampingnya. Bianca mendengus pelan, dan detik berikutnya, ada kehangatan dan kelembutan jatuh di bibirnya. Rasanya agak familiar, geli, dan sepertinya cukup nyaman. Jadi, dia tidak berjuang dan terus menikmati.Perlahan-lahan, ciuman menjadi lebih dalam, membuatnya merasa oksigennya hampir habis. Karena itu, dia secara naluriah mulai aktif bersaing.Orang di sampingnya menegang selama satu atau dua detik karena gerakannya. Kemudian, Hasrat mereka seperti sama-sama terberkati, dan Bianca langsung mendapatkan kembali inisiatifnya.Jadi mereka bergumul lagi diatas ranjang sampai, tenaga di t
Albert dengan perlahan memantapkan kekuatan untuk bertumpu pada balkonnya.Dia berdiri dan menatapnya. Jaraknya hanya satu meter dari balkon Bianca, seperti memanjat tebing di ketinggian. Ini mudah baginya dulu. Satu-satunya perbedaannya adalah tidak ada sabuk pengaman kali ini.Hanya saja dia sedikit susah konsentrasi setelah minum.Berusaha tetap terkonsentrasi, dia berpegangan pada dinding dan melihat sisi yang berlawanan, kemudian melangkah maju.Berkat alkohol, dia susah konsentrasi, tetapi jadi lebih berani, dan melompat ke lantai balkon dalam satu langkah.Benar saja, pintu balkon tidak tertutup. Dia berjalan cepat, dan begitu sampai di pintu, dia melihat Bianca duduk di lantai, dia bingung. Dan di kakinya, ada pecahan